Tokoh & Sejarah

Rocky Gerung: Profesor Tanpa Gelar

Published

on

Tokoh yang satu ini sedang hangat dibicarakan karena salah satu pernyataan kontroversialnya. Di tulisan ini penulis tidak ingin mengemukakan pendapat tentang pernyataan tersebut, melainkan sedikit membahas tentang profil Rocky Gerung (RG) dan aktivitasnya di dunia maya.

Siapa Rocky Gerung?

Pertama kali penulis tahu tentang RG adalah ketika beliau menjadi narasumber di Indonesia Lawyers Club (ILC). Penulis mengingatnya karena keberaniannya berbicara lantang terhadap kinerja pemerintah.

Bahkan, netizen pun sampai khawatir bahwa RG akan bernasib sama dengan Hermansyah, ahli IT yang mengungkap fakta bahwa screenshot yang membuat Habib Rizieq Shihab terkena kasus chat mesum adalah rekayasa. Untunglah, sampai hari ini kekhawatiran itu tidak terjadi.

Setelah itu, RG kerap menjadi narasumber, hampir di setiap episode ILC. Tentu penulis menjadi penasaran, sebenarnya siapa beliau sehingga mampu mengeluarkan kosa kata yang berat-berat.

Narasumber ILC (http://www.tribunnews.com/nasional/2018/05/03/pks-dihina-usai-undang-dirinya-rocky-gerung-serendah-inikah-politik-hari-ini)

Ternyata, RG adalah (mantan) dosen filsafat di Universitas Indonesia. Artis cantik Dian Sastrowardoyo merupakan murid bimbingannya. Dari berbagai sumber yang penulis baca, RG tidak pernah melamar di UI, justru UI yang meminta RG mengajar, termasuk jenjang Magister dan Doktor. Padahal, RG sendiri hanya lulusan tingkat Sarjana.

Ajaib? Tanya ke UI, begitu kata beliau. Dari beberapa testimoni, mereka menyebutkan RG memang sosok yang cerdas cenderung arogan ketika berdiskusi. Itu memang style-nya.

Dungu dan Bong200

RG hanya aktif di Twitter, dan banyak cuit-cuitannya yang memantik kemarahan orang. Salah satunya ya penggunaan kata dungu yang sering ditujukan kepada orang lain.

Sebenarnya, kata dungu tersebut bukan ditujukan kepada orangnya, melainkan cara berpikir atau bernalar orang tersebut. Hanya saja, mungkin sebagian besar orang menganggap dungu itu sama kasarnya dengan bodoh, dan tidak ada orang yang senang dipanggil bodoh.

Contoh Tweet RG (twitter.com)

Selain itu, RG juga kerap kali menggunakan istilah bong. Sebenarnya penulis tahu siapa yang dimaksud dan penyebab panggilan tersebut. Hanya saja, rasanya kurang etis untuk dijadikan bahan tulisan. 200? You know lah, sudah banyak yang membahas ini di media sosial. Yang terbaru, kini ada istilah KALABONG, persilangan antara kalajengking dan katak. Yang ini jelas termasuk fiktif.

Banyak yang mengkritik kasarnya bahasa yang RG gunakan dalam tweet-tweet yang ia ketik, namun kembali lagi, itulah gayanya. Setidaknya, ia mengakui bahwa itu merupakan tweet-nya dalam salah satu acara stasiun televisi swasta, tidak seperti politikus partai baru yang berkelit-kelit ketika ditanya hal serupa.

Profesor Tanpa Gelar

Netizen yang kontra terhadap RG, sering menyerang label profesor yang sering disematkan kepada RG (biasa dilakukan oleh netizen yang tidak mampu membalas argumen RG). Jujur, penulis sebenarnya tertawa tipis saja ketika mengetahui hal tersebut.

Pertama, RG tidak pernah ingin dipanggil profesor. Penulis ingat sekali ketika di acara ILC yang agak lama, dengan lugas RG berkata:

“Sebenarnya saya bukan prof, bukan tidak bisa tapi tidak butuh.”

Profesor Tanpa Gelar (http://pepnews.com/2018/04/15/tentang-fiksi-nya-rocky-gerung-dan-perbatasan-kamus/)

Terkesan arogan? Iya memang, tapi lagi-lagi, itulah gaya seorang RG. Lantas mengapa ia bisa dipanggil seperti itu? Mungkin karena orang mengagumi kecerdasannya, mengagumi nalar berpikirnya yang (mungkin) mengalahkan profesor sungguhan. Intinya, profesor merupakan sebutan untuk menghormati RG.

Satu yang pasti, penulis merasa bertambah cerdas ketika mendengar RG berbicara maupun membaca tweet-nya yang menggelitik, walaupun tidak memahami seluruhnya apa yang disampaikan.

 

 

 

Jelambar, 4 Mei 2018, terinspirasi ketika stalking twitter Rocky Gerung

Sumber Foto: https://www.viva.co.id/berita/nasional/1025209-rocky-gerung-kitab-suci-adalah-fiksi

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version