Olahraga

Kenapa Saya Suka Formula 1?

Published

on

Max Verstappen berhasil mengukuhkan dirinya sebagai juara dunia Formula 1 (F1) back-to-back setelah kemenangan yang ia raih di GP Suzuka, balapan yang bisa dibilang cukup membingungkan penonton, panitia, bahkan pembalapnya sendiri.

Terlepas dari itu, performa Verstappen musim ini memang cukup luar biasa. Rasanya semua penonton F1 sepakat kalau ia memang layak untuk menyandang gelar tersebut, bahkan memprediksi kalau Verstappen dan Red Bull akan mendominasi F1 beberapa tahun ke depan.

Nah, Penulis jadi ingin sedikit berbagai mengenai bagaimana dirinya bisa menjadi penggemar F1, olahraga yang notabene tidak terlalu populer di Indonesia dan kalah pamor dari Moto GP yang lebih digandrungi oleh masyarakat kebanyakan.

Awal Mula Suka F1 dan Michael Schumacher

Idola Pertama di F1 (Fox Sports)

Pada tulisan “Idola Bernama Michael Schumacher“, Penulis sudah pernah membahas sedikit mengenai awal mula bisa jatuh cinta dengan F1. Salah satu alasan utamanya adalah di rumah ada beberapa majalah yang membahas tentang F1 (yang sayangnya sudah hilang).

Dari sana, Penulis jadi mengetah beberapa hal tentang F1, termasuk tentang sosok Michael Schumacher dan Ferrari yang begitu mendominasi di awal tahun 2000-an. Penulis yang punya kebiasaan “memilih yang terbaik” pun menjadikannya sebagai idola.

Bahkan, Penulis lebih tahu dulu F1 daripada sepak bola. Ketika kelas 2 SD, teman-teman Penulis saling menyebutkan nama klub bola favoritnya. Penulis dengan polosnya menyebut nama Schumacher, hanya karena pernah melihatnya bermain sepak bola di laga amal.

Sebagai pendukung Schumi, nama panggilan Schumacher, tentu Penulis merasa senang karena ia berhasil menang terus. Bagi penggemar lain, mungkin F1 akan menjadi begitu membosankan karena adanya satu sosok yang terlalu dominan. (NB: Ini yang Penulis rasakan ketika melihat dominasi Hamilton di kemudian hari)

Lantas, dominasi tersebut dipatahkan oleh Fernando Alonso bersama Renault di tahun 2005-2006. Tentu saja Penulis merasa sedih karena idolanya tidak juara, apalagi Schumacher memutuskan untuk pensiun di akhir musim 2006 karena masalah politik di Ferrari.

Siapa Idola Pengganti Schumacher?

Raikkonen Pengganti Schumacher (Motorsport.com)

Karena tidak ada Schumacher, tentu Penulis harus menemukan idola baru untuk didukung. Pilihan tersebut jatuh ke Kimi Raikkonen, yang kebetulan juga merupakan pengganti Schumacher di Ferrari.

Penulis tentu merasa bahagia ketika ia berhasil menjadi juara dunia di tahun 2007. Bayangkan, berhasil menjadi juara di musim debutnya bersama Ferrari. Lebih serunya lagi, ia berhasil menjadi juara hanya dengan jarak 1 poin dari rookie Mclaren, Lewis Hamilton.

Sayangnya, Raikkonen tidak bertahan lama di Ferrari. Setelah musim 2008, kontraknya diputus karena Ferrari ingin merekrut Fernando Alonso. Nah, Alonso kan mantan rival Schumacher, jadi susah untuk Penulis memilihnya sebagai pengganti idola.

Di tahun 2009, ada tim baru yang berhasil mencuri perhatian: Brawn GP. Berasal dari tim Honda yang akan segera meninggalkan F1, siapa yang sangka kalau tim tersebut bisa meraih gelar juara lewat Jenson Button.

Penulis tidak lantas menjadi penggemar Button, hanya saja Penulis mendukung tim ini untuk bisa menjadi jaura dunia. Hanya saja, Brawn GP juga tidak bertahan lama karena keburu dibeli oleh Mercedes, yang kelak akan mendominasi F1.

