Permainan
Koleksi Board Game #1: Monopoly
Mengingat jumlah koleksi board game-nya sudah agak lumayan, Penulis memutuskan untuk membuat sebuah seri tulisan yang akan menjelaskan sekaligus memberikan ulasan terhadap board game yang dimiliki.
Penulis akan membuat seri tulisan ini urut berdasarkan board game mana yang dimiliki terlebih dahulu. Kebetulan, board game (asli) yang pertama kali Penulis miliki adalah mbah-nya board game: Monopoly.
Rasanya yang tidak “terjun” ke dunia board game sekalipun pasti pernah tahu tentang board game yang satu ini. Apalagi, banyak versi-versi bajakannya yang dijual murah meriah sehingga bisa dimainkan oleh semua kalangan.
Meskipun sudah berusia hampir 90 tahun, board game yang satu ini masih menjadi favorit banyak orang dan cocok untuk dimainkan untuk keluarga. Apalagi, ada banyak varian yang membuat permainan ini tidak membosankan.
Detail Board Game
- Judul: Monopoly
- Desainer: Charles Darrow, Elizabeth J. Magie (Phillips)
- Publisher: Hasbro
- Tahun Rilis: 1935
- Jumlah Pemain: 2 – 8 pemain
- Waktu Bermain: 60 – 180 menit
- Rating BGG: 4.4
- Tingkat Kesulitan: 1.63/5
Cara Bermain Monopoly
Pada setiap seri tulisan ini, Penulis akan berusaha menjelaskan versi sederhana dari peraturan yang ada. Jika ingin mengetahui peraturan yang lebih advance dan jelas, bisa ditonton video tutorial yang ada di atas ini atau cek di situs Board Game Geek.
Bisa dibilang, mayoritas orang yang pernah bermain board game tahu bagaimana cara bermain Monopoly. Objektif utama dari Monopoly adalah menjadi one man last standing dengan cara memonopoli papan permainan dan membuat lawan bangkrut.
Tingkat kehokian yang dimiliki oleh Monopoly cukup tinggi, karena jalannya permainan ditentukan oleh berapa angka yang keluar oleh dadu. Tentu saja tetap dibutuhkan strategi agar bisa menguasai petak tertentu yang bisa memaksimalkan penghasilan kita.
Dengan modal yang dimiliki, masing-masing pemain dapat membeli petak dengan harga tertentu. Kita bisa membangun properti di atasnya, asalkan sudah memiliki satu kompleks yang ditandai dengan warna petak.
Lawan yang mendarat di lahan kita diharuskan membayar sejumlah uang. Jika tidak bisa membayar, maka pemain tersebut akan dinyatakan bangkrut oleh bank. Permainan akan terus berlanjut hingga hanya tersisa satu orang.
Salah satu elemen yang membuat Monopoly menarik adalah dibutuhkannya kemampuan untuk bernegosiasi dengan lawan dalam kondisi tertentu. Contohnya adalak ketika kita ingin membeli petak lawan untuk melengkapi kompleks yang kita miliki.
Namun, seringnya negosiasi ini berjalan alot karena jika kita mendarat di petak yang sudah ada propertinya (apalagi ada hotel), maka jumlah uang yang harus dibayarkan sangatlah tinggi. Meskipun sudah menggadaikan dan menjual aset, tetap saja uangnya masih kurang.
Selain itu, ada elemen hoki lain yang dimiliki oleh permainan ini, yaitu adanya kartu Community Chest dan Chest, atau dalam versi Indonesianya adalah Dana Umum dan Kesempatan. Kartu-kartu ini bisa membuat untung, tapi tak jarang membuat buntung.
Biasanya, setelah aset yang dimiliki sudah cukup banyak, pemain akan dengan sengaja memasukkan diri ke penjara untuk menghindari mendarat di petak lawan. Padahal, di awal permainan penjara sangat dihindari karena menghalangi kita untuk membeli aset.
Satu hal yang Penulis sukai dari Monopoly versi asli adalah penggunaan nama-nama tempat di London, mengingat dirinya memang penyuka kota tersebut. Kalau di versi “bajakan”, biasanya akan menggunakan nama-nama kota di dunia, di mana Jakarta jadi yang termahal.
Setelah Bermain Monopoly
Ketika hendak membeli Monopoly, Penulis sama sekali tidak berniat menjadikannya sebagai awal dari hobi mengoleksi board game. Penulis membeli karena memang menyukainya, bahkan Penulis membeli versi digitalnya di Steam (dan tidak pernah dimainkan lagi).
Apalagi, waktu itu Penulis membeli Monopoly ini ketika sedang diskon 50% menjadi Rp250.000. Jadi, seolah tidak ada alasan lagi untuk tidak membeli board game ini. Monopoly resmi jadi board game pertama yang dimiliki.
Meskipun masih menyenangkan untuk dimainkan, bermain Monopoly membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi jika tidak ada pemain yang mau mengalah dan menjual asetnya kepada pihak yang membutuhkan. Uang “denda” jadi sangat sedikit.
Oleh karena itu, Penulis lebih sering bermain dengan mode tim, di mana pemain yang ada dibagi menjadi dua tim. Para pemain akan saling bergantian bermain dan aset serta uang yang dimiliki bisa dibagi.
Dengan menggunakan cara ini, bermain Monopoly pun bisa berakhir dalam waktu satu jam, waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan sebuah board game. Alasannya, probabilitas untuk mendapatkan satu kompleks menjadi lebih mudah.
Selain itu, bermain secara tim juga membuat proses negosiasi jadi lebih ramai karena semua pemain bisa berbicara. Untuk mengisi waktu santai bersama teman-teman, Monopoly benar-benar cocok walau berpotensi untuk merusak pertemanan.
Biasanya, permainan akan menjadi lebih semarak jika orang yang ditunjuk menjadi bank menjadi murah hati dan kerap mengadakan “event” untuk mendapatkan tambahan uang. Namun kalau berlebihan, permainan akan menjadi kurang seimbang.
Jika disimpulkan, Monopoly sangat layak untuk dibeli, bahkan untuk orang yang tidak berminat untuk mengoleksi board game lebih dalam lagi. Tensi serta keseruan yang dimiliki seolah tak lekang oleh waktu.
Selanjutnya -> Ticket to Ride: London
Lawang, 17 Januari 2023, terinspirasi setelah ingin menulis sebuah seri tentang koleksi board game yang dimiliki
You must be logged in to post a comment Login