Renungan

Statistik Kematian

Published

on

“1 kematian adalah tragedi. 1000 kematian adalah statistik.”

Penulis lupa ini quote siapa, yang jelas ada orang yang pernah berkata demikian. Hal ini memperlihatkan betapa mirisnya kehidupan manusia. Saat ada satu orang artis meninggal, semua ikut menyampaikan turut berduka cita. Namun saat ada ribuan orang meninggal karena kelaparan, kita diam.

Mengapa bisa demikian?

Penulis menilai ada dua penyebabnya. Yang pertama, tentang siapa orang tersebut. Jika seorang ilmuwan terkenal yang telah menelurkan banyak karya untuk kemajuan umat manusia, tentu kepergiannya membuat kita merasakan kehilangan.

Beda dengan, misalkan, ada beberapa orang yang tewas terkena rudal Israel. Kita tidak tahu siapa mereka dan apa peranan mereka di dunia. Karena kita tidak mengetahui mereka, empati kita tidak sebesar empati kita kepada meninggalnya orang terkenal.

Yang kedua, peran media dalam memberitakan peristiwa kematian itu sendiri. Berita kematian vokalis band ternama akan terpampang menjadi headline, mengalahkan banyaknya pejuang jihad di timur tengah yang berusaha memperoleh keadilan.

Bukankah media mengikuti pasar, sehingga dapat disimpulkan pembaca atau pemirsa lebih tertarik dengan kematian satu orang terkenal daripada 1000 orang tidak dikenal? Atau, media kah yang membentuk pasar seperti itu, untuk menutupi-nutupi kematian 1000 orang tersebut?

Lantas, apakah yang harus kita lakukan?

Bijak dalam menyikapi berita kematian, siapapun itu. Apabila ada orang terkenal meninggal, tidak perlu sampai berlebihan dalam menyiarkan kabar itu, seperti memasang foto orang tersebut di status media sosial kita.

(Ini kritikan untuk penulis sendiri, setelah memasang foto Stephen Hawking pada Instagram whathefan, walaupun dasar dari postingan tersebut dikarenakan penulis penggemar ilmuwan tersebut #selainmemanfaatkanmomendemirating)

Lalu untuk kematian banyak orang yang tidak kita kenal, alangkah baiknya jika kita turut mendoakan mereka, semoga segala amalnya diterima dan diampuni dosa-dosanya. Terlebih lagi korban-korban yang meninggal karena kebiadaban bangsa lain.

Kalau media kurang gencar memberitakannya, kita bisa membantu menyiarkan kabar tersebut. Semoga, dengan mengetahui kabar tersebut, empati kita semakin terasah.

 

 

Lawang, 23 Maret 2018, setelah latihan mewarnai di Photoshop

Sumber Foto: http://www.dalmeny.org/history/history-graveyard

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version