Pengalaman

Tabungan = Kebutuhan – Ego

Published

on

Penulis suka menonton konten-konten orang yang mengulas suatu isi buku, walaupun “efek sampingnya” adalah Penulis jadi ingin membeli buku tersebut. Beberapa YouTuber yang kerap membuat konten tersebut adalah Fellexandro Ruby dan Maudy Ayunda.

Nah, ketika Maudy Ayunda membuat konten yang mengulas isi buku The Psychology of Money dari Morgan Housel, ada satu rumus yang menarik perhatian Penulis: tabungan = kebutuhan – ego.

Penulis merasa dirinya belakangan ini kerap kesulitan untuk mengendalikan arus pengeluaran keuangannya, terutama setelah meninggalkan Jakarta dan kembali ke Malang. Menemukan rumus tersebut seolah mengingatkan Penulis untuk kembali “ke jalan yang benar”.

Tinggal di Rumah Jadi Lebih Boros?

Di Rumah Kok Jadi Lebih Boros? (Living Success)

Dulu Penulis kerap berkelakar kalau dirinya memiliki cita-cita “kerja di Malang, tapi gaji Jakarta”. Penulis tak menyangka kalau hal tersebut benar-benar terjadi karena sampai saat ini Penulis masih bekerja secara WFH, bahkan telah memasuki tahun keduanya.

Teman-teman Penulis pun sering berkata, “Enak dong, tabungannya jadi lebih banyak karena di rumah.” Memang secara logika, hal tersebut ada benarnya. Namun, terkadang dalam hidup hal ini tidak sesuai dengan logika yang ada di kepala kita.

Penulis justru merasa kalau selama di Malang, dirinya menjadi lebih boros dibandingkan waktu masih merantau di Jakarta. Faktor utamanya, menurut analisis Penulis, adalah karena adanya “rasa aman” yang membuat Penulis terlena.

Ketika merantau, Penulis harus pintar-pintar mengatur keuangannya. Jangan sampai gaji habis sebelum tanggal gajian, karena nanti mau makan apa kalau tidak ada uang. Adanya rasa was-was ini pun membuat Penulis berhasil hidup hemat, bahkan masih memiliki tabungan.

Nah, saat di rumah, perasaan was-was tersebut menjadi hilang. Minimal, uang makan dan laundry bisa berkurang. Akibatnya, uang yang biasanya digunakan untuk kebutuhan hidup beralih fungsi menjadi keinginan yang didasarkan oleh ego.

Seperti kalimat yang diucapkan oleh Maudy Ayunda di atas, tabungan Penulis menjadi lebih sedikit karena ego yang dimiliki menjadi semakin tinggi.

Memangnya Egonya Seperti Apa?

Salah Satu Ego Terbesar

Tentu dengan tinggal di rumah, pengeluaran yang Penulis keluarkan tidak untuk dirinya sendiri. Seperti ketika membeli makan, Penulis tidak mungkin hanya beli untuk dirinya sendiri. Ini tentu tidak Penulis permasalahkan dan menganggapnya sebagai kebutuhan.

Sebagaimana pepatah boys always be boys, Penulis pun merasa dirinya seperti itu. Ketika sudah memiliki gaji sendiri, tentu Penulis ingin membeli barang-barang yang dulunya tidak mampu dibeli karena belum punya uang, termasuk mainan.

Oleh karena itu sewaktu di Jakarta, Penulis membeli action figure Dragon Ball dan model kit Gundam. Tidak banyak, Penulis hanya memiliki action figure Goku dan Vegeta, serta dua model kit Gundam dengan tingkat HG yang relatif masih sangat terjangkau.

Nah, sewaktu tinggal di Malang, jumlah mainan tersebut bertambah secara signifikan. Sampai artikel ini ditulis (termasuk yang dibeli di Jakarta), Penulis telah memiliki sekitar 15 action figure dengan berbagai ukuran, 3 Funko Pop, dan 3 model kit. Bagi Penulis, ini cukup banyak.

Apalagi sewaktu di Malang, Penulis mulai punya hobi baru berupa koleksi board game. Diawali dengan membeli Monopoly, hingga kini Penulis sudah memiliki 22 board game hanya dalam waktu dua tahun. Jujur saja, hobi ini cukup menguras dompet.

Bagi Penulis, inilah ego tertinggi dari dirinya yang menyebabkan jumlah uang yang ditabung setiap bulannya jadi berkurang. Meskipun memberikan perasaan bahagia dengan memilikinya, tak jarang penyesalan muncul karena merasa telah buang-buang uang.

Terkadang, Penulis berandai-andai seandainya saja uang yang digunakan untuk membeli semua barang tersebut dialihkan untuk berinvestasi saja, mungkin lebih berfaedah. Namun, nasi sudah menjadi bubur, yang lebih penting adalah bagaimana ke depannya.

Mengurangi Ego, Menambah Tabungan

Memang, setiap bulannya Penulis selalu menyisihkan sebagian untuk ditabung atau diinvestasikan. Hanya saja, Penulis merasa masih bisa mengalokasikan gaji bulanannya lebih banyak lagi dari yang sudah-sudah.

Dengan menyadari konsep tabungan = kebutuhan – ego, tentu apa yang harus Penulis lakukan ke depannya adalah mengurangi egonya. Rasanya selama dua tahun terakhir ini, Penulis terlalu memanjakan egonya dengan berbagai dalih seperti self reward.

Apalagi, kamar Penulis juga telah penuh dengan berbagai barang tersebut, sehingga hampir tidak tersisa ruang kosong. Perlu diingat, semenjak zaman kuliah Penulis gemar membeli buku, sehingga di kamarnya pun ada ratusan buku yang membutuhkan ruang penyimpanan.

Tentu sesekali membeli barang yang diinginkan (alias menuruti ego) tidak ada salahnya, yang salah adalah ketika dilakukan secara berlebihan, seperti yang telah Penulis lakukan. Semoga saja Penulis bisa mengontrol egonya lebih baik lagi, demi tabungan yang lebih gemuk.f


Lawang, 20 Juni 2023, terinspirasi setelah mendengar kalimat tersebut dari Maudy Ayunda

Foto Featured Image: Igal Ness via Unsplash

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version