Sajak
Aku Ingin Pulang
Aku ingin pulang
Secara terus terang
Sayang harus terhalang
Tanpa bisa membangkang
Membuat jiwa terguncang
Dan terasa melayang
Aku ingin pulang
Kuteriakkan dengan lantang
Namun dilarang yang berwenang
Dengan kata-kata yang usang
Diucapkan secara berulang-ulang
Tanpa bisa dipegang
Aku ingin pulang
Dari situasi yang tegang
Ekonomi yang timpang
Kondisi yang mengekang
Jalanan terasa lengang
Langit cerah dengan cemerlang
Aku ingin pulang
Tak peduli walau harus menerjang
Tak peduli walau harus menyerang
Tak peduli walau harus tunggang-langgang
Tak peduli walau harus telanjang
Tak peduli walau harus jadi pecundang
Aku ingin pulang
Tapi harus bertahan di kandang
Harus kuat berjuang
Harus tangguh bagaikan karang
Walau tubuh tinggal belulang
Karena tak ada yang menopang
Aku ingin pulang
Ketika nanti saatnya menang
Mulut berucap aku datang
Saat tiba di depan gerbang
Melihat wajah-wajah riang
Menikmati hidup dengan tenang
Kebayoran Lama, 4 April 2020, terinspirasi dari keinginan diri yang ingin pulang ke kampung halaman
Foto: Miriam Espacio from Pexels
Sajak
Untuk Hati yang Terluka…
Untuk hati yang terluka…
Perasaan ini memang menyakitkan
Mencengkeram begitu kuatnya
Menyiksa seolah mencekik napas
Membuat hati terasa gelap
Untuk hati yang terluka…
Pedih jadi makanan sehari-hari
Rasa seolah mati
Nadi seolah tak berdenyut
Raga seolah tak berdaya
Untuk hati yang terluka…
Kenyataan memang kadang terasa pahit
Banyak hal terbaik yang terlewati
Banyak yang terhenti tanpa diakhiri
Banyak kejadian yang tak dimengerti
***
Untuk hati yang terluka…
Entah berapa kali kau harus merasa kecewa
Dikecewakan oleh ekspetasi
Dikecewakan oleh angan-angan
Dikecewakan oleh diri sendiri
Untuk hati yang terluka…
Tak akan pernah mudah untuk sembuh
Meskipun waktu terus bergulir
Meskipun lelah sudah mencapai batas
Meskipun diri ingin berhenti
Untuk hati yang terluka…
Mungkin ini akan membuatmu trauma
Takut mengalami hal yang sama
Takut mengulangi kesalahan yang sama
Takut memulai lembaran hidup baru
***
Untuk hati yang terluka…
Kau tak sendirian dan tak akan pernah sendirian
Bersama kita coba lewati
Bersama kita coba untuk obati
Bersama kita coba menerima
Untuk hati yang terluka…
Kau akan pulih dan pasti akan pulih
Tak peduli berapa detik yang harus dilalui
Tak peduli berapa bab yang harus dibaca
Tak peduli berapa kenyataan yang harus diterima
Untuk hati yang terluka…
Apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat
Kau akan lebih tegar menjalani hidup
Kau akan lebih sabar menerima ujian
Kau akan lebih ikhlas menerima takdir
***
Untuk hati yang terluka. Apa yang menimpamu sekarang akan membuktikan kalau kau mampu melewati ujian ini.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau alami sekarang akan membuatmu bertemu dengan versi dirimu yang lebih baik.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau derita sekarang akan mengajarkanmu apa itu kasih sayang dan perasaan cinta yang sejati.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau tangisi sekarang akan membuatmu menjadi lebih tegar dan mampu berjalan dengan kepala tegak.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau benci sekarang akan kau tinggalkan di belakang dan hanya menjadi histori semata.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau sesali sekarang akan memberimu pelajaran berharga yang tidak akan kau lupakan.
Untuk hati yang terluka. Apa yang kau renungkan sekarang akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi segala sesuatu.
Untuk hati yang terluka. Kau akan pulih. Kita akan pulih.
