Anime & Komik
Kecemasan Sosial ala Komi Can’t Communicate
Sudah agak lama tidak menonton anime, Penulis memutuskan mencoba untuk menontonnya lagi untuk mengisi waktu luang. Genre yang Penulis pilih tetap seperti biasa, comedy-romance yang ceritanya santai dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu rekan kantor Penulis pernah memberikan saran sebuah anime yang berjudul Komi-san wa, Comyushou desu atau Komi Can’t Communicate. Dari premisnya, Penulis mengetahui kalau ceritanya berpusat pada seseorang yang mengalami kecemasan sosial.
Karena topiknya beririsan dengan mental health, Penulis pun memutuskan untuk menonton serial anime yang satu ini. Setelah menonton, pendapat Penulis bisa dibilang cukup campur aduk.
Kecemasan Sosial yang … Berlebihan?
Anime ini dibuka melalui sudut pandang main character yang terasa seperti side character, Hitohito Tadano. Ia adalah siswa SMA Itan yang terlihat rata-rata dan tidak menonjol sama sekali, bahkan sering terkesan kalau dia mudah sekali untuk diabaikan.
Sebaliknya, teman sebangkunya Shouko Komi adalah gadis remaja yang begitu populer dan terlihat sempurna. Ia cantik, anggun, dan pintar. Semua teman sekolah begitu kagum padanya, hingga ada yang menganggapnya sebagai dewi.
Namun di balik kesempurnaannya, Komi sebenarnya memiliki masalah kecemasan sosial yang parah hingga tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Sekadar menyapa “hai” saja tidak sanggup. Nah, hanya Tadano-lah yang menyadari hal ini.
Setelah itu, Tadano pun jadi memahami Komi sebenarnya ingin bisa memiliki 100 teman. Ia pun bertekad untuk membantu Komi meraih impiannya tersebut dan dimulailah “petualangan” mereka!
Plot cerita di atas sebenarnya menarik dan unik karena Penulis belum pernah menemukan anime yang mengangkat masalah anxiety yang ekstrem seperti ini. Bahkan, Penulis belum pernah bertemu seseorang di dunia nyata yang memiliki kecemasan sosial separah itu.
Di animenya, selalu ada narator yang menyebutkan bahwa orang yang mengalami kecemasan sosial seperti Komi sebenarnya bukan tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain, melainkan karena memang tidak bisa.
Tidak hanya tidak mampu untuk bercakap, Komi pun kerap gugup dan gemetar ketika berhadapan dengan orang lain. Berkat bantuan Tadano, tabiat ini bisa dikurangi meskipun ia tetap membutuhkan media buku dan alat tulis untuk bisa berkomunikasi dengan temannya.
Oleh karena itu, Penulis pun kadang merasa kalau kecemasan sosial yang dialami Komi sedikit berlebihan. Apalagi, tidak ada (atau setidaknya belum ada) latar yang kuat mengapa Komi bisa seperti itu. Apakah karena trauma di masa lalu?
Apalagi, Komi adalah gadis yang cantik. Jika hidup di dunia nyata, mungkin ia akan mudah viral di TikTok atau diangkat menjadi brand ambassador tim esports. Itu mungkin akan membantunya untuk bisa berkomunikasi lebih baik dengan orang lain.
Beberapa Teman yang Sudah Didapatkan Komi
Berkat bantuan Tadano, Komi pun perlahan bisa menjalin pertemanan dengan orang lain. Teman masa kecil Tadano yang supel, Najimi Osana, menjadi teman lain pertama Komi setelah Tadano. Sayangnya, Penulis merasa risih karena gendernya yang tidak jelas.
Selain itu, ada juga Ren Yamai yang memiliki obsesi berlebihan dan tidak sehat kepada Komi (satu lagi yang membuat Penulis merasa kurang nyaman). Karakter yandere yang dimilikinya terasa menyeramkan dan ia pun tak segan menyakiti orang yang dekat dengan Komi.
Nama-nama lain yang sering muncul dan telah menjadi teman Komi adalah Omoharu Nakanaka yang punya sindrom chuunibyo, Himiko Agari yang masokis, Makeru Yadano yang menganggap Komi sebagai rivalnya, dan masih banyak lagi karakter-karakter unik yang menjadi teman Komi.
Apakah anime ini akan tamat ketika Komi berhasil mendapatkan targetnya mendapatkan 100 teman? Bisa jadi. Pada akhirnya, mungkin Komi bisa mengatasi masalah berkomunikasinya dan akhirnya bisa melakukan percakapan kecil dengan teman-temannya tanpa bantuan alat tulis.
Selain itu, bumbu romansa antara Komi dan Tadano pun perlahan mulai terlihat. Tadano memiliki semacam inferior complex yang membuatnya tidak percaya diri dan merasa tidak pantas untuk memiliki hubungan romantis dengan perempuan secantik Komi. Sebaliknya, Komi sendiri belum yakin dengan perasaannya sendiri ke Tadano.
Apakah mereka akan berakhir menjadi sepasang kekasih? Jika melihat kebiasaan anime-anime yang pernah Penulis tonton dengan genre seperti ini, biasanya akan memiliki akhir yang menggantung dan diserahkan kepada penonton.
Penutup
Komi Can’t Communicate adalah anime yang memiliki premis menarik karena mampu mengemas masalah kecemasan sosial (yang mungkin banyak dialami oleh orang introvert) dengan tidak membosankan dan ringan. Bumbu komedi dan romance yang dimiliki tidak berlebihan dan terasa pas untuk dinikmati dengan santai.
Hanya saja, Penulis merasa risih dengan beberapa karakter yang ada di dalamnya. Anime ini berpotensi untuk memiliki lebih banyak lagi karakter karena Komi memiliki target 100 teman, sehingga Penulis harap tidak ada lagi karakter yang bisa membuat risih.
Untuk penggemar genre slice of life, anime ini jelas layak untuk dicoba. Season keduanya sedang mengudara tahun ini, jadi mungkin waktu yang tepat untuk segera maraton dari season pertamanya.
Lawang, 1 Juni 2022, terinspirasi setelah menonton anime Komi Can’t Communicate
Foto Banner: Gowapos
You must be logged in to post a comment Login