Renungan

Bagaimana Jika Perang Nuklir Benar-Benar Terjadi?

Published

on

Meskipun tidak ditampilkan di dalam film Oppenheimer, Penulis bisa membayangkan betapa dahsyatnya ledakan bom atom yang dijatuhkan di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Selain hancurnya kota, banyaknya korban jiwa juga menjadi bukti nyata.

Penulis pun jadi berpikir, ledakan sedahsyat tersebut terjadi hampir 80 tahun yang lalu. Pasca-Perang Dunia 2, banyak negara yang tetap mengembangkan bom mereka yang jauh lebih dahsyat. Beberapa yang pernah terdengar adalah Hydrogen Bomb dan Tsar Bomba.

Itu yang ketahuan dan diketahui oleh publik. Bagaimana dengan senjata-senjata rahasia yang lebih mematikan? Bagaimana dengan bom yang daya ledaknya jauh lebih eksplosif? Bagaimana dengan penggunaan senjata nuklir dan biologis?

Sama seperti kekhawatiran banyak pihak, Penulis pun jadi merasa was-was seandainya dunia kembali saling melempar senjata nuklir ke lawan mereka. Jika hal buruk tersebut benar-benar terjadi, akan seperti apa dampaknya ke kita?

Linkin Park dan Peringatannya akan Perang Nuklir

Peringatan akan potensi terjadinya perang nuklir (ataupun jenis perang lainnya yang juga destruktif) bukan Penulis temukan pertama kali setelah menonton Oppenheimer. Jauh sebelumnya, Penulis telah mengetahuinya dari album-album Linkin Park.

Sebagai informasi, nama album Minutes to Midnight yang dirilis pada tahun 2007 tersebut diambil dari sebuah istilah metafora, yang merujuk kepada betapa dekatnya kita akan kehancuran gara-gara apa yang kita buat sendiri.

Beberapa track yang ada di dalamnya pun penuh dengan pesan perdamaian sekaligus pengingat betapa besar kerusakan yang telah kita buat. Tengok saja video klip dari lagu “What I’ve Done” yang terkenal.

Selang tiga tahun kemudian, Linkin Park merilis album A Thousand Suns. Nama album ini diambil dari kutipan Bhagavad Gita yang diucapkan oleh J. Robert Oppenheimer, yang menggambarkan ledakan nuklir akan seterang seribu matahari.

Linkin Park juga menyisipkan pidato Oppenheimer yang paling terkenal, di mana ia sekali lagi mengutip Bhagavad Gita dan mengatakan, “Now I am death, destroyer of the world.” Banyak yang mengintepretasikan kalau ini menjadi penyesalannya karena telah membuat bom atom.

Perang Dunia Berakhir, Pengembangan Senjata Terus Berlangsung

Bom atom yang dibuat melalui Manhattan Project awalnya ditujukan ke Jerman. Namun, berhubung Jerman sudah menyerah duluan, alhasil bom atom tersebut dialihkan ke Jepang dengan tujuan membuat mereka menyerah dan mengakhiri perang.

Beberapa ilmuwan yang terlibat dalam Manhattan Project mengajukan petisi agar bom atom tidak perlu dijatuhkan. Namun, pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Harry Truman bersikeras dengan alasan Jepang tidak menghiraukan ultimatum mereka.

Alhasil, dengan dalih agar jumlah korban yang jatuh tidak lebih banyak lagi, bom atom pun dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Perang Dunia 2 pun resmi berakhir. Namun, pengembangan senjata nuklir tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.

Oppenheimer selaku kepala Manhattan Project mendesak agar pemerintah AS berhenti mengembangkan senjata nuklir, yang kini hendak membuat Hydrogen Bomb dengan daya hancur yang berkali-kali lipat. Sayang, pendapatnya tidak digubris dan ia pun “dikucilkan”.

Pada masa-masa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, banyak kekhawatiran kalau perang nuklir akan benar-benar terjadi, mengingat kedua kubu memang sama-sama gencar dalam mengembangkan arsenal tempur mereka.

