Film & Serial

Setelah Menonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Published

on

Salah satu film yang paling Penulis nantikan di tahun 2022 ini adalah Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Bahkan, video teaser-nya yang muncul di film Spider-Man: No Way Home saja sampai buat tulisan tersendiri.

Ada beberapa alasan mengapa Penulis begitu menantikan film ini. Pertama, karena Doctor Strange adalah salah satu karakter Marvel Cinematic Universe (MCU) favorit Penulis. Filmnya yang pertama jug menjadi salah satu favorit Penulis.

Kedua, karena tema multiverse yang diusungnya. Seperti yang kita ketahui, ini adalah tema utama yang diusung pada Phase 4, seperti yang sudah kita lihat di serial Loki dan tentu saja Spider-Man: No Way Home. Apalagi, ada kata “madness” di judulnya yang makin membuat penasaran.

Ketiga, adanya karakter Wanda Maximoff alias Scarlet Witch yang melanjutkan kisahnya di serial WandaVision. Di akhir serial tersebut, terlihat jika Wanda sedang mempelajari kitab Darkhold yang membuatnya menjadi kandidat kuat sebagai villain utama di film ini.

Terakhir adalah banyaknya rumor mengenai cameo yang akan muncul di film ini. Di trailer, kita bisa melihat kemunculan organisasi Illuminati yang berisi Professor X, Captain Carter, dan Baron Mordo. Ada beberapa karakter lain yang nanti akan Penulis sebutkan.

Penulis seperti biasa nonton di hari premier-nya pada tanggal 4 Mei 2022 (atau 46 hari yang lalu) untuk menghindari spoiler yang bertebaran di media sosial. Sayangnya, tampaknya ekspektasi Penulis terlalu tinggi. SPOILER ALERT!!!

Jalan Cerita Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Biasanya, Penulis akan menceritakan panjang lebar mengenai jalan ceritanya dengan cukup detail. Hanya saja, rasanya mulai sekarang Penulis akan membuat rangkumannya saja tanpa perlu menjabarkan kronologinya secara lengkap.

Konflik utama dari film ini adalah keinginan Wanda Maximoff/Scarlet Witch (Elizabeth Olsen) yang ingin mendapatkan kekuatan milik America Chavez (Xochitl Gomez) agar bisa berpinda universe dengan mudah.

Lantas, America “terdampat” ke Earth 616 dan bertemu dengan Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) dan Wong (Benedict Wong). Mereka pun berusaha melindungi America dari Wanda, hingga membuat Strange terlempar ke Earth-838.

Di sana, mereka berdua ditangkap oleh Illuminati karena Strange dianggap berbahaya dan mengancam universe mereka. Organisasi ini beranggotakan:

  • Professor X (Patrick Stewart)
  • Captain Carter (Hayley Atwell)
  • Reed Richards/Mr. Fantastic (John Krasinski)
  • Captain Marvel (Lashana Lynch)
  • Black Bolt (Anson Mount)
  • Baron Mordo (Chiwetel Ejiofor)

Selain itu, mereka juga bertemu dengan varian Dr. Christine Palmer (Rachel McAdams). Saat Strange diinterogasi, Wanda menggunakan teknik Dream-walk untuk merasuki Wanda versi Earth-838 dan mulai memburu America.

Dengan (sangat) mudah Wanda berhasil membunuh 5 dari 6 anggota Illuminati, menghancurkan kitab Vishanti, dan menculik America kembali ke Earth-616. Di sisi lain, Strange bersama varian Dr. Palmer terdampat ke sebuah universe yang hancur.

Di sana, mereka bertemu dengan varian Doctor Strange yang jahat dan melakukan pertarungan yang cukup singkat dan dimenangkan oleh Strange yang baik. Strange akhirnya menggunakan Darkhold untuk menggunakan teknik Dream-walk dengan memanfaatkan jasad varian Strange yang ada di Earth-616.

