Tentang Rasa
Saling Memantaskan Diri
Beberapa waktu yang lalu, terdengar kabar duka dari mantan presiden kita, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Istri terkasihnya, Ani Yudhoyono, harus berpulang karena penyakit yang dideritanya.
Ada hal menarik yang penulis temukan terkait berita ini. Apa lagi jika bukan komentar netizen yang beragam. Untungnya, penulis tidak menemukan komentar-komentar negatif yang berusaha menyerang keluarga SBY.
Lantas, apa yang menarik? Banyak netizen yang mengomentari betapa harmonisnya hubungan keduanya sehingga harus dijadikan panutan bagi setiap pasangan.
Bahkan, mereka berdua menjadi semacam patokan baru bagaimana kita harus bisa bersikap kepada pasangan, setelah dulu banyak yang menjadikan Habibie dan Ainun sebagai panutan.
Yang wanita, menuntut para pria untuk bisa setia sampai mati seperti yang dilakukan oleh SBY. Mereka menilai bahwa sosok SBY sebagai sosok suami idaman yang sudah mulai langka sehingga susah ditemukan.
Yang pria tidak mau kalah. Menurut mereka, SBY bisa sesetia itu karena ibu Ani bisa menjadi istri yang baik. Seharusnya, para wanita belajar bagaimana menjadi istri seperti ibu Ani agar mereka mendapatkan suami sebaik dan sesetia SBY.
Hehehe, melihat perdebatan kecil ini tentu menggelitik penulis untuk beropini. Sebagaimana kebiasaan yang terlihat dari tulisan-tulisan lain, penulis cenderung “main aman” dengan memosisikan diri di tengah.
Penulis setuju dengan pendapat yang diutarakan oleh pihak wanita, juga setuju dengan opini yang diucapkan oleh pihak pria. Daripada berdebat siapa harus seperti siapa, kenapa kita tidak sama-sama fokus memantaskan diri untuk pasangan kita?
Yang wanita, mungkin bisa belajar bagaimana menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk keluarganya, sehingga ia bisa dicintai oleh seluruh keluarga. Ibu Ani bisa menjadi salah satu contohnya.
Yang pria juga begitu, harus belajar bagaimana bisa menjadi suami yang mampu mengayomi keluarganya dan setia. Sebagai kepala keluarga, pria harus bisa menjadi panutan untuk anak-anaknya.
Memang terdengar sangat utopis dan too good to be true, akan tetapi penulis merasa hal tersebut masih sangat mungkin untuk kita lakukan, terutama yang masih sendirian dan belum menemukan titik terang di mana jodohnya.
Daripada mengeluh karena status yang tak beranjak-anjak dari jomblo, lebih baik kita berusaha untuk terus memperbaiki diri, sehingga ketika waktunya untuk bertemu dengan jodoh telah tiba, kita sudah siap.
Tentu saja SBY dan bu Ani bukan pasangan yang sempurna. Pasti ada saja hal-hal buruk yang pernah melanda rumah tangga mereka. Kita saja yang tidak pernah mendengar beritanya.
Setidaknya, mereka telah membuktikan bahwa cinta setia hingga mati itu ada, dan itu merupakan pelajaran berharga bagi kita.
Kebayoran Lama, 23 Juni 2019, terinspirasi dari komentar netizen terkait kematian ibu Ani Yudhoyono beberapa waktu lalu
Foto: Finroll.com