Epilog: Setelah Kematian Wijaya
Kantor polisi terasa lengang, hanya ada suara angin dari AC. Peran komputer telah digantikan oleh sebuah mesin kotak canggih yang
Baca SelengkapnyaKantor polisi terasa lengang, hanya ada suara angin dari AC. Peran komputer telah digantikan oleh sebuah mesin kotak canggih yang
Baca SelengkapnyaLima belas tahun berlalu begitu saja. Lebih dari setengahnya kuhabiskan untuk belajar mati-matian di universitas agar bisa segera lulus dan
Baca SelengkapnyaAku mendapati diriku sedang berada di ruang serba putih yang sama seperti waktu aku bertemu dengan ibu. Meskipun kepalaku terasa
Baca SelengkapnyaPengumuman kelulusan muncul dua minggu setelah pertemuanku dengan Zane dan Awan, tepatnya pada akhir Mei. Selama itu pula Kenji masih
Baca SelengkapnyaPengumuman SNMPTN diumumkan melalui internet dan dilakukan serentak pada hari Jumat pukul 19:00. Aku sebagai orang yang termasuk gagap teknologi
Baca SelengkapnyaKami sudah membuat janji dengan Rachel tadi pagi dan ia menyanggupi untuk bertemu sepulang sekolah. Kami sepakat untuk ngobrol di
Baca SelengkapnyaBegitu brankas itu terbuka, tubuhku secara refleks langsung mundur ke belakang hingga terduduk di atas kasur. Pintu brankas kubiarkan terbuka
Baca SelengkapnyaSesampainya kami berdua di rumahku, aku mendapatkan Gisel telah menantiku dengan tidak sabar. Aku memberinya pelukan hangat dan air mataku
Baca SelengkapnyaAwan mengajak aku dan Kenji untuk naik ke lantai dua. Kami diajak masuk ke sebuah ruangan yang berisi lemari buku
Baca SelengkapnyaAkhir pekan setelah kunjungan Malik ke rumahku, aku mendapatkan panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Ketika kuangkat, ternyata mama
Baca Selengkapnya