Film & Serial

[REVIEW] Setelah Menonton Guardians of the Galaxy Vol. 3

Published

on

Marvel Cinematic Universe (MCU) Phase 5 dibuka dengan kurang memuaskan karena film Ant-Man and the Wasp: Quantumania yang menurut Penulis banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, Penulis pun menurunkan ekspektasinya untuk film-film Marvel selanjutnya.

Nah, film Marvel selanjutnya yang tayang adalah Guardians of the Galaxy Vol. 3. Kembali disutradarai oleh James Gunn sebelum ia pindah ke DC, film ini akan menjadi penutup trilogi dari para Guardians, setidaknya untuk komposisi tim yang telah kita kenal selama ini.

Ekspektasi Penulis yang semula sudah diturunkan, menjadi sedikit naik lagi berkat rating kritikus di situs Rotten Tomatoes yang berada di angka 81%. Setidaknya, film ini memiliki rating yang jauh lebih baik dari beberapa film terakhir.

Seperti biasa untuk menghindari tukang spoiler, Penulis pun menonton di hari perdana penayangannya pada Rabu (3/5/23) kemarin. Hasilnya, Penulis merasa film ini adalah yang terbaik di antara semua film Marvel yang telah rilis di Multiverse Saga.

Jalan Cerita Guardians of the Galaxy Vol. 3

Pada adegan pembuka film, kita bisa melihat sekilas mengenai masa lalu Rocket Raccoon (Bradley Cooper) di kandang bersama sekumpulan rakun lainnya. Penulis akan ceritakan kisah Rocket secara lengkap setelah menceritakan timeline utamanya

Lantas, seperti yang sudah terlihat di Guardians of the Galaxy Vol. 3 Holiday Special, para Guardians masih terlihat sedang membangun peradaban baru di Knowhere. Para Guardians kesayangan kita pun terlihat lengkap.

Kita juga bisa melihat kalau Peter Quill (Chris Pratt) masih merasa depresi karena kehilangan Gamora (Zoe Saldana) hingga mabuk. Tiba-tiba, Knowhere diserang oleh Adam Warlock (Will Pouter) yang punya misi menculik Rocket sekaligus balas dendam.

Ternyata, Adam adalah makhluk yang sempat disebut dalam akhir Guardians of the Galaxy Vol. 2, di mana ia adalah makluk paling sempurna dari bangsa Sovereign. Terkuak juga fakta kalau bangsa tersebut (termasuk Adam) adalah buatan High Evolutionary (Chukwudi Iwuji).

High Evolutionary adalah villain utama di film ini, yang memiliki ambisi untuk membangun peradaban sempurna dengan makhluk yang juga sempurna. Rocket adalah salah satu makhluk ciptaannya, dan ia ingin menculik Rocket karena tertarik dengan kecerdasan otaknya.

Untungnya, upaya Adam bisa digagalkan setelah Nebula (Karen Gillan) menusuk Adam, tetapi Rocket terluka parah dan terancam mati.. Ketika mencoba untuk menyelamatkannya, diketahui ada sebuah sistem yang membutuhkan passcode agar Rocket bisa selamat.

Sepanjang film, kita akan dibawa maju mundur untuk mengetahui backstory Rocket yang memilukan. Diketahui juga ia memiliki teman-teman sesama kelinci percobaan dari High Evolutionary, yaitu Lylla, Teefs, dan Floor.

Petualangan para Guardians untuk menyelamatkan hidup Rocket pun dimulai. Mereka menuju ke Orgocorp dengan harapan bisa mendapatkan data tentang Rocket. Menariknya, mereka dibantu oleh Gamora versi masa lalu yang muncul dari film Avengers: Endgame.

Sayangnya, passcode-nya gagal mereka temukan. Namun, mereka menemukan fakta kalau passcode tersebut terdapat pada salah satu anak buah High Evolutionary. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke Counter-Earth, planet buatan High Evolutionary.

Para Guardians pun terbagi menjadi dua tim, di mana Peter, Nebula, dan Groot (Vin Diesel) pergi menemui High Evolutionary, sedangkan Drax (Dave Bautista), Mantis (Pom Klementieff), dan Gamor berjaga di pesawat untuk menjaga Rocket yang sekarat.

Ternyata, High Evolutionary berencana menghancurkan Counter-Earth karena merasa tidak puas dengan ciptaannya. Di sisi lain, Drax dan Mantis justru menyusul Peter. Untungnya, Rocket yang diincar berhasil dilindungi oleh Gamora.

Peter berhasil mendapatkan passcode yang dibutuhkan dan Rocket hampir saja tidak selamat. Setelah itu, mereka pun memiliki misi baru untuk menyelamatkan anak-anak yang hendak dijadikan kelinci percobaan berikutnya oleh High Evolutionary.

