Fiksi

[REVIEW] Setelah Membaca Teruslah Bodoh Jangan Pintar

Published

on

Sudah cukup lama sejak Penulis terakhir kali membaca novel karya Tere Liye. Setelah meninggalkan seri Bumi karena sudah tidak sanggup mengikuti semestanya yang seolah meluas tanpa batas, buku terakhir yang Penulis baca adalah Bedebah di Ujung Tanduk.

Setelah di novel Janji Penulis sudah sedikit memuji Tere Liye, Penulis kembali ngomel-ngomel setelah membaca Bedebah di Ujung Tanduk karena beberapa hal. Alhasil, Penulis (sekali lagi) memutuskan untuk berhenti membaca novel karya Tere Liye.

Namun, keputusan tersebut goyah ketika Penulis membaca twit dari Ernest Prakasa pada bulan Februari lalu. Ia mengatakan kalau novel berjudul Teruslah Bodoh Jangan Pintar ini “terlalu berani” sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi Penulis.

Novel bertema politik ini rilis berdekatan dengan pemilihan presiden, sehingga banyak yang mengaitkan novel ini dengan kejadian di dunia nyata. Apakah itu benar? Hanya Tere Liye yang bisa menjawabnya.

Yang jelas, setelah membaca buku ini, mata kita seolah dibuka untuk minimal mengetahui realita yang selama ini tidak tersorot.

Detail Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar

  • Judul: Teruslah Bodoh Jangan Pintar
  • Penulis: Tere Liye
  • Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara
  • Cetakan: Kedua
  • Tanggal Terbit: Februari 2024
  • Tebal: 371 halaman
  • ISBN: 9786238882205
  • Harga: Rp99.000

Sinopsis Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar

Saat hukum dan kekuasaan dipegang oleh serigala-serigala buas berbulu domba.
Saat seluruh negeri dikangkangi orang-orang jualan sok sederhana tapi sejatinya serakah.
Apakah kalian akan tutup mata, tutup mulut, tidak peduli dengan apa yang terjadi?
Atau kalian akan mengepalkan tangan ke udara, LAWAN!

Isi Buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar

Kebanyakan sinopsis buku-buku Tere Liye tidak terlalu menjelaskan apa isi bukunya, seolah ingin menyimpan suatu rahasia yang baru terungkap setelah kita membaca bukunya. Buku ini salah satunya, yang bisa dilihat pada satu paragraf di atas.

Setelah dibuka, ternyata novel ini bercerita tentang persidangan tertutup yang dilakukan oleh para aktivis melawan korporat milik Tuan Liem (PT Semesta Minerals & Minings) yang dituduh melakukan berbagai hal ilegal dan pencemaran lingkungan. Ini merupakan scene yang tak asing, bukan?

Alur ceritanya sendiri maju-mundur, di mana ketika saksi memberikan kesaksian, maka kita akan dibawa flashback ke masa lalu. Format ini selalu berulang di setiap saksi agar memberi kita gambaran mengenai kasus atau masalah yang sedang disidangkan.

Ada banyak sekali saksi yang dihadirkan oleh kedua belah pihak, di mana biasanya pihak tergugat seolah bisa membaca strategi pihak penuntut. Akibatnya, pihak penutut lebih sering kalah daripada menang, karena tim pembela tergugat dipimpin oleh pengacara paling top.

Pada akhirnya, sesuai dugaan, pihak tergugat berhasil memenangkan pengadilan dan berhak untuk melanjutkan proyek yang sedang dikerjakan. Sengaja Penulis menulis bagian akhirnya karena di realita, hal tersebut terlalu sering terjadi, sehingga rasanya tak layak menjadi spoiler. Namun, itu bukan akhir dari cerita di novel ini.

Setelah Membaca Teruslah Bodoh Jangan Pintar

Tidak ada kisah manusia biasa dengan kemampuan super. Tidak ada adegan aksi yang menegangkan. Novel ini terasa begitu dekat dengan kehidupan kita. Menurut Penulis, Tere Liye berhasil menjahit beberapa kejadian nyata seolah menjadi sebuah fiksi pada novel ini, bukan sebaliknya.

Dengan mudah kita akan mengaitkan nama toko di buku ini dengan tokoh di dunia nyata. Penulis yakin, ada nama yang langsung terbesit di pikiran Pembaca begitu mengetahui karakter seperti Bacok dan Hotma Cornelius. Penulis tidak akan menyebutkan nama mereka di sini.

Dalam realita, uang dan kekuasaan selalu menjadi poin penting untuk bisa menjadi pemenang. Hal ini terlihat dari kemenangan PT Semesta yang dilakukan dengan menyogok para juri, selain mengumpulkan berbagai dokumen untuk membantah semua tuduhan yang diarahkan ke mereka.

Bagi yang kerap mengikuti berita-berita seputar konflik agraria, hilirisasi, atau kerusakan lingkungan, mungkin hal yang disajikan bukan hal baru. Namun, novel ini bisa membuka mata bagi mereka yang selama ini belum terlalu mengikutinya.

Konflik-konflik yang dihadirkan sebenarnya cukup berat, tapi Tere Liye mampu menghadirkannya dengan bahasa mudah sehingga kita yang awam dan tidak related mampu memahami situasinya. Di setiap kasus, kita akan dibuat geram dengan kejadian yang ada.

Penulis sempat mengkritik Tere Liye di novel Bedebah di Ujung Tanduk karena risetnya terlalu dangkal. Namun, di novel ini bisa dibilang ia melakukan riset yang cukup detail. Penulis akan percaya jika ia telah mewawancarai korban-korban konflik agraria dan lingkungan yang dalam 10 tahun terakhir kerap terjadi.

Bagi Penulis sendiri, konflik agraria dan kerusakan memang menjadi topik yang Penulis perhatikan. Walau tak ada kontribusi yang bisa Penulis lakukan untuk membantu para korban, setidaknya Penulis merasa perlu untuk tahu dan menyebarkan awareness kepada masyarakat yang lebih luas.

Oleh karena itu, Penulis merasa kalau novel ini mampu membuka mata kita mengenai konflik-konflik yang sedang dihadapi oleh saudara-saudara kita yang ada jauh di sana. Masalah yang mereka hadapi sama sekali tidak ringan, mereka tertindas di tempat tinggal mereka sendiri.

Sayangnya, novel ini bak anime shounen yang hitam-putih karakternya terlalu jelas. Pihak yang baik selalu benar dan pihak yang jahat selalu salah. Hal ini mengurangi elemen realistis yang disajikan pada novel ini.

Selain itu, Penulis juga kurang menikmati bagian ending yang terasa terburu-buru dan kurang realistis. Penulis tidak akan membocorkannya di sini, tapi Penulis merasa bagian akhirnya yang agak menggantung kurang memuaskan.

Namun, secara umum, setidaknya novel ini tidak membuat Penulis ngomel-ngomel. Sejak dulu, Penulis memang lebih suka cerita-cerita Tere Liye yang terasa dekat. Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar justru terasa terlalu dekat, hingga terasa menyeramkan.

Skor: 7/10


Lawang, 19 Agustus 2024, terinspirasi setelah membaca buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar karya Tere Liye

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version