Pertarungan terakhir pun terjadi antara Strange-Wong-America melawan Wanda. Akhirnya Wanda disadarkan bahwa dirinya menjadi monster yang ditakuti oleh kedua anaknya di Earth-838, sehingga memutuskan untuk menghancurkan Darkhold di gunung Wundagore tersebut.

Film berakhir dengan America yang memutuskan untuk stay di Earth-616 dan menjadi salah satu murid di Kamar-Taj. Selain itu, ternyata Darkhold yang digunakan oleh Strange telah memberikan efek samping berupa kemunculan mata ketiga di dahinya.

Pada adegan post-credit yang pertama, kita bisa melihat ada sosok perempuan bernama Clea (Charlize Theron) yang mengatakan perbuatan Strange telah menyebabkan Incursion. Untuk adegan post-credit kedua sama sekali tidak penting dan membuat kesal.

Setelah Menonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Seperti yang sudah Penulis singgung di atas, ekspektasi Penulis terhadap film ini terlalu tinggi hingga menimbulkan kekecewaan. Bisa dibilang, kata madness yang terdapat pada judul tidak cocok disematkan kepada film ini.

Secara umum, Penulis merasa cerita dari film ini agak terasa dangkal, di mana konfliknya hanya berpusat pada Wanda yang ingin mencari anaknya dan Strange yang harus menghentikannya sekaligus melindungi America.

Selain itu, Penulis juga sama sekali tidak suka dengan pertarungan Strange vs Strange yang menggunakan elemen musik. Walaupun anti-mainstream, rasanya aneh. Apalagi Strange jahat mati dengan cukup mudah walaupun sudah menguasai Darkhold.

Masih ada banyak ungkapan kekecewaan Penulis terhadap film ini, yang akan Penulis bagi menjadi beberapa bagian di bawah ini:

Klise Khas Marvel

Ada adegan klise setelah kitab Darkhold sempat dihancurkan oleh salah satu anggota Kamar-Taj. Wanda mengancam akan membunuh anggota yang lain jika Wong tidak memberitahu rahasia Darkhold, yang ternyata kitabnya hanya salinan dan aslinya ada di Gunung Wundagore.

Klise semacam ini sempat terjadi di film Avengers: Infinity Wars, ketika Loki memberi Tesseract ketika Thanos menyiksa Thor dan ketika Gamora memberitahu lokasi Soul Stone ketika Thanos menyiksa Nebula.

Kalau mau berhitung secara matematis, pengorbanan mereka tentu sebanding dengan kejadian buruk yang bisa terjadi akibat bocornya informasi tersebut. Bisa jadi, kita akan melihat lebih banyak klise-klise seperti ini di film Marvel selanjutnya.

Oh iya, bagaimana America akhirnya bisa menggunakannya secara sadar juga berkat bantuan motivasi no jutsu dari Doctor Strange juga klise.

Cameo yang Tak Terwujud

Sebagai orang yang bekerja di bidang media dan sering membahas bocoran film, ada banyak sekali rumor cameo yang tidak muncul. Contohnya adalah Iron Man versi Tom Cruise dan Deadpool.

Marvel terlihat ingin mengompori para penggemarnya dengan menampilkan Professor X dan Captain Carter di trailer dan klip-klip singkat, sehingga mereka berpikir akan ada cameo yang lebih besar dari mereka.

Memang benar, impian penggemar untuk melihat John Krasinski menjadi Reed Richards alias Mr. Fantastic akhirnya terkabulkan. Ada juga cameo minor dari karakter lain, tetapi rasanya penggemar berharap lebih dari itu.

Illuminati yang Ampas

Omong-omong soal Reed Richards, bisa dibilang organisasi Illuminati yang OP di komiknya terlihat sangat ampas di film ini. Wanda, walaupun memang sangat kuat, terlihat terlalu mudah menghabis seluruh anggota Illuminati dalam waktu singkat.

