Tentang Rasa

Sayang Itu Tentang Keikhlasan, Katanya…

Published

on

Banyak yang mengatakan kalau rasa sayang itu tentang keikhlasan. Menurut Penulis, istilah ini begitu ambigu dan bisa disalahartikan dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.

Contoh kasih sayang yang ikhlas itu mudah, seperti kasih sayang yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya. Hanya memberi, tak harap kembali. Bahkan, ada peribahasanya khusus:

“Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah”

Nah, bagaimana dengan rasa sayang kepada pasangan. Apakah bisa sepenuhnya ikhlas?

Menyayangi dengan Ikhlas

Sayang dengan Ikhlas (Oziel Gómez)

Menurut KBBI, kata ikhlas memiliki arti bersih hati atau tulus hati. Jika diartikan secara bebas, ikhlas memiliki keterkaitan yang erat dengan kerelaan kita melakukan sesuatu tanpa berharap apapun sebagai timbal baliknya.

Menyayangi seseorang dengan ikhlas artinya kita menyayangi tanpa berharap yang disayangi melakukan hal yang sama kepada kita. Kita hanya berusaha menunjukkan perasaan sayang kita tanpa menginginkan apapun.

Pertanyaannya, apakah benar kita bisa seperti itu? Benarkah kita bisa menyayangi pasangan atau siapapun dengan ikhlas?

Pada kenyataannya, sangat jarang ada manusia yang bisa menyayangi seseorang dengan ikhlas. Di dalam hati kita, pasti ada keinginan agar perasaan kita berbalas, sekecil apapun itu.

Ketika kita menyayangi teman-teman kita, pasti kita juga berharap kalau mereka akan menyayangi kita. Ketika kita jatuh cinta kepada seseorang, kita akan berharap ia mau menerima perasaan kita.

Tingkat Sayang Tertinggi Itu Keikhlasan, tapi…

Tingkat Sayang Tertinggi? (Esther Ann)

Kalau kita bisa menyayangi seseorang dengan ikhlas, berarti tingkat sayangnya sudah berada di level yang berbeda seperti yang sudah dilakukan oleh orangtua kita. Jika Pembaca ada yang seperti itu, Penulis berikan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Ada juga yang bilang kalau tingkat sayang tertinggi itu ketika kita ikut bahagia dengan kebahagiaannya, walaupun hal tersebut harus mengorbankan kebahagiaan diri sendiri.

Akan tetapi, tingkat sayang tertinggi itu akan membuat kita tidak akan merasa berkorban, seperti kata Sujiwo Tejo yang sering Penulis kutip di dalam blog ini.

Penulis setuju jika tingkat tertinggi dari perasaan sayang itu tentang keikhlasan, seperti yang sudah dibuktikan oleh orangtua Penulis.

Hanya saja, terkadang usaha kita untuk ikhlas ini justru menjadi bumerang bagi kita. Ada saja orang-orang yang memanfaatkan usaha kita untuk ikhlas menyayangi demi kepetingannya sendiri.

Ketika Keikhlasan Dituntut

Dituntut Membuktikan Keikhlasan (Artem Beliaikin)

Kalau kamu enggak mau nuruti mauku, berarti kamu gak ikhlas sayang sama aku!

Pernah mendengarkan kalimat seperti di atas? Menurut Penulis, itulah contoh ketika keikhlasan rasa sayang kita diuji sekaligus dituntut oleh orang lain demi kepentingannya sendiri.

Terkadang, ada orang-orang yang menuntut kita untuk menunjukkan keikhlasan kita. Padahal, keikhlasan itu bukan sesuatu yang dapat ditunjukkan kepada orang lain. Yang bisa mengukur hanya diri sendiri dan Tuhan.

Menurut Penulis, orang yang menuntut kita seperti itu patut dipertanyakan karena artinya mereka tidak percaya kalau kita sayang mereka dengan ikhlas. Selain itu, kenapa hanya kita yang dituntut memberikan bukti?

Jika Pembaca pernah menghadapi situasi seperti, coba direnungkan kembali hubungan kalian. Bisa jadi, tanpa disadari selama ini kalian sedang menjalani hubungan yang toxic di mana satu pihak (atau dua-duanya) kerap menjadi seorang yang sangat penuntut.

Ikhlas Ketika Diperlakukan Buruk, Bisa, kah?

Bisa Tetap Ikhlas? (Julien L)

Keikhlasan juga bisa menjadi “senjata” ketika kita mendapatkan perlakuan buruk dari seseorang. Dijahati, dilukai, diselingkuhi, dihina, disakiti oleh orang yang kita sayangi, semua harus bisa kita hadapi dengan ikhlas.

Kalau memang beneran sayang, beneran ikhlas, seharusnya kita bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Petik saja hikmahnya, kan katanya every cloud has a silver lining.

Kalau levelnya sudah seperti nabi mungkin bisa menghadapi semuanya dengan senyuman. Lah, Penulis kan (dan mungkin para Pembaca juga) masih jadi manusia biasa yang penuh dengan kekurangan.

Mungkin bisa menerima semua perlakukan buruk itu dengan ikhlas, seringnya butuh waktu yang cukup lama. Pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut.

Hanya saja, jangan sampai dibodohi seperti itu. Jangan sampai rasa sayang kita kepada seseorang justru menyiksa kita. Ini bukan tentang keikhlasan, melainkan melindungi diri dari orang yang tidak bisa menghargai perasaan kita.

Penutup

Sayang itu katanya tentang keikhlasan. Memang ada benarnya, tapi jangan diterjemahkan secara mentah begitu saja. Kita juga punya perasaan yang harus kita jaga.

Menyayangi seseorang dengan ikhlas itu berat, setidaknya Penulis merasa begitu. Ada sisi manusiawi yang masih mengharapkan timbal balik, apalagi kalau kita merasa sudah memberikan begitu banyak.

Untuk sekarang, Penulis masih berada di tahap mencari cara menyayangi yang membuat Penulis dan orang yang disayang sama-sama merasa nyaman, tanpa perlu merasa terpaksa dan dipaksa, sehingga tidak ada yang menuntut untuk membuktikan keikhlasan rasa sayangnya.


Lawang, 1 Agustus 2021, terinspirasi dari…

Foto: Everton Vila

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version