Musik

Bagaimana Algoritma YouTube Music Membuat Saya Menyelami K-Pop

Published

on

Penulis merupakan pengguna YouTube Premium selama beberapa tahun terakhir. Penulis memilih paket untuk keluarga yang bisa digunakan untuk berlima dengan biaya langganan Rp109.980 per bulan. Kebetulan, Penulis sekeluarga berisi lima orang sehingga pas.

Ada beberapa alasan mengapa Penulis memilih untuk menggunakan layanan tersebut, seperti terbebas dari iklan dan sudah include YouTube Music. Nah, layanan yang terakhir Penulis rasa bisa menjadi pengganti Spotify, sehingga Penulis tidak perlu banyak berlangganan.

Pada tulisan kali ini, Penulis ingin berbagi bagaimana algoritma yang dimiliki oleh aplikasi musik online, dalam kasus Penulis YouTube Music, bisa membuat Penulis (kembali) menyelami K-Pop, bahkan lebih dalam dibandingkan periode pertamanya dulu.

Bagaimana Algoritma YouTube Music Bekerja

YouTube Music (YouTube)

Ketika kuliah dulu, biasanya Penulis mengunduh album atau lagu yang diinginkan, sehingga lagu yang didengarkan pun cukup sebatas yang ingin didengarkan. Enaknya, karena Penulis menggunakan iTunes, pengorganisirannya pun sangat rapi.

Hal ini berbeda dengan YouTube Music, yang bahkan jika dibandingkan dengan Spotify sangat tidak rapi. Bahkan, untuk mengurutkan lagu yang telah dimasukkan ke dalam Playlist pun tidak bisa. Secara antarmuka pun sejujurnya kurang menarik.

Namun, di sisi lain, YouTube Music membuat kita bisa mengetahui banyak lagu yang sebelumnya belum pernah kita tahu. Tinggal memilih satu lagu, maka algoritma dari YouTube Music melalui Autoplay pun akan memainkan lagu berikutnya yang segenre atau sejenis.

Ketika Penulis mendengarkan lagu-lagu rock barat, maka mayoritas lagu-lagu yang akan dimainkan selanjutnya pun kemungkinan sudah Penulis ketahui. Jika mendengarkan Linkin Park misalnya, maka lagu-lagu selanjutnya pun berpusat sekitar 30 Seconds to Mars, Avenged Sevenfold, My Chemical Romance, dan lainnya.

Contoh lain, jika mendengarkan lagu NOAH, maka lagu-lagu yang dimainkan selanjutnya pun akan berpusat pada lagu-lagu pop Indonesia seperti Dewa dan Sheila on 7, yang sebenarnya juga cukup familiar di telinga Penulis yang jarang mendengarkan lagu Indonesia.

Nah, beda cerita dengan K-Pop. Penulis sudah bertahun-tahun berhenti mendengarkan K-Pop, sehingga cukup buta dengan perkembangannya dan ada grup apa saja yang sedang populer sekarang.

Bagaimana Algoritma YouTube Music Membuat Penulis Mendalami K-Pop

Contoh Algoritma YouTube Music

Pertama kali Penulis bersentuhan dengan dunia K-Pop adalah ketika SMA, di mana waktu itu yang menjadi “gerbangnya” adalah SNSD atau Girls’ Generation dan Super Junior. Penulis cukup banyak mendengarkan lagu-lagu mereka.

Dari sana, Penulis jadi tahu banyak girlband atau boyband lain seperti Sistar, Big Bang, Afterschool, 2PM, 2NE1, Shinee, Kara, Miss A, dan lain sebagainya. Namun, Penulis hanya sedikit sekali mengetahui lagu-lagu mereka, hanya satu-sua saja.

Ketika kuliah, Penulis berhenti mendengarkan K-Pop, dan baru diperkenalkan lagi melalui Blankpink di tahun 2018 gara-gara teman kerja. Itu pun tidak bertahan lama, karena Penulis merasa tidak begitu cocok dengan genre dari girlband yang terdiri dari Jisoo, Jennie, Lisa, dan Rose tersebut.

Lantas, memasuki akhir 2022 hingga awal 2023, Penulis berkenalan dengan Twice, yang tulisannya ada tiga artikel sendiri. Saat itu, Penulis sudah berlangganan YouTube Music dan mendengarkan lagu-lagu Twice di sana.

