Anime & Komik

Setelah Menonton Suzume no Tojimari

Published

on

Meskipun menonton serial anime, Penulis sangat jarang menonton film anime. Entah mengapa walau secara total durasi serial lebih panjang, Penulis sering merasa bosan ketika menonton anime dalam format film.

Maka dari itu, Penulis belum pernah menonton film-film dari Studio Ghibli. Kalau film dari Makoto Shinkai pernah sekali, yang berjudul Kimi no Nawa (Your Name). Namun, film yang sering dianggap masterpiece tersebut bagi Penulis biasa saja.

Oleh karena itu, Penulis awalnya tidak tertarik untuk menonton film terbaru Makoto Shinkai yang berjudul Suzume no Tojimari. Hanya saja, di awal bulan puasa Penulis sedang ingin menonton film di bioskop, sehingga akhirnya memutuskan untuk menonton film ini.

Spoiler Alert!

Jalan Cerita Suzume no Tojimari

Suzume no Tojimari berpusat pada gadis SMA bernama Suzume Iwato yang tinggal di Kyushu bersama bibinya. Dalam kehidupannya yang biasa, tiba-tiba ia bertemu dengan seorang laki-laki tampan yang sedang mencari “pintu di reruntuhan”.

Karena merasa penasaran, ia pun berusaha mencari laki-laki tersebut hingga akhirnya ia menemukan pintu yang dicari. Ia pun membukanya dan menemukan ada “alam” lain di seberang pintu tersebut, tetapi tidak bisa ia masuki.

Lantas, ia tersandung patung kucing yang tiba-tiba berubah menjadi kucing sungguhan. Ternyata, perbuatannya tersebut memicu “Cacing” berukuran raksasa yang menyebabkan gempa bumi di wilayah tersebut.

Untungnya, laki-laki tersebut berhasil menutup dan menyegel pintu tersebut, sehingga gempa bumi berhasil berhenti. Ternyata namanya adalah Sōta Munakata, di mana ia memang bertugas untuk menutup semua pintu serupa di seluruh Jepang.

Karena terluka, Suzume pun membawa Sōta ke rumahnya agar ia bisa merawat lukanya. Tiba-tiba, seekor kucing yang ditemui Suzume di dekat pintu tersebut datang. Bernama “Daijin“, ia mengubah Sōta menjadi kursi anak-anak milik Suzume.

Hal ini mendorong Suzume membantu Daijin berkeliling Jepang untuk menutup pintu-pintu lain yang hendak dibuka oleh Daijin. Sōta pun menjelaskan kalau Daijin adalah keystone yang seharusnya menjaga agar “Cacing” tersebut tidak keluar.

Mereka pun bertualang ke Ehime, Shikoku, Kobe, hingga Tokyo. Ternyata, Daijin berniat untuk menjadikan Sōta sebagai keystone menggantikan dirinya agar dirinya bisa menghabiskan waktu bersama Suzume.

Selain itu, terungkap bahwa alam yang berada di balik pintu-pintu tersebut merupakan alam baka yang tidak bisa dimasuki oleh orang yang masih hidup. Namun, Suzume tidak menyerah dan tetap ingin menyelamatkan Sōta.

Ia pun mencari kakek Sōta dan mendapatkan fakta kalau ada satu pintu yang bisa membawa Suzume ke sana. Awalnya, Suzume berniat untuk menjadi keystone menggantikan Sōta. Namun, Daijin pada akhirnya memilih untuk kembali menjadi keystone.

Pada akhirnya, Suzume pun mampu menyelamatkan Sōta dan mengembalikannya menjadi manusia. Sōta pun kembali melanjutkan perjalanannya sembari berjanji suatu saat akan kembali bertemu dengan Suzume.

Setelah Menonton Suzume no Tojimari

Pada dasarnya, Penulis kurang menyukai cerita anime yang berbau fantasi atau supernatural. Penulis lebih menyukai cerita-cerita yang terasa dekat dan bergenre slice of life. Oleh karena itu, Penulis merasa dirinya kurang bisa menikmati film ini.

Jika dibandingkan dengan Kimi no Nawa, film ini lebih terasa runtut. Adegan demi adegannya berurutan dengan masalah yang makin lama makin membesar. Ini berbeda dengan Kimi no Nawa yang agak maju-mundur alurnya.

Flashback yang ada hanya merujuk ke masa kecil Suzume, di mana ia pernah tersesat dengan masuk ke alam di balik pintu tersebut. Di akhir film, terungkap bahwa ternyata dirinya yang sekarang adalah sosok yang membantu Suzume kecil kembali ke dunianya.

Apa yang Penulis suka dari segi ceritanya adalah alurnya yang terasa rapat dan padat. Penulis hampir tidak menemukan adegan yang terasa diulur-ulur. Maka dari itu, aksi petualangan yang disajikan pun terasa seru untuk diikuti dan tidak membosankan.

Selain itu, Penulis juga bersimpati kepada karakter Daijin. Bagi Penulis, sosoknya yang polos pada akhirnya harus menerima kenyataan kalau dirinya harus menjadi keystone, apalagi setelah menyadari kalau Suzume lebih ingin bersama Sōta daripada dengan dirinya.

Karakter-karakter sampingan di film ini pun lumayan menarik, mulai dari bibinya Suzume yang sempat meluapkan perasaan negatif yang ia pendam selama ini hingga kawan karib Sōta yang membantu mengantar Suzume menggunakan mobil bekasnya.

Di luar segi cerita, seperti biasa animasi dan musik dari film buatan Makoto Shinkai selalu luar biasa dan indah. Sepanjang menonton film ini, mata Penulis seolah dimanjakan dengan animasi-animasi yang begitu detail dan terasa nyata.

Teman Penulis yang ikut menonton film ini memberikan nilai 9 untuk film ini. Penulis sendiri merasa kalau film ini lebih baik dari Kimi no Nawa. Apalagi, drama percintaan yang disajikan tidak terlalu banyak karena lebih menonjolkan petualangannya.

Kalau Pembaca adalah penikmat film-film Makoto Shinkai sebelumnya, kemungkinan besar Pembaca juga akan menyukai karya terbarunya ini. Mungkin karena bukan penggemarnya, Penulis jadi melewatkan esensi yang hendak disampaikan oleh Makoto Shinkai.


Lawang, 8 April 2023, terinspirasi setelah menonton Suzume no Tojimari

Foto: KAORI Nusantara

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version