Pengembangan Diri

Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri

Published

on

Ketika sedang ada masalah atau sedang bertikai dengan orang lain, Pembaca tipe orang yang cenderung menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain?

Kalau Penulis sendiri adalah tipe orang yang cenderung menyalahkan diri sendiri. Penulis akan berkaca untuk mencari apa salahnya dan jarang berfokus pada kesalahan orang lain (walau bukan berarti tidak pernah melakukannya).

Menyalahkan diri sendiri mungkin terkesan baik karena artinya kita melakukan interopeksi diri sehingga bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Hanya saja, jika terlalu menyalahkan diri sendiri bisa memberikan dampak yang buruk kepada kita.

Menyesali Perbuatan

Ambil contoh seperti ini. Kita memiliki pasangan dan sedang bertengkar hebat. Terlepas dari apa masalahnya dan apa penyebabnya, orang yang suka menyalahkan diri sendiri akan lebih banyak menyesali perbuatannya.

“Ah, harusnya aku enggak gitu tadi.”

“Coba aja waktu itu aku enggak gini.”

“Kenapa sih aku harus melakukan kebodohan seperti itu?”

“Lagi-lagi aku mengulangi kesalahan yang sama.”

Seperti yang sudah Penulis sebutkan sebelumnya, menyalahkan diri sendiri menjadi salah satu bukti kalau kita menyadari kesalahan diri sendiri.

Akan tetapi, hanya menyalahkan diri sendiri saja tidak menghasilkan apa-apa. Merutuk kebodohan dan menyesali perbuatan tidak akan membuat keadaan kembali menjadi lebih baik.

Penulis terkadang terjebak dalam situasi ini. Sebagai orang yang mudah overthinking, Penulis akan terus-menerus memikirkan kesalahan yang dirasa telah dilakukan, seolah-olah terbelenggu oleh perasaan bersalah tersebut.

Tidak Memberikan Manfaat

Menyalahkan diri sendiri, terutama secara berlebihan, tidak akan memberikan manfaat apapun kepada diri kita. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, yang penting kita bisa belajar dari kesalahan tersebut.

Daripada terus menyalahkan diri sendiri, lebih baik kita fokus mencari kebaikan. Apa yang bisa dipelajari dari kesalahan ini? Apa hikmah yang bisa diambil? Bagaimana agar kejadian seperti itu tidak terulang lagi?

Berat? Sangat. Susah? Pasti. Namun, langkah tersebut jauh lebih baik dibandingkan hanya menyalahkan diri sendiri yang bisa begitu merugikan sehingga patut untuk diupayakan.

Penulis percaya bahwa semua peristiwa yang terjadi dalam hidup ini memiliki sebab dan alasan untuk terjadi. Seringnya, kita tidak bisa langsung mengetahuinya dan butuh waktu yang tidak sebentar.

Jangan Menyalahkan Pihak Lain Juga

Perlu diingat, berhenti menyalahkan diri sendiri bukan berarti kita beralih dengan menyalahkan orang lain. Tidak semua hal, bahkan masalah sekalipun, membutuhkan pihak yang salah.

Daripada saling menyalahkan, baik ke diri sendiri maupun orang lain, bukankah lebih baik fokus ke solusi? Coba saling menurunkan ego dan belajar saling memahami satu sama lain agar bisa mencari jalan terbaik.

Jangan fokus terhadap masalah, tapi fokus ke penyelesaiannya. Cari jalan tengah yang tidak memberatkan atau menyakiti salah satu pihak. Pasti bisa jika kita sama-sama mau berusaha mengerti.

Percaya, memiliki rasa bersalah itu sama sekali tidak enak rasanya. Penulis sangat sering merasakannya. Menyalahkan diri sendiri bisa membuat diri ini merasa depresi yang berkepanjangan.

Penutup

Memiliki perasaan bersalah setelah melakukan kesalahan adalah hal yang manusiawi dan wajar. Bahkan, kita bisa belajar untuk memperbaiki diri dari perasaan tersebut.

Memiliki perasaan bersalah menjadi salah ketika kita hanya berfokus pada kesalahan yang telah kita buat tanpa berbuat sesuatu untuk “menebus” kesalahan tersebut.

Memiliki perasaan bersalah menjadi salah ketika kita menjadi tidak bisa memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang telah diperbuat dan merutuk diri sendiri secara tidak sehat.

Oleh karena itu, berhenti menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Fokus pada hal-hal baik yang bisa dipetik atau dilakukan. Hanya menyalahkan diri sendiri tidak akan memberi manfaat sedikitpun.


Lawang, 20 Juli 2021, terinspirasi setelah mendengar nasihat dari seorang kawan

Foto: Liza Summer

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version