Klimaks pun akhirnya terjadi. Setelah berhasil menyerang kapal induk High Evolutionary dan menyelamatkan anak-anak yang diculik, Rocket menemukan fakta bahwa ternyata dirinya adalah rakun. Setelah itu, ia dan para Guardians pun berhasil mengalahkan High Evolutionary.

Seusai konflik berakhir, ternyata para Guardians berpencar dengan tujuannya masing-masing. Peter ingin kembali ke Bumi dan hidup bersama kakeknya, sedangkan Mantis ingin mencari jadi dirinya sendiri.

Nebula ingin memimpin peradaban baru di Knowhere, di mana ia meminta tolong kepada Drax untuk membantunya karena ia telah melihat sosok ayah yang akan mampu membantunya membimbing anak-anak yang berhasil mereka selamatkan.

Guardians of the Galaxy akan dipimpin oleh Rocket, bersama Alpha-Groot, Kraglin (Sean Gunn), dan Cosmo (Maria Bakalova). Selain itu di adegan post credit, diketahui kalau Adam Warlock dan salah satu anak kecil yang tadi juga bergabung ke dalam tim.

Origins Story dari Rocket Raccoon

Rocket ditangkap oleh High Evolutionary untuk dijadikan sebagai kelinci percobaan dalam membuat makhluk yang sempurna. Menariknya, ketika ada adegan tangan di awal film, Rocket menjadi satu-satunya rakun yang tidak terlihat takut, bahkan terkesan penasaran.

Ia dikurung di kandang bersama teman-temannya sesama Batch 89, yaitu berang-berang bernama Lylla, walrus bernama Teefs, dan kelinci bernama Floor. Mereka berempat sama-sama tidak memiliki tubuh normal karena telah dimodifikasi oleh High Evolutionary.

Ternyata, Rocket memang spesial. Bahkan, ia bisa mengerjakan rumus atau formula tingkat tinggi dengan mudah. Tak heran jika High Evolutionary begitu tertarik dengan Rocket, hingga terkesan sedikit menganggapnya spesial.

Apalagi, Rocket berhasil memecahkan masalah dari Batch 90, di mana makhluk-makhluk yang berevolusi menjadi sangat buas. Sayangnya, ketika telah memecahkan masalah ini, High Evolutionary justru berencana menghabisi semua anggota Batch 89.

Rocket yang cerdik pun ternyata diam-diam telah mengumpulkan peralatan untuk bisa kabur dari markas High Evolutionary. Naas, rencana tersebut telah diendus oleh High Evolutionary dan ia menembak mati semua teman-teman Rocket.

Dikuasai oleh amarah, Rocket pun mencabik-cabik muka High Evolutionary, hingga di masa sekarang kita bisa melihat kalau wajahnya hanya topeng. Setelah itu, ia berhasil kabur dengan menggunakan salah satu pesawat yang ada di sana.

Setelah Menonton Guardians of the Galaxy Vol. 3

Sudah lama Marvel tidak merilis film yang bagus seperti ini. Film ini dengan mudah akan masuk ke dalam Tier S versi Penulis. Hampir semua elemen yang diharapkan ada benar-benar muncul di film ini. Penulis akan melakukan breakdown untuk mengulasnya lebih dalam.

Cerita Sederhana, tapi Ngena

Jika dilihat dari kacamata storytelling, sebenarnya premis yang dimiliki oleh Guardians of the Galaxy Vol. 3 cukup sederhana. Ceritanya adalah tentang bagaimana menyelamatkan nyawa Rocket Raccoon sekaligus mengakhiri kegilaan dari High Evolutionary.

Hanya saja, James Gunn berhasil meramu film ini dengan baik, sehingga di balik kesederhanaannya, penonton mampu menangkap esensi film ini dari masing-masing karakternya.

Tentu saja Rocket menjadi pusat utama dari film ini dengan origin story-nya yang menurut Nebula lebih buruk dari dirinya. Namun, semua karakter mendapatkan porsi yang pas dan seolah mendapatkan redemption-nya masing-masing.

Mari kita bandingkan dengan kedua film sebelumnya. Film pertama adalah tentang Peter dan ibunya, sedangkan film kedua tentang Peter dan ayahnya. Kedua film sebelumnya terlalu berfokus ke Peter, dan itu sangat berbeda dengan film ketiga ini.

Sebagai sosok sentral para Guardians selama ini, Peter pada akhirnya memutuskan untuk step away dan memilih untuk pulang ke Bumi untuk tinggal bersama kakeknya, keluarganya yang masih hidup. Dari adegan post credit, tampaknya kita masih akan melihatnya di MCU.