Yang paling konyol tentu saja ketika “manusia paling pintar” Reed Richards berkata ke Wanda kalau Blackbolt mampu melenyapkan Wanda hanya dengan suaranya. Kalau ia pintar, harusnya bilang saja kalau Blackbolt bisa memberitahu di mana lokasi America.

Penulis juga kurang suka adegan ketika Captain Carter mati, yang shoot-nya terlihat sangat mirip dengan kematian Green Goblin di film Spider-Man versi Tobey Maguire. Demi mengejar PG-13, adegan aneh tersebut pun “terpaksa” disajikan.

Sam Raimi Sudah Terlalu Old School?

Adegan kematian Captain Carter hanya salah satu adegan yang tidak Penulis sukai dari film ini. Sepanjang film, ada banyak teknik shoot dari sang sutradara, Sam Raimi, yang tidak Penulis sukai dan terkesan old school.

Contohnya adalah ketika Mordo sedang menjelaskan kepada Strange dan America mengenai teknik Dream-walk yang digunakan oleh Wanda Maximoff. Efek fading yang digunakan mirip dengan adegan di film Spider-Man garapannya dulu.

Memang adegan jumpscare-nya cukup mencekam dan membuat kaget. Namun, secara keseluruhan banyak teknik pengambilan gambar di film ini yang kurang sesuai dengan selera Penulis, hingga merasa Sam Raimi tak cocok untuk jadi sutradara lagi di MCU.

Deretan Plot Holes

Yang namanya film pasti ada saja plot holes yang ditemukan. Makin besar skala filmnya seperti Avengers: Endgame, semakin besar pula peluang adanya plot hole. Film ini pun memiliki banyak plot hole yang muncul di benak Penulis.

Pertama, mengapa Vision sama sekali tak disebutkan di film ini? Sejak kapan Wanda melupakan Vision seolah dia tak pernah hidup? Mengapa ia tak mencari universe di mana ada Vision yang kehilangan sosok Wanda?

Lantas, mengapa Wanda secara spesifik mengincar Billy dan Tommy di Earth-838? Siapa ayah mereka di universe tersebut? Mengapa tidak menjadi universe lain di mana kedua anak tersebut menjadi yatim piatu? Apa hanya karena memang tidak ada?

Jika mau diteruskan, daftar pertanyaan seperti ini akan terus bertambah tambah batas. Penulis sudah pernah berpendapat, kalau tema multiverse bisa menjadi bumerang bagi Marvel sendiri, dan bisa jadi plot holes semacam ini akan terus ditanyakan.

Penutup

Penulis memang merasa kecewa dengan ini, tapi itu lebih karena ekspektasinya yang terlalu tinggi. Bisa dilihat di awal tulisan, Penulis merasa begitu antusias dengan film ini karena banyak alasan. Semakin tinggi harapannya, semakin sakit jatuhnya.

Filmnya memang masih bisa dinikmati. Efek visualnya oke, akting pemainnya oke (walau ada beberapa adegan Elizabeth Olsen yang menurut Penulis aneh), ceritanya masih runut walau terkesan agak terburu-buru.

Apa yang Penulis suka dari film ini adalah bagaimana Wanda langsung menjadi villain utama di film ini, bukan plot twist di mana ia tiba-tiba mengkhianati Strange dalam sebuah misi menyelamatkan kerusakan universe.

Hanya saja, memang agak aneh bagaimana Wanda yang sudah membuat masalah di serial WandaVision malah terlihat tidak belajar dari kesalahannya tersebut. Justru, ia membuat masalah yang lebih besar walaupun efek Darkhold juga berperan penting.

Doctor Strange kemungkinan akan memiliki film ketiganya jika melihat adegan post-credit-nya. Semoga film ketiganya tidak akan semengecewakan ini.


Lawang, 14 Juni 2022, terinspirasi setelah menonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Foto:

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version