Masa-Masa Meninggalkan F1

Dominasi Hamilton Bikin Jenuh (RacingNews365)

Tahun 2009, semua mata tertuju pada Brawn GP. Padahal, ada satu tim baru yang juga cukup mencuri perhatian: Red Bull. Bagaimana bisa merek minuman energi bisa memiliki mobil F1 yang kompetitif? (Ini akan Penulis bahas khusus nanti)

Salah satu alasannya adalah mereka memiliki pembalap handal, Sebastian Vettel. Penulis pun menjagokan Vettel bersama Red Bull. Ternyata, pilihan Penulis tidak salah karena kombo Vettel-Red Bull berhasil membuahkan juara dunia empat kali berturut-turut (2010-2013).

Selain itu, Schumacher secara mengejutkan juga melakukan comeback dan bergabung dengan Mercedes untuk balapan selama 3 musim. Raikkonen juga comeback untuk bergabung dengan Lotus pada tahun 2012.

Sayangnya, ketika mulai kuliah (sekitar tahun 2012), entah mengapa Penulis mulai meninggalkan F1. Apalagi, setelah Vettel juara di tahun 2013, Hamilton bersama Mercedes (sempat terselip nama Nico Rosberg) begitu mendominasi F1 di era hybrid.

Jadi, kemungkinan besar Penulis berhenti mengikuti F1 adalah karena tidak adanya lagi sosok idola dan dominasi Hamilton yang membuat F1 terasa membosankan. Barulah di (akhir) musim 2021, gairah Penulis untuk kembali mengikuti F1 muncul.

Kembali Mengikuti F1

Verstappen Bakal Mendominasi F1 di Masa-Masa yang akan Datang? (Sports Illustrated)

Salah satu alasan mengapa Penulis tertarik untuk kembali mengikuti F1 adalah karena ada sosok yang terlihat bisa merusak dominasi Hamilton: Max Verstappen dari Red Bull. Bahkan, poin keduanya berada di angka yang sama hingga GP terakhir di Abu Dhabi.

Penulis yang tidak mengikuti dari awal musim memutuskan untuk menonton balapan terakhir di situ. Sebuah keputusan yang benar, karena balapan tersebut menyajikan drama gila yang tidak akan dilupakan oleh semua penggemar F1!

Penulis tidak akan membahas kontroversi tersebut. Yang jelas, balapan tersebut berhasil membangkitkan kembali kesukaan Penulis terhadap F1. Selain mengikuti secara penuh musim 2022 ini, Penulis juga banyak menonton video-video F1 di YouTube.

Selain dari kanal resmi F1 untuk “mengejar ketertinggalan”, Penulis juga merupakan penonton setia dari BoxBoxNowIndonesia dan F1 Speed Indonesia. Banyak sekali pengetahuan yang Penulis dapatkan dari 2 kanal tersebut.

Bahkan, Penulis sampai membuat sheet yang menjelaskan mengenai sejarah tim dan pembalap-pembalap yang pernah turut serta di F1. Mungkin, suatu hari nanti Penulis akan coba share tentang itu di blog ini.

Penutup

Dengan keluarnya Verstappen sebagai juara dunia musim 2022, Penulis pun tak sabar untuk menantikan musim 2023 yang tentu diharapkan semakin seru. Apalagi, akan ada beberapa sirkuit baru seperti Las Vegas yang tentunya menarik untuk ditonton.

Penulis sendiri bukan penggemar Verstappen, meskipun Penulis bisa dibilang condong ke tim Red Bull sekarang. Oleh karena itu, Penulis berharap akan ada juara baru di tahun 2023 nanti. Apalagi, ada banyak nama potensial yang bisa menjadi penantang juara.

Bagi Penulis, F1 adalah ajang balap yang paling seru dibandingkan yang lain, bahkan jika dibandingkan Moto GP yang kesannya lebih banyak menyajikan aksi salip-menyalip. Apalagi, sekarang F1 telah meninggalkan kesan eksklusivitasnya dan bisa diakses oleh banyak orang.

Selain itu, bentuk mobil dan livery F1 kerap tampil dengan desain yang elegan dan mewah. Apalagi di tahun 2022 ini, banyak sekali desain mobil yang terlihat luar biasa sehingga Penulis sangat ingin memiliki miniaturnya. Sayang, harganya mahal tidak karuan.

Jadi, kurang lebih itulah alasan mengapa Penulis bisa suka dengan Formula 1. Ada “sejarah panjang” di baliknya, meskipun Penulis sempat bersikap apatis selama bertahun-tahun karena berbagai alasan. Mungkin, setelah ini Penulis akan terus intens dalam mengikuti F1.


Foto: Ikbariyasport

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version