Pengembangan Diri

Minta Maaf Itu Kewajiban Kita, Memaafkan Itu Hak Mereka

Published

on

Manusia adalah tempatnya salah. Rasanya mustahil ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan satu kali pun seumur hidupnya. Bahkan jika pernah membaca kisah-kisah nabi, mereka pun dituliskan pernah berbuat salah hingga ditegur langsung oleh Tuhan.

Kesalahan yang dilakukan oleh manusia juga bermacam-macam. Ada yang dilakukan ke diri sendiri, ada juga yang dilakukan ke orang lain. Ketika sudah melakukan kesalahan, hal yang perlu kita lakukan adalah meminta maaf dan berusaha memperbaiki kesalahan tersebut.

Namun, tak jarang kita memiliki pikiran kalau kesalahan kita ke orang terlalu parah, sehingga muncul perasaan kalau kita tidak pantas untuk dimaafkan. Penulis juga pernah merasa seperti itu, sehingga ingin mengulas sedikit perihal ini.

Kewajiban untuk Meminta Maaf

Sejak kecil, Penulis diajarkan oleh orang tuanya mengenai tiga kata sakti: Tolong, Terima Kasih, dan Maaf. Ketiga kata ini dianggap sebagai landasan utama ketika berinteraksi dengan orang lain.

Gunakan kata tolong jika membutuhkan bantuan orang lain, katakan terima kasih jika menerima kebaikan orang lain, dan ucapkan maaf jika kita berbuat salah. Penulis pun berusaha untuk menerapkan ini dalam kehidupannya sehari-hari.

Oleh karena itu, Penulis selalu menganggap meminta maaf setelah berbuat kesalahan adalah sebuah kewajiban. Penulis tidak merasa dirinya sebagai orang yang kesulitan atau merasa segan untuk mengeluarkan kata maaf dari mulutnya.

Apalagi, Penulis adalah tipe pemikir yang lebih sering menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain. Daripada berdebat siapa yang salah, Penulis memilih untuk melakukan interopeksi diri dan meminta maaf jika menyadari kesalahannya.

Tentu, permintaan maaf tersebut harus tulus dari hati, bukan hanya sekadar terucap. Maaf juga harus disertai adanya tindakan yang menunjukkan kalau kita akan berusaha untuk tidak mengulangi atau berusaha memperbaiki kesalahan tersebut.

Memaafkan adalah Hak Mereka

Dalam kasus yang ekstrem (misal sedang bertengkar dengan seseorang), Penulis merasa kalau kontrol emosinya masih buruk. Orang yang sedang dikuasai oleh emosi, biasanya akan terlontar kata-kata yang kurang terpuji dan menyakitkan.

Setelah emosinya mereda dan otak mulai bisa berpikir dari jernih, muncul perasaan bersalah karena sudah berbuat seperti itu. Jika mengaitkannya dengan poin sebelumnya, seharusnya Penulis harus langsung minta maaf karena telah menyadari kesalahannya.

Hanya saja, muncul perasaan kalau tindakan buruk yang sudah Penulis lakukan ke orang tersebut cukup parah dan keterlaluan. Alhasil, keinginan untuk minta maaf pun jadi meluntur karena merasa tidak layak untuk dimaafkan.

Padahal, memaafkan adalah hak mereka sepenuhnya. Mau dimaafkan atau tidak oleh mereka, kita tetap harus melaksanakan kewajiban untuk meminta maaf. Kita tidak sepatutnya merebut hak orang lain dengan menentukan apakah kita layak untuk dimaafkan atau tidak.

Jika memang kesalahan kita dianggap “tak termaafkan” oleh mereka, ya sudah itu hak mereka. Yang penting, kewajiban kita sudah selesai dilakukan. Berdoa saja agar Tuhan mau mengetuk hatinya agar mau memaafkan kesalahan kita.

Penutup

Penulis paham terkadang ada kondisi yang membuat kita merasa kesulitan untuk meminta maaf. Mengakui kesalahan dan meminta maaf membutuhkan keberanian yang luar biasa, tidak semua orang mampu melakukannya.

Untuk itu, coba untuk membiasakan mana yang menjadi kewajiban kita dan mana yang menjadi hak mereka. Sekali lagi, kewajiban kita adalah meminta maaf, sedangkan memaafkan adalah hak mereka.

Usahakan jangan menghakimi diri sendiri apakah diri ini pantas untuk dimaafkan atau tidak. Selain bisa bersifat destruktif ke diri sendiri, rasa bersalah bisa terus menghantui dan membelenggu kita.

Beberapa tips umum yang bisa diterapkan jika hendak minta maaf adalah mencari momen yang tepat, tunjukkan ketulusan dalam meminta maaf, serta berusaha agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Penulis percaya, berani meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat akan jauh melegakan hati daripada terus memendam kesalahan karena merasa tidak pantas untuk dimaafkan.


Lawang, 29 Juni 2022, terinspirasi setelah menyadari terkadang dirinya merasa bersalah dan tidak pantas untuk dimaafkan

Foto: Alex Green on Pexels

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version