Pengembangan Diri

Beradaptasi dengan Lingkungan

Published

on

“Ah, kayaknya aku gak bakal deh diterima sama mereka.”

“Ah, kalo aku gabung ke situ paling aku cuma diem.”

“Ah, mereka kayaknya enggak suka sama aku.”

“Ah, aku enggak butuh mereka, aku lebih suka sendiri.”

Dan masih banyak lagi pikiran-pikiran yang menggantung di dalam hati kita ketika kita merasa ragu untuk bergabung dalam pembicaraan yang telah dimulai oleh sekelompok orang. Penulis bisa berkata demikian karena penulis alami sendiri :).

Kita terlalu rumit dengan pikiran kita sendiri hingga menjustifikasi orang lain seenak kita. Padahal, belum tentu praduga-praduga tersebut terbukti. Bukankah membuat kesimpulan tanpa data adalah kesalahan besar?

Bisa berbaur dengan lingkungan baru merupakan salah satu teknik adaptasi yang dibutuhkan dalam kehidupan bersosial. Syarat pertama agar bisa melakukan hal tersebut, ya membuang segala prasangka-prasangka tersebut.

Coba bayangkan situasi sebagai berikut:

Budi baru saja pindah ke Sumber Wuni. Di hari pertamanya, ia mencoba untuk bermain ke lapangan untuk mengenal teman-teman sekampungnya. Ketika sampai di lapangan, ia melihat sekumpulan remaja sedang bercengkerama di pinggir lapangan. Apa yang harus dilakukan Budi?

Jika yang ada di benak Budi adalah pikiran-pikiran yang ada di awal tulisan, tentu ia akan memutuskan untuk balik badan. Atau minimal, duduk agak jauh dari tempat mereka berkumpul, menunggu diajak bergabung oleh mereka.

Akan tetapi, karena Budi adalah anak yang berpikir positif, maka ia berusaha untuk langsung bergabung dengan mereka dan memperkenalkan diri. Dan ternyata, remaja-remaja tersebut sangat welcome terhadap Budi.

Ketika awal-awal, mungkin kita akan lebih banyak diam mendengarkan pembicaraan mereka, dan ini sangat normal. Sebagai orang baru, tentu kita harus mengetahui dulu bagaimana kebiasaan, sifat, gaya bahasa teman-teman baru kita. Jangan sampai kita sok membaur dengan gaya kita sendiri karena hal tersebut dapat membuat risih orang lain.

Misalkan saja, orang Jakarta pindah ke Malang, tentu ia tidak dapat menggunakan bahasa gue lo dalam tempo cepat terhadap orang Jawa yang menggunakan aku awakmu yang bertempo lambat. Anak baru tersebut kemungkinan besar akan dicap “mentang-mentang dari Jakarta jadi sombong”.

Beradaptasi tentu memerlukan waktu untuk penyesuaian. Manfaatkanlah waktu-waktu di awal perkenalan sebagai momen untuk mengobservasi orang-orang di lingkungan baru. Ketika merasa sudah bisa menyesuaikan diri, cobalah untuk bergabung lebih dalam lagi dengan mereka.

Idealnya, kita yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kita, bukan sebaliknya.

 

 

Lawang, 10 Juni 2018, terinspirasi ketika malam setelah pemilihan ketua Karang Taruna periode 2018-2021

Sumber foto: http://www.tv3.ie/xpose/article/lifestyle/258356/Signs-your-childs-lonely-and-10-tips-on-how-to-help-them

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version