Renungan

Untuk Apa Kita Ada?

Published

on

Sering insomnia membuat penulis kerap kali overthinking tentang kehidupan yang penulis jalani. Banyak muncul pertanyaan-pertanyaan filosofis yang muncul, salah satunya adalah mengapa penulis ada di dunia ini?

Cogito ergo sum

Rene Descartes

Filsuf asal Perancis, Rene Descartes, menyatakan bahwa dengan kita berpikir, maka itu menunjukkan eksistensi kita di dunia ini. Ya itu memang penerjemahan paling dangkal, tapi setidaknya itu membuktikan tidak ada yang salah dengan berpikir.

Penulis termasuk orang yang doyan berpikir. Mulai hal yang penting sampai yang sepele penulis pikirkan. Makanya, penulis membeli buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat untuk mengetahui bagaimana cara menyingkirkan pikiran-pikiran yang tidak penting dan berfokus pada hal-hal penting.

Mempertanyaan keberadaan di dunia termasuk golongan yang mana? Menurut penulis masih termasuk penting, tapi juga jangan terlalu lama dipikir. Apalagi jika sudah menemukan jawabannya.

Apakah penulis sudah menemukannya? Penulis pernah menemukannya pada buku tulisan ustad Felix Siauw yang berjudul Beyond the Inspiration. Pada buku tersebut, beliau mengutip Al-Quran bahwa kita diciptakan di dunia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Tuhan.

Penulis membaca buku tersebut ketika kuliah. Ketika itu penulis masih belum merasa mantap dengan jawaban tersebut. Penulis belum merasa puas dengan jawaban tersebut karena dalam bayangan penulis ibadah adalah kegiatan-kegiatan ritual seperti sholat dan puasa.

Sekarang, penulis sadar bahwa makna dari ibadah itu sangat luas. Berbuat baik adalah ibadah. Memberi senyum adalah ibadah. Tidak menyakiti binatang adalah ibadah. Membuang sampah pada tempatnya adalah ibadah.

Artinya, kita ini ada untuk berlomba berbuat kebaikan. Kita ada bukan semata-mata hanya untuk beribadah dengan menyembah-Nya, tapi juga berbuat baik terhadap sesama manusia dan makhluk hidup.

Terlebih lagi, kita telah diamanahkan untuk menjadi pemimpin di Bumi karena kita adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lain. Sudah sepantasnya jika kita melaksanakan tugas tersebut dengan baik, sehingga pengerusakan terhadap alam harus dihindari semaksimal mungkin.

Dengan memaknai alasan keberadaan kita di dunia ini, semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.

 

 

Jelambar, 3 September 2018, terinspirasi ketika insomnia melanda

Photo by Greg Rakozy on Unsplash

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version