Film & Serial

Setelah Menonton Everything Everywhere All At Once

Published

on

Penulis sudah mengungkapkan kekecewaannya terhadap film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Salah satu alasannya adalah kurang madness-nya tema multiverse yang dibawakan. Varian Doctor Strange dan universe yang dikunjungi terhitung sedikit.

Bahkan, Penulis menganggap film Chip ‘N Dale: Rescue Rangers lebih madness. Meskipun tidak mengunjungi universe lain, kita bisa melihat betapa madness film ini dari berbagai easter egg yang bertebaran dari production house lain, termasuk munculnya Ugly Sonic.

Nah, salah satu film yang sering disebut menawarkan kegilaan multiverse di tahun ini adalah Everything Everywhere All At Once yang disutradarai oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert dan dibintangi oleh Michelle Yeoh.

Oleh karena itu, Penulis langsung memutuskan untuk menontonnya setelah tahu film ini mendapatkan jatah layar di Indonesia, meskipun baru saja selesai vaksin booster. Untungnya keputusan Penulis tersebut sama sekali tidak salah, karena film ini benar-benar madness!

Jalan Cerita Everything Everywhere All At Once

Penulis terlambat sekitar 10 menit ketika menonton film ini karena harus pergi ke beberapa tempat terlebih dahulu. Untungnya, Penulis hanya ketinggalan build up dan perkenalan dari anggota keluarga dari tokoh utamanya.

Everything Everwhere All At Once dibagi menjadi tiga bagian yang diambil dari judulnya, yakni Part 1: Everything, Part 2: Everywhere, Part 3: All At Once. Ini adalah salah satu sisi dari film ini yang Penulis sukai.

Part 1: Everything

Bagian pertama menjelaskan awal mula bagaimana kegilaan multiverse di film ini dimulai. Fokus utamanya adalah Evelyn Quan Wang (Michelle Yeoh), pemilik usaha binatu yang sedang terlilit masalah pajak.

Saat berusaha mengurusnya di kantor pajak, suaminya Waymond Wang (Ke Huy Quan) tiba-tiba dirasuki oleh Alpha Waymond dari semesta lain yang berusaha memperingatkan Evelyn tentang bahaya yang diakibatkan oleh Jobu Topaki.

Jobu Topaki sendiri aslinya adalah Alpha Joy atau Joy Wang (Stephanie Tsu) yang merupakan anak Evelyn dan Waymond. Di alphaverse, Alpha Evelyn memaksa Alpha Joy untuk melampaui batas sehingga ia jadi bisa mengakses semua universe dan mampu memanipulasi materi.

Dengan kekuatannya yang overpowered, ia membuat The Everything Bagel dari segala mimpi dan harapannya yang berpotensi menghancurkan multiverse. Untuk itulah Alpha Waymond meminta pertolongan kepada Evelyn di universe ini untuk menghentikan Jobu Topaki.

Selain itu, Alpha Waymond juga memberitahu mengenai verse-jumping yang bisa digunakan untuk mengakses kemampuan varian kita di universe lain. Untuk bisa melakukannya, kita harus melakukan berbagai hal yang random.

Berawal dari sana lah petualangan multiverse Evelyn dimulai dan ia melihat banyak kehidupannya di universe lain. Di film ini, setiap keputusan atau kegagalan yang dialami Evelyn akan menciptakan cabang universe baru.

Kenapa Evelyn yang ini bisa berhasil? Karena ia adalah Evelyn yang selalu mengalami kegagalan dalam hidupnya dan itu jadi potensi terbesarnya. Kegagalannya adalah kesuksesan variannya di semesta lain.

Benar saja, ia adalah varian Evelyn yang dicari-cari oleh Jobu Topaki. Pada akhir bagian, pikiran Evelyn kelebihan beban dan Alpha Waymond dihabisi oleh Jobu Topaki di alphaverse.

Part 2: Everywhere

Evelyn yang pikirannya terpecah-pecah membawa kita menyelami lebih dalam mengenai kehidupan lainnya di universe lain. Ada yang dia jadi artis terkenal, manusia berjari hotdog, koki, dan lain sebagainya.

