Pengembangan Diri

Menghargai Prioritas Orang Lain

Published

on

pri.o.ri.tas

  • yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain:

Jika direnungkan, hidup ini sebenarnya tentang apa yang kita prioritaskan. Semua pilihan dan tindakan yang kita ambil kemungkinan besar dipengaruhi dari daftar prioritas yang kita miliki.

Misal, kita memilih untuk seharian rebahan dan tidak produktif sama sekali. Artinya, kita memilih untuk memprioritaskan rasa malas kita dibandingkan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita.

Kita memilih untuk menonton film dengan pacar dibandingkan dengan sahabat, artinya kita lebih memprioritaskan pacar daripada sahabat. Mau menggunakan alasan apapun, intinya kita lebih mengutamakan salah satu pihak.

Ketika diberikan pilihan antara menyelesaikan pekerjaan dan bermain gim, kita memilih untuk bermain gim. Kita memprioritaskan aktivitas tersebut (mungkin) dikarenakan kita merasa butuh refreshing dari penatnya pekerjaan.

Semua orang berhak membuat daftar prioritasnya masing-masing, karena hanya kita sendirilah yang tahu mana yang lebih berhak untuk diprioritaskan. Seharusnya, orang lain tidak boleh ikut campur masalah ini.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika kita harus menghargai prioritas orang lain. Hanya saja, dalam praktiknya terkadang susah untuk dilakukan karena satu hal: Kita ingin diprioritaskan.

Ketika Kita Ingin Diprioritaskan

Merasa Tidak Diprioritaskan (Budgeron Bach)

Masalah seputar prioritas biasanya terjadi dalam sebuah hubungan. Entah apa alasannya, rasanya seolah kita harus menjadi prioritasnya. Contoh gampangnya adalah dalam sebuah hubungan pacaran, izin bermain dengan teman terasa agak susah.

Alasan yang paling umum adalah karena pihak yang melarang ingin menghabiskan waktunya dengan sang kekasih. Dirinya ingin kekasihnya lebih memprioritaskan dirinya dibandingkan teman-temannya, yang mungkin hanya punya kesempatan bertemu satu bulan sekali.

Sekilas, ini menjadi salah satu tanda sebuah hubungan yang toxic. Harusnya, kita tidak boleh memaksakan diri untuk masuk ke dalam prioritas orang, walau kepada orang terdekat sekalipun.

Untuk menghindari hal ini, kita harus belajar untuk menghargai prioritas orang lain. Kita harus tahu, orang lain juga memiliki dunianya sendiri, memiliki lingkar pertemanannya sendiri, memiliki kesibukannya sendiri, dan lain sebagainya.

We’re not the center of the universe. Jangan merasa kalau perhatian dari orang sekitar hanya boleh ditujukan kepada kita. Jangan merasa kalau hanya kita yang layak untuk diprioritaskan. Ini hanya akan menjadi sebuah racun dalam hubungan, apapun bentuknya.

Kewajiban yang (Memang) Harus Diprioritaskan

Wajib Diprioritaskan (afiq fatah)

Memang ada kasus-kasus di mana kita harus memprioritaskan sesuatu karena menjadi sebuah kewajiban. Misal, sebagai seorang umat muslim, kita harus memprioritaskan sholat dibandingkan aktivitas duniawi.

Contoh lain, sebagai seorang anak, sudah selayaknya kita memprioritaskan orang tua kita di atas segalanya (selain Tuhan, tentunya). Seorang suami memprioritaskan kebutuhan keluarganya dibandingkan membeli mainan favoritnya.

Sebagai seorang karyawan, sudah sewajarnya kita memprioritaskan selesainya pekerjaan dibandingkan menamatkan sebuah game. Seorang pemuda memprioritaskan menyimpan uangnya dibandingkan secangkir Starbucks.

Dalam kasus-kasus seperti ini, kita yang harus memiliki kesadaran untuk menempatkan kewajiban-kewajiban kita sebagai prioritas. Setelah menyadari hal ini, kita pun bisa menyusun daftar prioritas kita dengan baik dan benar.

Penutup

Masalah prioritas ini memang sedang sering Penulis renungkan akhir-akhir ini. Ada banyak penyebabnya, salah satunya adalah melihat ke dalam diri sendiri apakah daftar prioritas yang dibuat sudah benar atau belum.

Ketika merasa tidak diprioritaskan oleh orang yang Penulis prioritaskan, Penulis segera menegur diri kalau memang tidak ada kewajiban baginya untuk memprioritaskan Penulis.

Hanya karena kita memprioritaskan orang lain, bukan berarti ia juga wajib memprioritaskan kita.

Sekali lagi, semua orang berhak membuat daftar prioritasnya masing-masing. Yang bisa kita lakukan dan kita kendalikan adalah menghargai prioritas orang lain tersebut. Berharap agar kita diprioritaskan hanya akan menimbulkan rasa kecewa.


Lawang, 22 Desember 2021, terinspirasi setelah merenungkan masalah prioritas

Foto: Polina Zimmerman

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version