Pengembangan Diri
Belajar: Proses Tiada Akhir
Bagi beberapa orang, terutama pelajar dan mahasiswa, belajar adalah kegiatan yang sedikit membosankan. Apalagi jika melihat kurikulum pendidikan yang sekarang. Setelah seharian belajar di sekolah, pulangnya masih harus les dan mengerjakan tugas.
Jika diambil sebuah sampel di lingkungan sekitar penulis, banyak yang mengeluhkan tumpukan pekerjaan rumah mereka di media sosial. Penulis sudah pernah menjelaskannya panjang lebar pada tulisan Lemahnya Etos Kerja Pada Generasi Milenial.
Definisi Belajar
Sebenarnya, definisi belajar tidak sesempit itu. Ia memiliki makna yang lebih luas dari sekadar mengerjakan tugas. Bahkan di dalam KBBI, kata belajar setidaknya memiliki 3 definisi yang berbeda.
1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu
2 berlatih
3 berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
Proses belajar tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah maupun tempat les. Proses belajar bisa terjadi di mana saja. Penulis ambil contoh kegiatan Karang Taruna (Katar) di tempat tinggal penulis.
Program kerja yang dijalani Katar memberikan pelajaran hidup kepada anggota-anggotanya. Kegiatan barang bekas melatih anggota untuk memanfaatkan barang bekas yang telah tak terpakai.
Kegiatan Next Gen Development Project melatih anggota untuk bekerja dalam tim dalam memenangkan suatu kompetisi secara sehat. Bahkan kegiatan bermain Werewolf pun melatih kemampuan analisa anggota.
Proses Tiada Akhir
Bagaimana ketika kita berada di dunia kerja? Lebih banyak lagi pelajarannya, mungkin lebih banyak ketika kita berada di bangku kuliah. Yang jelas terlihat adalah kita belajar untuk mengerjakan tugas kita dengan baik.
Selanjutnya kita belajar beradaptasi di lingkungan yang baru, apalagi jika merantau ke kota orang seperti penulis. Dengan bekerja bersama orang-orang, kita juga belajar bagaimana berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang yang beragam.
Selain itu, kita juga harus aktif dalam mencari ilmu guna meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Kita bisa bertanya kepada orang yang lebih ahli atau mencari materi di internet.
Jangan pernah bilang bahwa kita tidak tahu apa yang harus dipelajari. Jika muncul pemikiran seperti itu, kemungkinan kita merasa sudah cukup belajar sehingga tidak perlu menambah ilmu baru. Dan itu, menurut penulis, salah.
Belajar adalah proses tiada akhir. Setiap aktivitas dan interaksi yang kita lakukan adalah proses belajar, terlepas sadar maupun tidak. Manusia tidak boleh berhenti belajar dan merasa sudah paling pandai.
Tanya saja pak Habibie, yang penulis yakin masih belajar di usianya yang sudah sepuh. Tanya siapa saja orang-orang sukses yang kalian kenal, setidaknya mereka akan mengisi waktu mereka dengan membaca buku yang bermanfaat atau mengikuti seminar.
Memiliki rasa haus ilmu seperti Edison bisa menjadi modal yang bagus. Ilmu apapun (selama bermanfaat) tidak ada ruginya untuk dipelajari, entah ilmu negosiasi, komunikasi, marketing, dan lain sebagainya.
Dengan terus menerus tidak puas dengan pengetahuan yang dimiliki, kita tidak akan merasa bosan untuk belajar. Kita akan selalu merasa kurang dan hal tersebut menjadi motivasi agar kita tidak malas belajar.
Di tengah persaingan dunia kerja yang semakin ketat, kita harus memiliki nilai tambah agar bisa bersaing dengan orang lain. Nilai tambah itu bisa kita dapatkan dengan belajar, apapun bentuknya.
Kebayoran Lama, 26 Desember 2018, terinspirasi setelah sering mendapatkan “kelas tambahan” di kantor
Foto: Green Chameleon
You must be logged in to post a comment Login