Renungan

Bagaimana Jika Air Bersih di Bumi Habis?

Published

on

Dalam beberapa hari terakhir, di daerah Penulis terjadi “krisis air” yang cukup menyusahkan, walau belum sampai tahap berbahaya. Penulis tidak mengetahui apa penyebabnya, tapi yang jelas tandon Penulis yang terletak di atas hampir tidak pernah terisi.

Untungnya, keran depan masih bisa mengalirkan air dengan lancar, sehingga setidaknya Penulis sekeluarga tinggal memasang selang hingga ke kamar mandi. Walau sedikit merepotkan, setidaknya “krisis air” ini masih bisa teratasi dengan baik.

Mengalami hal seperti ini membuat Penulis kembali merenungkan satu hal yang sebelumnya sudah sering direnungkan: bagaimana jika air bersih di bumi sampai habis? Mumpung momennya pas, Penulis ingin membahas tentang hal ini.

Pengalaman Krisis Air Paling Parah

Ilustrasi Krisis Air (AllianzGI)

Krisis air yang Penulis alami saat ini bukanlah yang paling parah yang pernah Penulis hadapi. Sewaktu magang di Tangerang, rumah teman Penulis sempat mengalami mati air sama sekali hingga kami harus pergi ke rumah saudaranya untuk meminta air.

Waktu itu, kami harus memasukkan air ke dalam tangki berwarna biru, lalu harus mengangkatnya ke mobil dan menurunkannya di rumah. Karena waktu itu magang, tentu tidak mungkin Penulis tidak mandi sebelum berangkat ke kantor.

Untuk menghemat, Penulis harus pandai-pandai mengelola air ketika mandi. Penulis ingat pernah memanfaatkan tidak sampai sepuluh guyuran gayung lengkap untuk sikat gigi, keramas, dan menyabuni badan. Segitunya untuk menghemat air yang berhenti mengalir.

Tentu saja pengalaman krisis tersebut tidak ada apa-apanya dengan orang lain, katakanlah di Afrika. Penulis ingat di salah satu video pesulap David Blaine, ada orang Afrika yang melatih kemampuan menyimpan air bersih di perutnya karena di negaranya, air bersih sangat sulit untuk didapatkan.

Jika mengingat hal-hal seperti ini, Penulis sering termenung ketika air bersih sedang melimpah. Misal ketika berwudhu, Penulis menyadari ada banyak sekali air bersih yang terbuang ketika transisi dari satu gerakan ke gerakan lain.

Saat krisis air seperti yang terjadi seperti sekarang, Penulis jadi harus benar-benar berhemat ketika berwudhu dengan tetap memastikan kalau semua bagian tubuh yang diwajibkan harus terkena air. Kira-kira butuh sekitar 10 gayung.

Dengan keterbatasan air seperti sekarang, Penulis jadi merasa bersyukur selama ini masih bisa menikmati air bersih yang sangat melimpah. Pertanyaan besarnya, sampai kapankah kita bisa menikmati air bersih seperti saat ini?

Kerusakan Alam yang Makin Parah

Pencemaran Air karena Hilirisasi (WALHI Sulsel)

Ada banyak sekali alasan mengapa Penulis berpendapat bahwa air bersih di bumi bisa saja akan sulit untuk diakses oleh manusia, bahkan yang tinggal di peradaban paling modern sekalipun. Satu alasan paling kuat adalah perusakan alam yang makin menggila.

Contoh yang paling dekat adalah bagaimana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang memengaruhi air bersih yang bisa dinikmati oleh warga sekitar. Dalam video dokumentasi yang dibuat oleh tim Narasi, bisa dilihat bagaimana perjuangan mereka untuk mendapatkan air bersih, termasuk harus mengeluarkan uang yang cukup besar.

Selain itu, proyek hilirisasi yang terjadi di berbagai tempat juga bisa mengakibatkan buruknya kualitas air penduduk sekitar. Hilirisasi yang ugal-ugalan membuat sumber air mereka menjadi tercemar dan tidak bisa dimanfaatkan seperti dulu lagi.

Belum lagi kebiasaan buruk kita untuk membuang sampah ke sungai. Kualitas air pun menjadi sangat tercemar seperti yang terjadi di banyak perkotaan, di mana kualitas airnya kalah jauh dari kualitas air di pedesaan.

Selain itu, jangan lupa kalau dalam peperangan, terkadang ada cara-cara jahat dengan meracuni sumber air. Tentu ini strategi yang tidak manusiawi dan dampaknya pun bisa mengakibatkan butterfly effect yang tidak sepele.

Tentu banyak manusia yang menyadari potensi hilangnya air bersih dari permukaan bumi. Para ilmuwan ataupun akademisi banyak yang berupaya untuk membuat teknologi untuk mengelola air-air yang awalnya tidak bisa digunakan menjadi bisa digunakan.

Namun, seberapa banyak orang yang dapat merasakan manfaat tersebut? Teknologi-teknologi semaju itu biasanya membutuhkan biaya yang tinggi. Jika teknologi tersebut memang bisa digunakan secara murah dan massal, tentu krisis air di dunia sudah bisa teratasi.

***

Perlu diingat bahwa meskipun planet bumi didominasi oleh air, hanya sekitar 2-3% air bersih yang bisa digunakan oleh manusia untuk berbagai kebutuhan. Sisanya merupakan air laut yang sangat sulit untuk dimanfaatkan karena tingginya kandungan garam yang dimiliki.

Jika air bersih di bumi sampai benar-benar habis, maka rasanya krisis akan terjadi di mana-mana. Perang untuk memperebutkan sumber air yang masih bersih sangat mungkin terjadi. Manusia yang bisa bermutasi dengan meminum air kotor akan menjadi spesies yang bertahan.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita lebih menghargai dan mensyukuri air bersih yang bisa kita nikmati dengan melimpah saat ini. Jangan membuang-buang air bersih untuk hal yang mubazir, gunakan dengan sebijak mungkin.


Lawang, 7 Oktober 2024, terinspirasi setelah air di rumah mengalami pengurangan volume

Foto Featured Image: illustrate Digital Ug

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version