Musik
Maskulinitas pada Musik Dewa
Sejak muda, Penulis cenderung menyukai musik dari band-band luar seperti Linkin Park, My Chemical Romance, Dragonforce, Good Charlotte, Simple Plan, dan lain-lain. Pada dasarnya, Penulis menyukai band yang bergenre rock.
Untuk band Indonesia sendiri, tidak banyak yang Penulis sukai karena merasa tidak cocok dengan selera Penulis. Jika ada, mungkin hanya Peterpan atau yang sekarang telah berubah menjadi Noah.
Nah, ketika berusaha mengingat-ingat apakah ada band Indonesia lain yang disukai, Penulis pun teringat akan salah satu band legendaris: Dewa 19 atau Dewa. Bahkan, bersama Noah, musik-musik Dewa masih ada di playlist Penulis hingga sekarang.
Siapa yang Tidak Mendengarkan Lagu-Lagu Dewa?
Harus diakui kalau Dewa memiliki banyak sekali lagu-lagu ikonik yang masih terdengar enak hingga sekarang. Meskipun sempat berganti vokalis dari Ari Lasso ke Once Mekel, band ini tetap bisa mempertahankan eksistensi mereka, bahkan setelah 30 tahun.
Kalau Penulis sendiri, dirinya lebih menyukai Dewa era Once karena nuansa rock-nya lebih terasa. Lagu-lagu Dewa favorit Penulis pun semuanya dari era Once, mulai dari “Pupus”, “Roman Picisan”, “Risalah Hati”, “Satu”, hingga “Pangeran Cinta”.
Tentu masih banyak lagu-lagu Dewa yang tidak kalah terkenal, seperti “Arjuna”, “Separuh Nafas”, “Kangen”, “Mistikus Cinta”, “Dewi”, “Aku Milikmu”, “Kirana”, “Kamulah Satu-satunya”, dan masih banyak lagi. Tak akan habis rasanya jika harus menyebutkan semua lagu top Dewa.
Tidak hanya karena musiknya saja yang membuat Dewa menjadi legenda, karena lirik yang dimiliki oleh Dewa pun terdengar mewah. Pemilihan kata-katanya sederhana, tapi kerap memiliki makna tersirat yang cukup dalam.
Dalam acara Mata Najwa, Najwa Shihab berkata ke Ahmad Dhani bahwa lirik-lirik yang dimiliki oleh Dewa sangat terasa maskulin. Contohnya adalah lirik “Mistikus Cinta”, yakni “Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku”.
Maskulinitas Lirik ala Dewa
Setelah mendengar perkataan tersebut, Penulis jadi lebih mengamati lagu-lagu Dewa. Setelah diperhatikan secara saksama, ternyata memang benar kalau lirik-lirik Dewa terasa maskulin, bahkan untuk lagu-lagu yang bertemakan tentang patah hati.
Ketika ada lirik-lirik seperti “kau hancurkan hatiku, bila kau tinggalkan aku” pada “Separuh Nafas” dan “kau buat remuk, seluruh hatiku” pada “Pupus”, sama sekali tidak terkesan lemah. Justru, lirik-lirik ini seolah menggambarkan amarah dan perenungan.
Ada juga lagu-lagu dengan lirik berupa yang terkesan begitu percaya diri. Selain “Mistikus Cinta” di atas, ada juga lirik “Semua ini, pasti akan musnah, tetapi tidak cintaku padamu” pada “Pangeran Cinta” atau “Akulah Arjuna, yang mencari cinta” pada “Arjuna”.
Selain itu, ada juga lagu yang memiliki lirik dengan kesan demanding bahkan “mengancam”, seperti lagu “Cinta Gila” dengan lirik “Aku kan berbuat apa saja, untuk mendapatkan kamu lagi“.
Penulis pun membandingkan lirik-lirik Dewa dengan Noah, yang bagi Penulis lebih terasa melankolis. Noah memiliki banyak lagu-lagu bertema patah hati, tapi dibalut dengan lirik-lirik puitis yang membuatnya terasa lebih “tenang”.
Selain itu, lirik dari lagu-lagu Dewa juga terdengar lebih lugas dan jelas, dibandingkan dengan Noah yang penuh metafora. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa lagu-lagu Dewa lebih maskulin dan tidak terkesan cengeng.
Penutup
Jika melihat sosok Ahmad Dhani yang menjadi motor dari band Dewa, rasanya wajar saja Dewa terasa maskulin. Sosoknya yang begitu percaya diri sekaligus jenius membuatnya bisa menciptakan lirik-lirik yang terasa gagah dan megah.
Bisa jadi, justru maskulinitas yang dimiliki oleh Dewa menjadi salah satu alasan mengapa Dewa bisa bertahan setelah 30 tahun. Tidak banyak band Indonesia yang mampu meraih milestone tersebut, apalagi setelah mengganti vokalis utamanya beberapa kali.
Lawang, 20 Mei 2023, terinspirasi setelah menyetujui pendapat Najwa Shihab tentang lirik-lirik lagu Dewa yang terdengar Maskulin
Foto Featured Image: Wallpaper Access
You must be logged in to post a comment Login