Untungnya hingga Uni Soviet bubar, hal tersebut tidak pernah terjadi. Memang masih ada banyak perang di mana-mana, termasuk akibat perang ideologi antara kapitalisme melawan komunisme. Setidaknya, tidak ada kejadian seperti Hiroshima dan Nagasaki lagi.

Senjata Tak akan Pernah Menghentikan Perang

Perlombaan Senjata Tak Pernah Usai (SIPRI)

Terus berlangsungnya perang di berbagai belahan dunia seolah mematahkan harapan Oppenheimer dan ilmuwan lainnya. Mereka sebenarnya berharap kalau senjata yang mereka buat akan menghentikan perang, karena lawan terlalu takut untuk menyerang.

Kenyataannya, justru lawan jadi terdorong untuk menciptakan senjata yang jauh lebih hebat. Alhasil, masing-masing negara justru saling berlomba untuk membuat senjata terhebat yang akan membuat mereka ditakuti oleh lawan.

Contoh nyata bisa kita lihat di era Perang Dingin. Jika Amerika Serikat ditanya mengapa mereka membuat senjata nuklir, mereka akan menjawab karena Uni Soviet. Sebaliknya pun begitu, Uni Soviet membuat senjata nuklir karena Amerika Serikat.

Ketegangan dunia pun seolah berada di titik yang konstan. Seolah-olah ada bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Ketika Rusia tiba-tiba menginvasi Ukraina, siapa yang menyangka? Mungkin segelintir orang, tapi orang pada umumnya tidak akan mengira.

Kekhawatiran akan diluncurkannya senjata nuklir pun kembali mencuat. Sama seperti ketika Amerika Serikat menjatuhkan Fat Man dan Little Boy, bukan tidak mungkin ada negara lain yang ingin show off kepada dunia kalau mereka memiliki senjata yang pantas untuk ditakuti.

Pada akhirnya, pembuatan senjata tidak akan pernah menghentikan perang. Yang ada, justru akan melanggengkan perang. Saling curiga antarnegara akan terus terjadi, karena selalu ada kemungkinan kalau negara lain menyimpan senjata yang sangat berbahaya.

Bagaimana Jika Perang Nuklir Benar-Benar Terjadi?

Ilustrasi Ledakan Bom Nuklir (University of Colorado Boulder)

Lantas, bagaimana jika (amit-amit) perang nuklir benar-benar terjadi? Bagaimana jika para negara adidaya memutuskan untuk meluncurkan senjata pemusnah massal yang sama sekali tidak berperikemanusiaan tersebut?

Ya sudah, terima takdir apa adanya. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan orang biasa seperti kita. Tidak mungkin juga kita tiba-tiba terjun ke medan perang dan menghentikan semua aktivitas perang atau membatalkan peluncuran senjata nuklir.

Jika perang nuklir benar-benar terjadi, maka artinya tengah malam (midnight) telah tiba. Apa yang diperingatkan oleh Linkin Park melalui albumnya benar-benar terjadi, dan kita harus menerima kenyataan kalau tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikannya.

Paling banter, yang bisa kita lakukan adalah menjadi aktivis dan kerap menyerukan perdamaian. Namun, seberapa lantang suara kita hingga akan didengar oleh para pemangku kekuasaan di dunia? Memang ada peluangnya, tapi sangat kecil.

Untuk sekarang, yang bisa kita lakukan hanyalah berharap perang nuklir tidak pernah terjadi. Sampai detik ini, terhitung baru Amerika Serikat saja yang pernah menjatuhkan senjata nuklir berupa bom atom ke negara lain. Semoga saja itu juga menjadi yang terakhir kalinya.

Kita hanya bisa berharap (dan berdoa) negara-negara besar yang membuat senjata-senjata berbahaya tersebut punya kesadaran untuk tidak memusnahkan kehidupan manusia sebelum hari kiamat tiba.


Lawang, 25 Juli 2023, terinspirasi setelah menonton film Oppenheimer

Foto Featured Image: NJ.com

Sumber Artikel:

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Batalkan balasan

Fanandi's Choice

Exit mobile version