Pengalaman
Perjalanan Cita-Cita Saya, Mulai Astronot hingga Menteri Pendidikan
Entah mengapa secara random Penulis ingin berbagi kronologi cita-citanya mulai kecil hingga sekarang. Kebetulan, Penulis ingat apa saja karir yang diinginkan mulai SD hingga usianya yang sudah mendekati kepala tiga ini.
SD: Astronot dan Ilmuwan
Penulis merasa bersyukur memiliki privilege berupa orangtua yang gemar memberikan bacaan sejak kecil. Bukunya pun semacam ensiklopedia mini dengan beragam topik.
Menariknya, sejak kecil Penulis sudah menunjukkan ketertarikan terhadap luar angkasa. Rasanya semesta menyimpan begitu banyak misteri yang begitu indah sekaligus menakutkan.
Oleh karena itu, kalau tidak salah ketika kelas 2 SD, Penulis bercita-cita menjadi seorang astronot. Tidak pernah terbesit pikiran untuk menjadi dokter, tentara, guru, ataupun pekerjaan yang lebih umum di saat itu.
Ketika kelas 5 atau 6, Penulis sudah mulai membaca komik Seri Tokoh Dunia yang berisi tentang biografi singkat orang-orang penting. Beberapa di antaranya adalah Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Loius Pasteur, dan lainnya.
Oleh karena itu, Penulis sempat berangan-angan menjadi ilmuwan seperti mereka, walau belum tahu apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan.
SMP: Penulis
Penulis mulai suka membaca novel ketika SMP. Beberapa novel yang Penulis baca adalah Sherlock Holmes dan Harry Potter. Tumbuhnya kesukaan membaca ini mendorong hobi baru yang masih dijalani hingga sekarang: menulis.
Draft pertama novel Leon dan Kenji tercipta ketika ada tugas PPKN yang menyuruh muridnya untuk menunjukkan bakat apa yang dimiliki. Karena merasa tidak punya bakat lain, Penulis pun memutuskan untuk membuat sebuah cerita pendek dan berhasil mendapatkan nilai 90.
Oleh karena itu, Penulis bercita-cita untuk menjadi seorang penulis yang ternyata menjadi jalan hidupnya sekarang. Memang belum bisa menerbitkan novelnya sendiri, tapi setidaknya Penulis bisa merintis karir dari hobinya sejak SMP ini.
SMA: Diplomat
Selain membaca buku-buku yang berkaitan tentang luar angkasa, sejak SD Penulis juga sangat suka membaca atlas. Entah berapa ibukota dan bendera negara yang sudah Penulis hafal sejak dini.
Ketika duduk di bangku SMA, entah mengapa muncul dorongan untuk bisa hidup dan tinggal di luar negeri. Karena tidak punya biaya sendiri, Penulis pun coba mencari peluang pekerjaan apa yang bisa membuat Penulis mendapatkan hal tersebut.
Jawabannya pun adalah diplomat. Terserah tinggal di mana, yang penting Penulis bisa merasakan sensasi tinggal di negara lain selain Indonesia.
Ketika memilih jurusan SBMPTN, Penulis memilih jurusan Hubungan Internasional sebagai pilihan keduanya karena merasa jurusan ini bisa membawa dirinya ke cita-cita tersebut.
Sayangnya (atau untungnya?), takdir berkata lain. Penulis justru diterima di jurusan pilihan pertamanya: Informatika.
Kuliah: Dosen dan Punya Software House
Kuliah di jurusan Informatika benar-benar berbeda dari yang dibayangkan. Penulis memang suka dengan komputer sejak kecil, tapi tidak pernah bersentuhan dengan yang namanya bahasa pemograman.
Sejak semester awal, Penulis sudah merasa yakin kalau dirinya tidak berbakat untuk menjadi seorang programmer ataupun pekerjaan lain yang bersentuhan dengan itu.
Maka dari itu, Penulis ingin menjadi seorang dosen. Penulis sempat memiliki rencana untuk melanjutkan studi S2 dengan jurusan Manajemen Informatika. Harapannya, setidaknya Penulis bisa menjadi dosen untuk jurusan Sistem Informasi.
Selain itu, Penulis dan teman-temannya ingin memiliki semacam software house. Kami sudah mencobanya, sayang kurang berhasil karena berbagai kendala.
Selepas Kuliah: Menteri Pendidikan
Anehnya, walau punya cita-cita sebagai seorang dosen, Penulis malah coba untuk melamar pekerjaan di NET TV. Sayangnya, Penulis gagal di babak seleksi terakhir.
Keinginan untuk menjadi seorang dosen pun timbul lagi. Berkat nasihat seseorang, Penulis jadi terdorong untuk mengombinasikan beberapa cita-citanya: pergi ke luar negeri untuk kuliah, lalu pulang ke Indonesia untuk menjadi seorang dosen.
Penulis pun sampai harus pergi ke Kampung Inggris untuk persiapan tes IELTS. Nah, saat itu Penulis sedang membaca buku karya Rhenald Khasali yang berjudul Strawberry Generation.
Buku tersebut membuat Penulis tergugah untuk bisa membantu memperbaiki pendidikan di Indonesia. Tercetuslah cita-cita yang kedengarannya sangat tinggi: Menteri Pendidikan. Cita-cita yang sama dengan Jerome Polin.
Sayangnya, kegagalan mendapatkan beasiswa secara bertubi-tubi menjatuhkan Penulis. Boro-boro jadi menteri, sekadar mendapatkan beasiswa saja tidak berhasil.
Dengan segala kondisinya yang penuh kelimbungan, Penulis memutuskan untuk merantau ke ibukota dan menemukan jenjang karir yang akhirnya cocok dengan dirinya.
Penutup
Sebagai luluan Informatika yang tidak memiliki kemampuan programming, berkesempatan untuk merintis karir sebagai Content Writer adalah kesempatan yang luar biasa.
Tidak hanya itu, Penulis juga sempat mencicipi bidang pekerjaan lain seperti Social Media Specialist hingga Apps & Games Lead. Karir Penulis sekarang sebagai seorang editor juga tidak lepas dari pengalaman-pengalaman tersebut.
Memiliki banyak cita-cita yang unik dan kerap berubah justru menjadi kebanggaan bagi Penulis. Setidaknya, cita-cita sebagai seorang penulis pada waktu SMP tersampaikan, walau dalam bentuk yang berbeda dengan bayangannya.
Jika ditanya apa cita-citanya sekarang, Penulis pun akan kebingungan untuk menjawabnya. Setidaknya, Penulis akan berusaha untuk terus mengembangkan diri dan karirnya. Hasilnya seperti apa, kita lihat saja nanti.
Lawang, 3 Agustus 2021, terinspirasi dari pikiran random yang tiba-tiba muncul
Foto: The Macleay Argus
You must be logged in to post a comment Login