Epilog: Sebuah Novel Untuknya
“Selamat ya, akhirnya novel perdanamu selesai.” kata Voni, salah seorang kenalan Rika di penerbit. “Iya, terima kasih banyak ya buat
Baca Selengkapnya“Selamat ya, akhirnya novel perdanamu selesai.” kata Voni, salah seorang kenalan Rika di penerbit. “Iya, terima kasih banyak ya buat
Baca Selengkapnya“Aqila, tolong bantu ambilkan handphone kakak di kasur, dong.” ujar Kia yang sedang sibuk merias diri di depan cermin. Posisinya
Baca SelengkapnyaKia terbangun pada pagi hari itu dengan kepala yang sedikit sakit. Tidurnya terasa sama sekali tidak nyenyak. Ia tidak begitu
Baca SelengkapnyaBerkat Yoga, Kia bisa menjadi sedikit lebih dekat dengan Aqila. Gadis kecil tersebut tidak lagi menghindari Kia. Kalaupun dipanggil, ia
Baca SelengkapnyaTak terasa sudah dua minggu Kia berada di panti asuhan yang bernama Harapan Bunda itu. Ia telah mampu beradaptasi dengan
Baca SelengkapnyaTangan Kia tak henti-hentinya menyeka air matanya yang terus tumpah ketika sedang melihat pusara ibunya. Tadi pagi setelah sadar, ia
Baca Selengkapnya“Dek, kamu enggak apa-apa?” Samar-samar Kia mendengar suara tersebut. Dengan memegangi bagian samping kanan kepalanya, ia mencoba untuk membuka mata.
Baca SelengkapnyaAlice mengantar Kia ke kamar di mana ia akan bertemu dengan tamunya. Kia tak berhenti menangis hingga Alice bingung harus
Baca SelengkapnyaDi atas langit pulau Jawa, Kia memandang ke luar jendela pesawat yang membawanya ke Batavia, menatap awan senja yang terbentang
Baca SelengkapnyaBu Imah langsung pingsan ketika mendengar kabar tentang Kia dari para warga. Pak Kusno tak bisa membendung air matanya. Di
Baca Selengkapnya