Permainan

Koleksi Board Game #2: Ticket to Ride: London

Published

on

Ketika memutuskan untuk membeli Monopoly, ada unsur sentimentil di sana karena Penulis sering memainkannya sejak kecil. Sama sekali tidak ada niatan untuk mulai terjun ke hobi board game seperti sekarang.

Namun, seiring dengan seringnya Penulis bermain board game koleksi Mas Pandu, akhirnya muncul keinginan untuk membeli board game lain yang lebih tidak populer jika dibandingkan Monopoly. Tentu Penulis melakukan “riset” agar tidak salah membeli board game baru.

Pada akhirnya, Penulis memutuskan untuk membeli Ticket to Ride: London. Ada dua alasannya. Pertama, ada unsur London-nya. Kedua, harganya relatif masih terjangkau (300 ribuan) jika dibandingkan dengan versi aslinya yang hampir 900 ribu.

Detail Board Game

  • Judul: Ticket to Ride: London
  • Desainer: Alan R. Moon
  • Publisher: Days of Wonder
  • Tahun Rilis: 2019
  • Jumlah Pemain: 2 – 4 pemain
  • Waktu Bermain: 15 – 30 menit
  • Rating BGG: 7.1
  • Tingkat Kesulitan: 1.33/5

Cara Bermain Ticket to Ride: London

Ticket to Ride: London memiliki konsep permainan yang sama dengan Ticket to Ride, hanya ada sedikit perbedaan minor, ukuran peta yang lebih kecil, dan tentu saja ada unsur kota London yang kuat, termasuk kehadiran pion bus double decker yang London banget.

Objektif dari permainan ini adalah mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya, yang bisa didapatkan melalui berbagai cara. Penulis akan menjelaskannya nanti, setelah menjelaskan apa saja komponen yang dimiliki oleh board game ini.

Selain peta yang menggambarkan kota London (di mana ada sentuhan Sherlock Holmes yang Penulis sukai), ada 68 bus yang dibagi ke empat warna (masing-masing 17), 44 kartu transportasi, 20 kartu destinasi, dan 4 penanda skor untuk mempermudah tracking.

Bus yang ada digunakan untuk mengklaim rute yang ada di peta. Untuk bisa mengklaim rute, kita harus memiliki kartu transportasi dan menyesuaikan dengan warnanya. Jadi jika di peta mensyaratkan tiga kartu merah, maka kita harus memiliki (atau ditambah Wild Card).

Perlu diingat setiap rute yang diklaim akan menghasilkan poin. Semakin panjang, semakin banyak poin yang akan ditambahkan. Rute dengan satu atau dua bus akan bernilai sesuai dengan jumlahnya, sedangkan rute 3 bus akan bernilai 4 dan rute 4 bus akan bernilai 7.

Kartu rute adalah misi yang harus diselesaikan untuk mendapatkan poin tambahan. Jika tidak mampu menyelesaikannya, maka poin yang tertera di kartu tersebut akan mengurangi total poin kita. Jadi, kita harus cermat dalam memiliki rute yang ingin diselesaikan.

Di awal permainan, masing-masing pemain akan mendapatkan dua kartu transportasi dan dua kartu rute, yang bisa dikembalikan salah satu jika merasa terlalu sulit untuk diselesaikan. Setelah itu, pemain harus memilih satu di antara tiga pilihan aksi yang bisa diambil, yakni:

  • Mengambil dua kartu transportasi atau satu jika mengambil Wild Card (bergambar bus)
  • Mengambil dua kartu rute dan minimal menyimpan satu
  • Mengklaim rute di peta jika memiliki kartu transportasi yang disyaratkan

Permainan akan terus berjalan hingga salah satu pemain hanya menyisakan dua bus saja. Setelah itu, perhitungan skor pun akan dilakukan dan pemain dengan skor tertinggi akan menjadi pemenangnya.

Selain dua cara di atas (dari jumlah bus dan kartu rute yang selesai), pemain yang mampu menyambungkan semua titik dengan angka yang sama (ada 1-5) juga akan mendapatkan tambahan poin sesuai dengan angka yang berhasil disambungkan tersebut

Jika di versi aslinya, pemain dengan rute terpanjang tanpa terputus akan mendapatkan tambahan 10 poin. Sayangnya, dalam rulebook tidak dijelaskan apakah peraturan tersebut juga berlaku di sini.

Setelah Bermain Ticket to Ride: London

Jika dibandingkan dengan Monopoly yang cenderung mengandalkan luck dan sangat terasa senggol-senggolannya, Ticket to Ride: London lebih memerlukan strategi dan kecermatan, bahkan terasa terlalu “damai”.

Walau secara logika kita bisa memblokir rute lawan, pada kenyataannya itu sangat sulit dilakukan karena kita tidak tahu rute mana yang dibutuhkan lawan untuk menyelesaikan kartu rutenya.

Selain itu, jika kita hanya berfokus untuk menutup jalan lawan, kita juga akan menjadi kesulitan untuk mengumpulkan poin untuk diri kita sendiri. Penulis pernah mencobanya, dan hasilnya bisa dibilang failed.

Memang masih ada unsur luck di dalam board game ini, mengingat kita tidak akan pernah tahu kartu transportasi apa yang akan muncul di sebelah peta. Hanya saja, memang game ini terasa kurang menarik bagi yang suka dengan genre push-your-luck.

Penulis pribadi cukup senang dengan board game ini. Namun, karena tidak ada teman mainnya, Penulis jadi lebih sering bermain Ticket to Ride versi digital yang bisa dimainkan secara gratis di Board Game Arena.

Setelah membeli board game ini dan melihat kurangnya antusiasme dari teman-teman, Penulis sempat berpikir untuk tidak lagi membeli board game lagi. Buat apa punya board game, tapi tidak ada yang mau memainkannya?

Namun, ada satu board game yang terus terngiang-ngiang. Penulis mengenalnya dari Pandu, lantas memainkan versi digitalnya juga. Harganya cukup mahal waktu itu, Rp860 ribu, alasan lain yang membuat Penulis ragu.

Pada akhirnya, Penulis memutuskan untuk membuatnya dulu melalui peralatan seadanya, dan mencoba memainkannya bersama teman terlebih dahulu. Penulis mendesain sendiri, menggunting sendiri, dan memanfaatkan komponen dari board game lain.

Ternyata, mereka menyukainya, sehingga Penulis memutuskan untuk membelinya, menjadikannya board game ketiga Penulis, sekaligus menjadi board game favorit Penulis: Catan.

Selanjutnya -> Catan


Lawang, 2 Maret 2023, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game di blog ini

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version