Film & Serial

[REVIEW] Setelah Menonton Oppenheimer

Published

on

“We knew the world would not be the same. A few people laughed, a few people cried, most people were silent. I remembered the line from the Hindu scripture, the Bhagavad-Gita. Vishnu is trying to persuade the Prince that he should do his duty and to impress him takes on his multi-armed form and says, ‘Now, I am become Death, the destroyer of worlds.’ I suppose we all thought that one way or another.”

– J. Robert Oppenheimer –

Film yang paling Penulis nantikan di tahun 2023 ini adalah Oppenheimer, sebuah biopik karya sutradara Christopher Nolan mengenai bapak bom atom Amerika Serika, J. Robert Oppenheimer.

Penulis telah “mengenal” beliau karena pidatonya yang terkenal digunakan oleh Linkin Park untuk lagu “The Radiance” dari album A Thousand Suns yang rilis pada tahun 2010 silam. Menjelang filmnya rilis, Penulis juga banyak mengulik tentang Oppenheimer.

Sempat merasa kecewa karena tidak banyak layar bioskop di Malang yang menayangkannya, akhirnya Penulis bisa membeli tiketnya di CGV pada hari Sabtu (22/7/23) kemarin di jam yang cukup pagi, yakni 10:40. Lantas, apakah film ini mampu memenuhi ekspektasi Penulis?

Jalan Cerita Oppenheimer

Sebagai sebuah biopik, kita akan melihat perjalanan Oppenheimer hingga bisa menciptakan sebuah bom atom yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki dalam sekejap. Pada tulisan kali ini, Penulis hanya akan menuliskan poin-poin pentingnya saja.

J. Robert Oppenheimer (Cillian Murphy) merupakan seorang fisikawan jenius yang sempat mengambil studi di Eropa. Ia sempat hendak membunuh profesornya, Patrick Blacket (James D’Arcy), sebelum akhirnya mengurungkan niatnya.

Setelah studinya selesai, ia pun kembali ke negara asalnya, Amerika Serikat, dan mengajar di University of California. Sembari berusaha menyebarkan pengetahuan mengenai fisika kuantum, ia bertemu dengan ilmuwan lainnya seperti Ernest Lawrence (Josh Hartnett).

Oppenheimer juga berkenalan dengan Jean Tatlock (Florence Pugh), seorang simpatisan komunis asal Rusia yang akhirnya memilih bunuh diri. Ia sendiri nantinya akan menikah dengan ahli biologi, Katherine “Kitty” Oppenheimer (Emily Blunt).

Saat Perang Dunia 2, Jerman di bawah kepemimpinan Hitler memporakporandakan Eropa dengan pasukannya. Tidak hanya itu, mereka juga sedang menciptakan bom yang sangat dahsyat.

Jenderal Leslie Groves (Matt Damon) lalu mendekati Oppenheimer dan memintanya memimpin Proyek Manhattan, sebuah proyek untuk menciptakan bom atom. Oppenheimer pun mengumpulkan ilmuwan ternama dan memilih Los Alamos sebagai lokasi penelitian.

Proses pembuatan bom atom bisa dikatakan lancar, bahkan Jerman keburu menyerah pada bulan Maret 1945. Target pun diubah ke Jepang, yang kala itu masih berperang melawan Amerika Serikat.

Pada bulan Juli 1945, tes pertama bom atom pun dilakukan, yang diberi nama Trinity Test. Uji coba tersebut berhasil, dan tak lama kemudian pemerintah Amerika Serikat mengirimkan bom tersebut ke Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945.

Setelah Jepang menyerah, Oppenheimer melihat kalau penelitian bom atom sudah tidak diperlukan lagi. Namun, pemerintah Amerika Serikat tidak sependapat dan mulai meneliti bom hidrogen yang lebih berbahaya lagi.

Di sisi lain, Lewis Strauss (Robert Downey Jr.) yang merupakan anggota senior Komisi Energi Atom AS ternyata memiliki dendam pribadi karena pernah dipermalukan oleh Oppenheimer. Ia pun berusaha menjatuhkannya dengan berbagai cara.

Salah satunya adalah dengan membuat semacam persidangan untuk memberikan penolakan perpanjangan izin keamanan Oppenheimer. Alasannya kuat, karena ia memiliki afiliasi yang kuat dengan komunis, musuh Amerika Serikat di era perang dingin.

Oppenheimer pun seolah diasingkan oleh negaranya sendiri, terlepas dari jasanya yang membantu Amerika Serikat memenangkan perang. Meskipun begitu, ia menerima Penghargaan Enrico Fermi pada tahun 1963.

Di akhir film, kita bisa melihat apa yang diperbincangkan antara Oppenheimer dan Albert Einstein (Tom Conti), yang sempat diperlihatkan di bagian awal film. Ia bertanya, apakah ciptaannya telah membuat “reaksi berantai” untuk kehancuran dunia.