Lantas, ia menyadari bahwa tujuan Jobu Topaki membuat The Everything Bagel bukanlah untuk menghancurkan multiverse, melainkan dirinya sendiri karena merasa di seluruh universe pun tidak ada hal yang benar-benar berarti.

Jobu Topaki mencari Evelyn karena membutuhkan seseorang yang memahami dirinya. Evelyn hampir saja ikut Jobu Topaki masuk ke dalam The Everything Bagel, tetapi membatalkannya setelah mendengar suara suaminya yang berusaha mati-matian membela dirinya.

Evelyn pun kembali ke semestanya dan mengalahkan semua anak buah Jobu Topaki sembari memberikan mereka kebahagiaan. Pada akhirnya, Evelyn juga berhasil menyelamatkan Jobu Topaki dan membuatnya membatalkan dirinya masuk ke The Everything Bagel.

Part 3: All At Once

Bagian terakhir merupakan konklusi dari film ini, di mana semua menjadi happy ending di mana masalah pajak mereka mulai memperlihatkan titik terang dan pacar Joy sudah dianggap sebagai keluarga.

Evelyn sempat terlihat memfokuskan pikirannya ke varian dirinya yang lain, sebelum kembali ke universe-nya sendiri. Apakah ini menjadi semacam petunjuk tentang sekuel dari film ini?

Setelah Menonton Everything Everywhere All At Once

Penulis seolah kehabisan kata-kata setelah menonton film ini. Absurd, tapi bagus. Ada komedinya, tapi ada juga bagian yang menyentuh. Setelah menonton film gila ini, butuh beberapa menit untuk mencerna apa yang baru saja Penulis tonton.

Film ini jelas terasa segar karena memang benar-benar film baru, bukan sekuel, prekuel, reboot, remake, dan lain sebagainya. Sayang, seringnya film seperti ini justru kurang mendapatkan spotlight, kalah dengan franchise film raksasa yang kadang menjemukan.

Dengan budget yang relatif kecil, film ini berhasil membawa pengalaman yang unik kepada penontonnya. Kegilaan multiverse-nya benar-benar terasa dengan berbagai efek kamera yang sangat keren dan sinematografi yang begitu indah.

Penulis sangat menyukai efek bagaimana kita bisa melihat puluhan varian Michelle Yeoh hanya dalam beberapa detik. Hanya saja perlu dicatat, banyak adegan yang berpotensi membahayakan penderita epilepsi.

Kalo dari segi cerita, sebenarnya ceritanya sederhana saja. Bisa dibilang, ini adalah drama keluarga (tentang orang tua yang strict dan anaknya yang ingin bebas) yang dibalut dengan rumitnya multiverse secara rapi.

Selain itu, film ini juga menyinggung mengenai nihilistik, di mana Joy yang sudah mengunjungi semua universe menganggap nothing really matters. Untuk itu, ia pun membuat bagel yang secara kasar adalah jalannya untuk bunuh diri.

Akting para pemainnya pun patut diacungi jempol. Selain Yeoh yang sangat layak masuk nominasi Oscar, akting dari Tsu dan Quan (yang sedikit mirip Jackie Chan) juga patut diapresiasi karena mampu membawa kita terbawa suasana.

Dari banyaknya universe yang ditampilkan, tentu yang paling absurd adalah ketika Evelyn dan Joy menjadi batu dan bercakap-cakap di semacam canyon. Entah apa yang dipikirkan oleh pembuat film ini, yang uniknya Penulis cukup menyukainya kesunyian yang ada di dalamnya.

Yang jelas, Everything Everywhere All At Once akan menjadi salah satu film favorit Penulis seumur hidup. Film orisinal yang unik dan dieksekusi dengan begitu rapi, bahkan Penulis susah untuk menemukan plot hole di film ini.

Hanya saja, film seperti ini memang baiknya hanya menjadi film solo tanpa perlu sekuel. Everything Everywhere All At Once sudah cukup untuk menjadi sebuah masterpiece. Penulis sangat menikmati film ini dan ingin menontonnya lagi.


Lawang, 3 Juli 2022, terinspirasi setelah menonton Everything Everywhere All At Once

Foto: The Cinema In The Arches

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version