NB: Bagian ketiga dari sajak ini terinspirasi dari lagu Peterpan yang berjudul Kukatakan dengan Indah
Lawang, 26 Juli 2021, terinspirasi dari lagu Isyana Sarasvati yang berjudul sama
Foto: DANNY G
Sajak
Ketika Rindu Hanya Milikmu Seorang
Pernahkah kau merasakan
Sebuah rindu yang hanya milikmu seorang?
Karena yang dirindu tak merasakan rindu yang sama
Atau bahkan tak merasakan rindu sedikitpun
Pernahkah kau merasakan
Sebuah rindu yang tak berbalas?
Karena yang dirindu tak ada rasa setitikpun
Seolah kita sedang memainkan hati sendiri
Pernahkah kau merasakan
Sebuah rindu yang terasa sebagai kesia-siaan?
Karena kau terus memikirkannya
Ketika ia sedang asyik dengan dunianya sendiri
Pernahkah kau merasakan
Sebuah rindu tak berujung yang menyiksa?
Karena yang dirindu tak memberikan asa
Ketiadaan dirimu tak membuatnya merasa kehilangan
Pernahkah kau merasakan
Sebuah rindu yang merundung tanpa ampun?
Karena kau terus berharap
Walau tahu harapan itu tak akan pernah terwujud
***
Kasih,
Pertemuan ternyata tak selalu mengobati rindu
Karena raga bertemu namun hati saling berpaling
Hanya membuat rindu semakin perih
Bagaimana caranya melepas rindu
Jika yang dirindu tak memberi kesempatan
Jika yang dirindu tak berbalas
Bagaiman caranya?
Benar kata Dilan
Rindu itu berat
Apalagi jika hanya milik seorang
Sedang yang dirindu tak merasakannya
Lawang, 9 November 2020, terinspirasi setelah membaca buku Tembang Talijiwo karya Sujiwo Tejo
Foto:
Sajak
Rindu Tertinggi adalah Rindu yang Tak Terucap
Kasih,
Percayalah
Rindu yang tertinggi adalah rindu yang tak terucap
Diam tanpa bersuara sedikitpun
Namun terdengar begitu nyaring di dalam hati
Kasih,
Bisakah kau rasakan kerinduanku ini?
Kerinduan yang benar-benar tak terucap
Karena bibir tak kuasa mengatakannya
Karena hati tak kuat mengutarakannya
Kasih,
Apakah rindu tak terucap ini hanya milikku?
Ataukah engkau juga merasakannya?
Saling bungkam tanpa kabar
Namun diam-diam saling mendoakan
Kasih,
Rindu yang diumbar belum tentu tulus
Rindu yang digaungkan bisa saja palsu
Rindu yang diteriakkan ternyata tidak dalam
Manakah yang akan engkau pilih?
Kasih,
Aku sedang memeluk bayang yang tak tampak
Membayangkan dirimu di dekapan
Walau jauh tak terkira
Hadirmu begitu terasa di sini
Kasih,
Kapankah kita akan ditakdirkan bertemu?
Setelah berpisah sekian lamanya
Aku ingin bertemu denganmu kasih
Rinduku sudah mencapai batasnya
Kasih,
Kerinduan ini harus aku pendam dalam-dalam
Bersabar hingga waktunya tiba
Tapi percayalah kasih
Rindu tak terucapku adalah sejatinya rindu
NB: Sajak ini bisa dibilang sebagai bagian kedua dari sajak Kerinduan Seorang Kekasih
Kebayoran Lama, 25 Juni 2020, terinspirasi dari celetukan adik yang keluar begitu saja
Foto: Andrew Neel on Pexels
-
Film & Serial5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
-
Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Teruslah Bodoh Jangan Pintar
-
Film & Serial3 bulan ago
Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti
-
Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #22: Chinatown
-
Non-Fiksi3 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Ngomongin Uang
-
Politik & Negara4 bulan ago
Peringatan Darurat: Apa Memang Sedarurat Itu Situasi Politik Saat Ini?
-
Musik4 bulan ago
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
-
Tokoh & Sejarah4 bulan ago
Mengapa iPhone Tetap Laris Manis Walau Gitu-Gitu Aja?