Olahraga
Manchester United Tidak Sedang Baik-Baik Saja
Minggu kemarin jelas bukan minggu yang menyenangkan bagi penggemar klub sepak bola Manchester United (MU). Pasalnya, ada begitu banyak masalah yang datang bertubi-tubi di awal musim 2023/2024 ini.
Selain banyak pemain inti yang cedera, MU juga dipusingkan dengan perseteruan yang terjadi antara pelatih Erik ten Hag dan Jadon Sancho. Tidak hanya itu, Anthony pun terlibat kasus kekerasan terhadap perempuan yang mirip dengan kasus Mason Greenwood.
Puncaknya adalah MU harus mengalami kekalahan yang memalukan atas Brighton & Hove Albion dengan skor 1-3 di kandang pada hari Sabtu (16/9). Ini menjadi kekalahan ketiga secara berturut-turut MU di Liga Inggris dalam lima pertandingan.
Tidak Ada Lagi Kambing Hitam di Skuad
Dulu ketika MU menderita hasil yang kurang baik, publik (terutama penggemar) akan dengan mudah mengambinghitamkan dua nama pemain, yakni Harry Maguire dan David De Gea. Alasannya sederhana, keduanya kerap melakukan blunder yang fatal.
Namun, musim ini berbeda karena De Gea tidak mendapatkan perpanjangan kontrak, sedangkan Maguire sudah resmi menjadi penghangat bangku cadangan. Alhasil, kini yang menjadi sasaran, berdasarkan media sosial, adalah sang pelatih Erik ten Hag.
Musim yang lalu, ten Hag dianggap sebagai sosok yang tepat untuk menukangi MU. Filosofi bermain sepak bolanya banyak dipuji, apalagi jika dibandingkan dengan era Ole Gunnar Solkjaer yang dianggap tidak punya filosofi.
Bahkan, banyak fans yang mendukung keputusannya yang membuang Cristiano Ronaldo karena dianggap tidak cocok dengan gaya bermainnya. Sang mega bintang pun ngambek dan akhirnya memutuskan untuk cabut ke Liga Arab Saudi.
Namun, hal yang berbeda terlihat di musim ini, di mana publik justru berbalik menghujat ten Hag. Ketidakmampuannya menangani Sancho dianggap sebagai bukti kalau ia memiliki people management yang buruk. Padahal, MU sedang krisis pemain terutama di lini depan.
Dengan keterbatasan pilihan pemain yang dapat dimainkan, ten Hag juga terlihat kurang solutif. Apalagi, penyakit lama para pemain yakni mental juga terlihat kambuh. Dalam beberapa pertandingan, Penulis sama sekali tidak melihat daya juang dari para pemainnya.
Pemain Baru Justru Menjadi Masalah?
Padahal, MU lumayan aktif di bursa transfer kemarin. Sayangnya, tampaknya belum semua nyetel dengan pola permainan MU. Andre Onana, kiper baru MU yang jago build up serangan, nyatanya sudah kebobolan 10 gol dari 5 pertandingan.
Penulis menemukan komentar yang menyebutkan bahwa baru sekarang lah terlihat betapa vital peran De Gea di bawah mistar gawang. Meskipun tidak mampu melakukan build up dan kadang melakukan blunder, harus diakui kemampuannya menghalau bola memang luar biasa.
Rasmus Højlund yang diharapkan menjadi ujung tombak baru juga belum terlihat tajinya, meskipun memang ia baru satu kali dimainkan secara penuh saat berhadapan dengan Brighton. Ia sempat membuat gol, walau akhirnya dianulir.
Namun, untuk kasus Højlund banyak yang justru menyalahkan Marcus Rashford yang dianggap terlalu egois. Dalam beberapa pertandingan, terlihat ia terlalu bernafsu untuk mencatatkan namanya di papan skor, sehingga Højlund tidak mendapatkan suplai bola.
Pemain baru MU lainnya justru harus menepi karena cedera, seperti Mason Mount dan Sofyan Amrabat. Untuk Sergio Reguilón sendiri, menurut Penulis setidaknya ia mampu mem-back up posisi bek kiri yang ditinggal Luke Shaw dan Tyrell Malacia.
Oleh karena itu, tak heran jika ten Hag mau tidak mau jadi harus mengandalkan para pemain muda seperti Alejandro Garnacho, Facundo Pellistri, hingga Hanibal Mejbri yang baru mencatatkan gol perdananya untuk MU pada pertandingan melawan Brighton kemarin.
Penutup
Melihat tren permainan MU dalam beberapa match terakhir, jujur Penulis benar-benar merasa pesimis ata perjalanan klub setan merah ini di musim ini. Permainan mereka benar-benar tidak enak dipandang dan memang layak untuk menderita kekalahan.
Banyaknya pemain yang cedera memang berpengaruh besar, tetapi seharusnya klub sebesar MU mampu memiliki solusi untuk mengatasinya. Mau dilihat dari kacamata mana pun, skuad yang dimiliki oleh MU jelas lebih bagus dari klub sekelas Brighton.
Erik ten Hag sebagai pelatih pun patut dievaluasi atas rentetan buruk yang terjadi baik di dalam maupun luar lapangan. Apalagi, ten Hag beberapa kali terekam justru menyalahkan ini itu, bukannya interopeksi diri mengapa klub yang ia latih bisa seberantakan ini.
Jika permasalahan MU adalah mental dan ego dari pemainnya, maka sudah menjadi tugas ten Hag untuk mencari solusinya. Sebagai pelatih klub yang memiliki nama besar, ia harus bisa melakukannya dalam waktu yang singkat.
Tampaknya, Penulis sebagai fans MU harus menerima kenyataan kalau dirinya akan (kembali) menjadi bulan-bulanan karena klub yang didukung sedang ambyar. Entah sampai kapan MU yang sedang tidak baik-baik saja ini akan berubah menjadi lebih baik.
Sumber Featured Image: The People Person
You must be logged in to post a comment Login