Setelah Menonton Oppenheimer

“Prometheus mencuri api dari para Dewa dan memberikannya kepada manusia. Lalu dia dihukum rantai di batu untuk selamanya.”

Dengan durasi tiga jam, film ini benar-benar terasa padat sekaligus berat. Pace-nya tergolong cepat dan mampu merangkum hampir seluruh aspek kehidupan dari Oppenheimer. Secara visual juga memanjakan mata, termasuk adegan ledakan bom yang tanpa CGI.

Menurut Penulis, film ini mampu memadukan ilmu pengetahuan, sejarah, dan drama dengan apik. Dialog-dialognya terdengar canggih karena banyak unsur-unsur fisika yang dimasukkan. Namun, anehnya Penulis justru menyukainya meskipun tidak benar-benar memahaminya.

Keputusan Nolan untuk tidak memasukkan adegan pengemboman Hiroshima dan Nagasaki juga Penulis rasa tepat, karena tanggung jawab Oppenheimer hanya sampai Trinity Test. Pengeboman ke Jepang adalah sepenuhnya tanggung jawab pemerintah Amerika Serikat.

Alur Maju Mundur ala Nolan

Sebagaimana film buatan Nolan seperti biasanya, alur film Oppenheimer dibuat maju mundur tidak karuan dan kompleks. Bahkan film ini memiliki dua persepsi, di mana adegan berwarna berarti fokus ke Oppenheimer, dan adegan hitam putih lebih fokus ke dendam Lewis Strauss.

Yang Penulis tangkap, alur cerita film ini terpaku pada persidangan yang harus dialami oleh Oppenheimer. Dari sana, kita akan dibawa flashback secara berurutan hingga akhirnya bom atom berhasil diciptakan, sembari diselingi kisah dari sudut pandang Strauss.

Akting Top Para Top-Tier Aktor

Akting para aktornya juga tidak perlu diragukan lagi, mengingat daftarnya memang dipenuhi oleh para aktor top-tier. Masing-masing mampu memerankan karakternya dengan sangat baik, hingga film ini lebih terasa sebagai dokumenter.

Cillian Murphy yang sudah sering bekerja dengan Nolan berhasil bersinar di film ini. Apalagi, raut wajahnya juga mirip dengan Oppenheimer asli. RDJ pun patut diapresiasi yang berhasil memerankan karakter “musuh di balik selimut” yang paranoid.

Mungkin yang sedikit Penulis sayangkan adalah sedikitnya kemunculan dari salah satu aktor favorit Penulis, Gary Oldman, yang berperan sebagai Presiden Truman. Ia hanya muncul ketika mengundang Oppenheimer hanya untuk mendengar keberatannya atas bom hidrogen.

Scoring yang Juara

Scoring film yang dipimpin Ludwig Göransson juga sangat juara. Awalnya Penulis agak skeptis karena bukan Hans Zimmer yang mengisi scoring-nya, tapi ternyata Göransson juga berhasil melakukannya dengan baik.

Entah itu adegan dialog, isi kepala Oppenheimer, hingga adegan ledakan bom, semuanya terdengar sangat mewah. Penulis pribadi takjub dengan efek sunyi ketika Trinity Test dilakukan. Rasanya ikut hanyut melihat bom tersebut meledak.

Oppenheimer Menjadi Promotheus

Adegan favorit Penulis selain adegan Trinity Test adalah percakapan antara Oppenheimer dan Einstein di akhir film. Ketakutan Oppenheimer benar-benar terjadi, karena ternyata perang tidak berakhir dengan bom ciptaannya.

Hal tersebut membuatnya menjadi Promotheus, sosok mitologi yang mencuri api dari para dewa untuk manusia. Ternyata, api tersebut juga digunakan untuk keburukan. Kurang lebih, itu juga yang terjadi dari bom atom ciptaan Oppenheimer.

Meskipun selama ini belum ada pernyataan maaf resmi dari Oppenheimer atas apa yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki, ia terkesan menyesal dengan ciptaannya tersebut. Banyak yang mengintepretasikan pidatonya yang mengutip Bhagavad Gita sebagai bentuk penyesalan.

***

Sebagai orang yang suka sejarah, Penulis sangat menikmati Oppenheimer, meskipun dirinya baru paham bagaimana alurnya setelah film berakhir. Nolan berhasil memberikan pengalaman menonton yang baru untuk Penulis dengan gaya bercerita yang unik dan tidak membosankan.

Namun, rasanya tidak semua orang bisa menikmati film ini karena ceritanya yang penuh dialog dan alur yang meloncat-loncat. Walaupun begitu, rasanya film ini akan dengan mudah masuk ke dalam nominasi Oscar, bahkan memenangkannya.


Lawang, 23 Juli 2023, terinspirasi setelah menonton Oppenheimer

Foto Featured Image: Games Radar

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version