Sosial Budaya
Berbincang Sedikit tentang Close Friend
Penulis sudah agak lama tidak membuka Twitter. Entah mengapa rasanya ingin sedikit menjauh dari media sosial yang terkenal karena “drama”-nya itu.
Sesekali Penulis mengecek ala kadarnya, mungkin hanya sekitar 5-10 saja. Twitter juga masih Penulis manfaatkan untuk share artikel blog yang terbaru.
Nah, kok ya pas kemarin cek Twitter muncul berita trending tentang seorang public figure yang ketahuan bertindak kurang pantas untuk kedua kalinya.
Penulis sebenarnya merasa bodo amat karena merasa kejadian tersebut bukan urusannya, walaupun timbul perasaan khawatir kalau perbuatan tersebut ditiru oleh anak-anak muda.
Hanya saja, ada satu hal lain yang menarik perhatian Penulis, yakni fitur Close Friend yang dimiliki oleh Instagram.
Fitur Close Friend dari Instagram
Kalau tidak salah, fitur Close Friend dihadirkan oleh Instagram pada tahun 2018. Tujuannya adalah untuk melabeli orang-orang tertentu sebagai “teman dekat” kita di Instagram.
Ketika membuat story, kita bisa memilih untuk memublikasikannya kepada khalayak umum atau orang-orang yang berada di daftar Close Friend ini.
Semenjak menggunakan Instagram hingga sekarang, Penulis tidak pernah menggunakan fitur Close Friend. Bukan karena tidak punya teman dekat, melainkan karena merasa tidak perlu saja.
Mungkin fitur ini dibutuhkan oleh orang-orang yang followers-nya banyak. Kadang, ada beberapa momen yang hanya ingin dibagikan kepada orang-orang tertentu karena berbagai alasan.
Walaupun begitu, Penulis merasa tersanjung apabila ada temannya yang memasukkan Penulis sebagai Close Friend-nya. Artinya, teman tersebut percaya atau ingin berbagi momennya dengan Penulis.
Close Friend yang Tidak Benar-Benar Close
Satu hal yang membuat heboh kasus si public figure adalah karena Story-nya dibocorkan oleh salah satu (atau mungkin lebih) teman yang ia masukkan ke dalam Close Friend-nya.
Akibatnya, hal yang ia ingin bagi ke circle tertentu harus bocor ke masyarakat umum dan ia harus kembali menerima hujatan dari masyarakat. Ada sih yang memberi dukungan. Maklum, good-looking privilege.
Karena kejadian ini, banyak yang memelintir Close Friend menjadi Cepu Friend, termasuk Jerome Polin melalui akun Twitter pribadinya.
Buat yang belum tahu, cepu adalah istilah untuk menyebut orang yang tidak bisa menjaga rahasia atau informasi yang dipercayakan kepadanya. Cepu Friend berarti teman yang tidak bisa menjaga rahasia.
Kejadian ini pun membuat kita berpikir, apakah fitur Close Friend benar-benar close dan bisa dipercaya? Mungkin kita saja yang harus memilihnya secara lebih cermat.
Memang Tidak Semuanya Harus Dibagi, Termasuk ke Close Friend
Di era keterbukaan seperti sekarang, membagikan momen-momen yang sedang dilalui memang sudah menjadi hal yang wajar. Hanya saja, tetap ada batasan-batasan yang sebaiknya tidak dilanggar.
Apalagi, kita bukan tinggal di negara bebas. Jika dianggap melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat, pasti ada penghakiman yang seringnya dalam bentuk nyinyiran.
Bisa berbagi momen bukan berarti semuanya harus dibagi. Tetap ada beberapa hal yang sebaiknya disimpan untuk diri sendiri, apalagi sesuatu yang bisa menghebohkan, meresahkan, atau membuat risih orang lain.
Memang, makin banyak public figure yang mengumbar area privasi mereka demi popularitas. Biarkan saja, tidak usah pedulikan, masih banyak hal yang perlu kita lakukan selain berperan dalam melambungkan nama mereka.
Berbeda dengan cerita di novel The Circle, privasi bukanlah pelanggaran di dunia nyata. Kita semua tetap membutuhkan privasi dari pihak manapun, termasuk dari Close Friend sekalipun.
Lawang, 31 Juli 2021, terinspirasi dari trending-nya seorang public figure karena skandalnya
Foto: The Verge
You must be logged in to post a comment Login