Pengalaman

Kelahiran GEN X SWI

Published

on

Dalam beberapa bulan ke depan, amanah yang telah diberikan kepada saya sebagai ketua Karang Taruna Sumber Wuni Indah akan berakhir, seiring dengan pergantian pengurus RW. Oleh karena itu, tulisan ini saya khususkan kepada kader-kader calon pemimpin Karang Taruna yang akan meneruskan tongkat estafet untuk mengelola organisasi ini. Harapan saya, dengan memahami bagaimana Karang Taruna terbentuk, rasa memiliki dalam diri mereka akan semakin besar.

Pada Agustus 2016, seperti biasa remaja di Sumber Wuni Indah sedang mempersiapkan rangkaian acara untuk memeringati kemerdekaan Republik kita. Di tengah-tengah kesibukan menyelesaikan skripsi, saya, Haykal dan Pentol (kami bertiga termasuk remaja senior yang sudah berpengalaman mengelola acara 17an), sedang menyusun suatu konsep yang bisa dibilang beda seperti biasanya. Bisa dibilang, tahun ini kami jadikan ajang “balas dendam” karena pada tahun sebelumnya kami bertiga sibuk dengan urusan perkuliahan.

Pada awal bulan, kami mendapatkan undangan rapat dari mas Cong sebagai koordinator remaja. Sebagaimana tradisi sejak tahun 2014, panitia 17an terdiri dari remaja yang berada di bangku kuliah dan SMA. Karena itu kami kaget ketika sampai di lokasi rapat (Balai RW), perserta rapat yang datang adalah remaja-remaja SMP yang belum terlalu dekat dengan kami. Dalam perkiraan kami, tahun ini kami baru ketambahan setidaknya dua remaja yang bisa yang bisa menjadi panitia, yaitu Ekky dan Azka, karena mereka telah memasuki bangku SMA/SMK.

Kekagetan kami berubah menjadi kekecewaan karena usul kami untuk menjadikan Pentol sebagai ketua panitia tidak disetujui oleh mas Cong, dengan alasan tahun ini ketua panitia harus dipegang yang lebih muda. Padahal sudah satu lembar kertas terisi oleh konsep-konsep kami. Akhirnya peserta rapat pun secara aklamasi menyetujui penunjukkan Ekky sebagai ketua panitia oleh mas Cong.

Peristiwa ini sedikit menurunkan semangat kami yang menggebu-gebu di awal. Kami hanya diberi tanggungjawab mengelola acara Malam Tasyakuran yang rutin diadakan setiap tanggal 16 Agustus, yang secara struktural berada di bawah komando Ekky dengan Pentol sebagai penanggungjawabnya. Kami berusaha menghargai keputusan ini, toh pasti adik-adik ini akan meminta bantuan kepada kami yang sudah berpengalaman.

Maka berlangsunglah acara sepanjang Agustus, dan siapa yang menyangka bahwa kekecewaan ini berubah menjadi kebahagiaan. Melihat kinerja dan semangat para ABG ini sebagai panitia, sebuah gagasan pun muncul di benak kami. Sebuah gagasan yang sebelumnya belum pernah sekalipun melintas di pikiran kami, sebelum kami bertemu dengan mereka.

 

Kenapa enggak dibuat Karang Taruna aja?

Seusai pembubaran panitia, kami bertiga menghadap RW untuk menyampaikan ide ini. Pak RW sangat antusias mendengarnya, mengingat Karang Taruna di perumahan sudah lama vakum karena tidak ada penerusnya. Maka pak RW memutuskan untuk diadakan rapat pembentukan Karang Taruna pada 3 September 2016, yang hingga kini diperingati sebagai ulang tahun Karang Taruna.

Rapat dihadiri oleh pengurus RW dan PKK serta semua remaja yang ada di Sumber Wuni Indah. Rapat diawali dengan sambutan dari pak RW bahwa remaja di perumahan Sumber Wuni Indah memiliki inisiatif untuk membentuk Karang Taruna sebagai wadah remaja dalam berorganisasi. Setelah bapak-ibu peserta menyepakati dibentuknya Karang Taruna, dilakukanlah pemungutan suara untuk memilih ketua. Bapak dan Ibu memilih tiga calon ketua, saya, Pentol dan Elvira, putri dari pak RW.

Pemungutan suara dilakukan oleh remaja, dan kebetulan saya mendapatkan suara terbanyak. Maka amanah pun resmi saya pegang hingga akhir periode nanti. Saya masih ingat, visi saya sebagai ketua hanya satu, membentuk pondasi yang kuat sebagai landasan organisasi berdiri. Bangunan, apabila memiliki pondasi yang kuat, tidak akan mudah roboh.

 

Asal Mula Nama GEN X SWI

Rapat berikutnya diadakan pada tanggal 10 September 2016 dengan berbagai agenda. Salah satunya adalah nama Karang Taruna. Sebelumnya, setiap anak sudah diberi tugas untuk mengusulkan nama Karang Taruna. Saya sendiri lebih condong setuju dengan usulan nama dari Pentol, yakni PARIKESIT. Selain cucu Arjuna yang mendapatkan titah untuk memimpin kerajaan Astina setelah Pandawa memutuskan untuk memulai perjalanan ke Himalaya, PARIKESIT merupakan akronim dari Pemuda Aktif Rajin Inovatif Kreatif Energik Solider Inisiatif Tanggungjawab. Memang terkesan memaksa, namun itu juga Pentol jadikan sebagai doa.

Rapat itu juga dihadiri dari sesepuh remaja (satu tingkat diatas remaja senior) yang akrab dipanggil dengan mas Gogon. Beliau mengusulkan nama GEN X SWI dengan makna dan esensi dari nama tersebut. Maka setelah dilakukan pemungutan suara, terpilihlah GEN X SWI sebagai nama Karang Taruna Perumahan Sumber Wuni Indah. Jujur, saya kurang setuju dengan nama tersebut, tapi inilah demokrasi.

Akhirnya kami merumuskan makna GEN X SWI agar lebih sesuai dengan kepribadian kami. Gen merupakan singkatan dari Generasi. X, dalam variabel penelitian, merupakan variabel yang memberikan pengaruh kepada variabel Y, dimana dalam konteks ini berarti Sumber Wuni Indah. Jika digabungkan, maka GEN X SWI bermakna:

Generasi yang ingin memberikan pengaruh (positif) kepada Sumber Wuni Indah.

Begitulah kisah-kisah yang mengiringi berdirinya GEN X SWI, Karang Taruna Sumber Wuni Indah. Hikmah yang bisa diambil dari kejadian-kejadian tersebut adalah:

Apa yang menurutmu kurang baik, bisa jadi ternyata lebih baik dari prasangkamu karena Tuhan Maha Tahu apa yang baik buat kita

Saya ulangi lagi harapan saya yang telah saya ucapkan di awal tulisan, semoga anggota GEN X SWI yang telah membaca tulisan ini semakin memiliki rasa memiliki GEN X SWI, sehingga semua proker yang telah disusun bisa berjalan dengan baik.

 

Lawang, 10 Januari 2018, setelah bertanya kepada teman perihal kehidupan kelas akselerasi di SMA

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version