Nah, Penulis terkadang hanya memilih lagu-lagu Twice yang disukai seperti “Alcohol Free” dan “Can’t Stop Me”, lalu membiarkan algoritma YouTube Music memilihkan lagu berikutnya. Tentu saja, yang direkomendasikan adalah lagu-lagu dari girlband lain.

Dari algoritma inilah, Penulis jadi mengetahui banyak sekali lagu-lagu K-Pop yang ternyata pas dengan telinganya. Dari yang tidak tahu apa-apa, hanya tahu Twice, hingga kini mengetahui beberapa girlband Korea dari generasi 3 dan 4.

Mungkin karena berangkatnya dari Twice, Penulis hampir tidak pernah mendapatkan rekomendasi lagu dari boyband. Kebetulan, Penulis juga tidak terlalu berminat untuk mendengarkannya.

Girlband Apa Saja yang Diketahui?

Karena sistem Playlist berdasarkan Like di YouTube musik diurutkan berdasarkan kapan di-like, Penulis jadi bisa mengetahui bagaimana kronologi lagu-lagu K-Pop bisa masuk ke dalam Playlist-nya.

Tentu saja semua berawal dari lagu-lagu Twice, yang hingga kini jumlahnya masih belasan. Setelah itu, yang masuk adalah lagu-lagu dari NewJeans yang disarankan oleh teman Penulis yang kebetulan meracuni Penulis dengan Twice.

Setelah itu, ada dua lagu yang sangat nyantol di telinga dari dua girlband Gen 4, yakni “Antifragile” dari LE SSERAFIM dan “Kitsch” dari IVE. Genre dari kedua girlband ini ternyata ke depannya cocok dengan selera Penulis, sehingga cukup banyak lagunya yang masuk ke Playlist.

Setelah itu, barulah masuk Red Velvet yang sebenarnya satu generasi dengan Twice dan Blackpink. Penulis ingat teman kantornya pernah berkata kalau konsep girlband ini sering creepy, dan ternyata memang benar. Namun, lagunya seperti “Psycho” dan “Feel My Rhythm” juga cocok dengan Penulis.

Setelah lagu-lagu dari girlband yang telah disebutkan di atas cukup banyak masuk ke dalam Playlist, giliran aespa lalu ITZY yang masuk ke dalam Playlist. Namun, sejujurnya genre keduanya kurang masuk dengan selera Penulis.

Baru-baru ini, NMIXX juga menyusul masuk ke dalam Playlist melalui lagunya “Young, Dumb, Stupid” yang bagian reff-nya mengambil sampel lagu anak-anak “Fruit Salad”, yang dulu sering Penulis nyanyikan ketika masa-masa OSIS.

Penulis juga membuat Playlist khusus K-Pop, yang hingga kini telah berisi lebih dari 100 lagu. Daftar girlband yang belum disebukan antara lain ada STAYC, Weekly, dan OH MY GIRL. Teman Penulis juga menyarankan (G)I-DLE dan Got the Beat, tapi belum menemukan lagu yang enak.

Penutup

Bagi Penulis, lagu-lagu K-Pop yang easy listening bisa menjadi selingan untuk lagu-lagu rock yang berat. Sebagai teman kerja lagu K-Pop pun cukup asyik, walau terkadang jadi membayangkan yang nyanyi.

Penulis bisa mengetahui cukup banyak girlband dan lagu-lagunya pun karena adanya YouTube Music, yang memungkinan dirinya untuk mengeksplorasi apa yang selama ini tidak diketahui. Ini berbeda dengan musik rock yang dari dulu memang sudah didalami ataupun pop Indonesia yang terdengar di mana-mana.

Untuk tulisan selanjutnya, Penulis akan membedah girlband-girlband yang telah disebutkan di atas. Mungkin akan jadi satu tulisan, tapi jika ternyata isinya panjang bisa saja Penulis akan menulisnya menjadi beberapa bagian. Maklum, cukup banyak lagu K-Pop yang Penulis dengarkan sekarang.


Lawang, 13 Maret 2024, terinspirasi setelah menyadari bagaimana YouTube Music membuat dirinya mendengarkan banyak lagu K-Pop

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version