Produktivitas

Ketika Suntuk, Coba Keluar dan Berjalan Sejenak

Published

on

Dalam menjalani keseharian, pasti ada saja masalah atau sesuatu yang menimbulkan perasaan suntuk, bahkan stres. Semakin dipikir, semakin rasanya tidak menemukan jalan keluar untuk permasalahan tersebut.

Kita tentu berusaha mencari cara agar bisa berhenti merasa suntuk. Setiap inidividu tentu memiliki caranya masing-masing, seperti curhat ke teman, scrolling media sosial untuk mencari sesuatu yang lucu, dan lain-lain.

Penulis juga punya caranya sendiri dan ada beberapa. Namun, satu yang dirasa paling sering memberikan dampak positif adalah keluar dari rumah dan berjalan sejenak. Mengapa cara ini Penulis anggap ampuh untuk mengatasi rasa sumpek?

Keluar Rumah Itu Berat untuk Orang Introvert (dan Pemalas)

Kamar adalah Tempat Ternyaman untuk Kaum Introvert (NBC News)

Sebagai orang yang introvert, rumah (terutama kamar) merupakan tempat ternyaman yang mampu memberikan perasaan aman. Oleh karena itu, jangan heran jika kamar para introvert terkesan nyaman untuk ditempati.

Penulis pun seperti itu. Entah sudah berapa uang yang dikeluarkan demi membuat kamarnya nyaman. Bahkan, teman-teman Penulis sudah banyak yang memberikan “testimoni” terkait betapa nyaman kamar Penulis.

Apalagi, kamar Penulis juga berfungsi sebagai tempat kerja, mengingat sampai sekarang Penulis masih Work from Home (WFH). Jadi ada semakin banyak alasan untuk tetap berada di dalam kamar selama mungkin.

Namun, mau se-introvert apapun orangnya, pasti akan menemui titik jenuh jika terus-menerus berada di dalam kamar atau rumah. Seorang introvert pun butuh interaksi dengan dunia luar selama dosisnya tidak berlebihan.

Apalagi jika sedang suntuk, kamar yang awalnya terasa nyaman pun bisa terasa sumpek. Kondisi kamar yang biasanya dijaga kerapiannya tiba-tiba menjadi berantakan dan banyak barang berserakan tidak pada tempatnya.

Bisa dibayangkan, orang yang sedang sumpek tentu akan makin sumpek jika melihat sesuatu yang berantakan. Ada banyak yang berpendapat, kondisi kamar yang berantakan mencerminkan kondisi pikiran yang berantakan pula. Penulis setuju dengan itu.

Penulis pribadi merasa dirinya cukup pemalas, terutama ketika sedang banyak pikiran. Hobi yang biasanya begitu menyenangkan saja berubah menjadi sesuatu yang menyebalkan. Hobi bersih-bersih kamar pun juga ikut ditinggalkan.

Jika sudah sampai berada di titik ini, biasanya Penulis akan memutuskan untuk jalan-jalan keluar sejenak untuk menyegarkan pikiran. Bagi seorang introvert (dan pemalas), itu adalah hal yang cukup berat untuk dilakukan.

Berjalan Sejenak untuk Menghilangkan Suntuk

Penulis Seringnya Jalan Setelah Jam Kerja (The Guardian)

Tak perlu jauh-jauh hingga perlu mengendarai motor, cukup berjalan-jalan di sekitar saja. Penulis sendiri biasanya melakukan jalan-jalan selepas jam kerja, sekalian membeli makan malam (yang biasanya dilakukan dengan naik motor).

Ketika berjalan kaki, benang kusut yang ada di dalam pikiran biasanya pelan-pelan terurai. Entah apakah ada bukti secara ilmiahnya, tapi mungkin dengan berjalan akan membantu melancarkan peredaran darah yang ujungnya membuat otak menjadi lebih jernih.

Berjalan kaki juga bisa memunculkan dopamin (Penulis belum riset yang membuktikan hal ini) yang membantu menimbulkan perasaan bahagia, sehingga perasaan suntuk seharian yang dirasakan juga perlahan sirna.

Selain itu, Penulis jarang membawa ponselnya ketika berjalan keluar. Itu Penulis lakukan agar dirinya lebih fokus pada momen saat ini tanpa terdistraksi dunia maya, walau tentu saja seringkali pikiran tetap melayang ke mana-mana.

Namun, dengan tidak adanya distraksi, Penulis jadi bisa memerhatikan banyak hal. Ketika membeli makan, Penulis jadi bisa memperhatikan abangnya dan bertanya-tanya banyak hal. Tidak hanya abangnya, Penulis juga memperhatikan orang lain di sekitarnya.

Berapa pemasukan si abang dalam sehari? Apakah cukup untuk memenuhi kebutuhannya? Apakah mereka merasa bahagia? Apakah mereka merasa lelah dalam menjalani rutinitas kesehariannya? Apa yang membuat mereka tetap semangat hidup? Dan lain-lain.

Setelah mengamati orang lain, akhirnya muncul perasaan syukur dari dalam diri. Penulis merasa bersyukur masih diberi kerja yang relatif enak, tidak harus banting tulang dari pagi hingga malam yang membutuhkan tenaga super.

Mungkin banyak yang tidak setuju dengan metode “membandingkan” ini, tapi Penulis merasakan manfaatnya. Bersyukur setelah melihat keadaan orang lain rasanya tidak salah, kecuali kita jadi merasa sombong dan merendahkan pekerjaan orang lain.

Penutup

Merasa suntuk atau stres itu sangat manusiawi dan wajar. Justru rasanya aneh, jika ada manusia yang tidak pernah merasakannya. Yang penting adalah bagaimana kita mengatasi hal tersebut agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Biasanya setelah berjalan-jalan sejenak, Penulis yang pikirannya menjadi lebih jernih bisa mulai beraktivitas secara normal. Penulis jadi termotivasi untuk merapikan kamar, menyelesaikan tanggungan pekerjaan, dan lain sebagainya.

Dengan begitu, Penulis pun bisa perlahan-lahan kembali produktif kembali. Contohnya adalah dengan menulis artikel ini, setelah hampir satu bulan merasa tidak mood untuk menulis artikel blog. Rutinitas pagi yang lama ditinggalkan pun sedang dimulai kembali.


Lawang, 13 Februari 2023, terinspirasi dari pikiran yang kerap menjadi lebih tenang setelah berjalan keluar

Foto: Mateusz Sałaciak

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version