Rocket pada akhirnya mengetahui dan menerima siapa dirinya. Bahkan, ia pada akhirnya menjadi kapten dari Guardians of the Galaxy. Groot terasa kurang mendapatkan spotlight di film ini, berbeda dengan ketika ia masih remaja dengan berbagai problematikanya.

Nebula sah menjadi salah satu character development terbaik di MCU. Dari awalnya seorang karakter keras yang hanya berambisi mengalahkan Gamora, ia berubah menjadi orang yang lebih peduli ke orang lain, hingga akhirnya memutuskan untuk memimpin Knowhere.

Drax berhasil membuktikan bahwa dirinya bukan hanya karakter yang bodoh dan sekadar joke. Seperti kata Nebula, ia bukanlah seorang destroyer, melainkan seorang dad atau ayah. Masa lalunya yang kehilangan anaknya mungkin berperan besar dalam hal ini.

Mantis memilih untuk mencari dirinya sendiri, setelah selama ini ia selalu hidup menuruti Ego dan Guardians. Ia ingin memiliki free will yang selama ini belum ia miliki. Kraglin pun akhirnya berhasil berhenti menjadi Yondu dan menjadi dirinya sendiri.

Rollercoster Emosi

Dari semua film dan serial MCU yang telah Penulis tonton, jujur saja Guardians of the Galaxy Vol. 3 menjadi film yang paling mampu menaikturunkan emosi Penulis. Tidak hanya itu, film ini juga menjadi yang paling menyentuh dan hampir membuat Penulis menangis.

Sebagaimana dua film Guardians of the Galaxy sebelumnya, film ini memiliki komedi yang khas. Hampir semua leluconnya terasa natural dan tidak maksa. Penulis yang selera humornya agak rendah berhasil dibuat tertawa beberapa kali.

Adegan yang membuat hati pilu pun tak kalah banyak, terutama jika terkait dengan masa lalu Rocket. Ketika Rocket berteriak pilu saat Lylla mati benar-benar mengiris hati. Saat Rocket memasuki Limbo dan Peter merasa gagal menyelamatnya, itu juga menyayat hati.

Namun, ada satu adegan yang sebentar saja, tapi mampu membuat Penulis merinding. Adegan tersebut adalah ketika Kraglin tiba-tiba melihat sosok Yondu yang pada akhirnya membuatnya berhasil mengendalikan panah peninggalannya.

Bagi Penulis, kematian Yondu adalah yang paling menyedihkan dari seluruh film dan serial MCU, bahkan melebihi kematian Tony Stark dan Natasha Romanoff. Sosoknya yang cukup plot twist berhasil membuat Penulis merasa kehilangan atas kematiannya.

Adam Warlock Kurang Memuaskan, tapi Termaafkan

Tentu tidak ada film yang sempurna. Bagi Penulis, ada beberapa kekurangan dari film ini, seperti bagaimana Adam Warlock yang Penulis harapkan akan jadi karakter OP, justru terlihat hanya menjadi “tempelan” saja di film ini.

Memang di film ini, Adam baru saja lahir sehingga masih banyak hal yang belum ia pahami. Hanya saja, awalnya Penulis membayangkan ia akan berperan penting dalam mengalahkan High Evolutionary. Ternyata, tidak, ia hanya menjadi penyelamat Peter di akhir film.

Namun, jika dipikir-pikir lagi, film ini memang hanya menjadi ajang perkenalan karakter ini di MCU. Jika porsinya diperbanyak, justru akan membuat alur cerita film ini terasa tumpang tindih. Oleh karena itu, kekurangan tersebut menjadi termaafkan.

Selain itu, High Evolutionary di film ini juga terasa sedikit kurang di bagian akhirnya. Sama seperti Gorr di film Thor: Love and Thunder, villain yang satu ini terasa kurang dieksplorasi lebih dalam sehingga terasa sia-sia.

Padahal, akting dari Chukwudi Iwuji terlihat meyakinkan dan membuat kita benar-benar membenci High Evolutionary yang begitu kejam. Satu lagi yang disayangkan, karakter ini ternyata cukup lemah dan bisa dikalahkan dengan mudah.

Selain itu, rasanya tidak ada hal yang Penulis keluhkan dari film ini. Guardians of the Galaxy Vol. 3 menjadi kado perpisahan yang manis dari James Gunn, karena setelah ini ia akan memimpin DC Universe memasuki era baru.


Lawang, 6 Mei 2023, terinspirasi setelah menonton Guardians of the Galaxy Vol. 3

Featured Image: IGN

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version