Connect with us

Leon dan Kenji (Buku 1)

Chapter 33 Hari Di Mana Hukuman Dilaksanakan

Published

on

Pelajaran olahraga dimulai setelah istirahat pertama. Artinya, matahari cukup terik untuk menyinari kami semua. Doaku tadi pagi agar cuaca sedikit sejuk nampaknya tidak terkabulkan. Artinya, ada orang yang lebih membutuhkan panas ini dibandingkan sejuk yang kami butuhkan.

Guru kami, bu Rima, sangat disiplin perihal waktu. Pernah Juna terlambat satu menit memasuki lapangan, langung diusir olehnya. Juna yang responnya terkenal lambat itu hanya bisa terbengong, sebelum dibisiki oleh Bejo sebagai ketua kelas. Suatu saat aku akan menyelidiki lebih dalam, bagaimana seorang Juna bisa mendapatkan nilai begitu tingginya.

Pagi menjelang siang hari ini pun begitu. Begitu jam olahraga dimulai, kami sudah berbaris untuk melakukan pemanasan di lapangan. Kebetulan hari ini kami kebagian di lapangan basket, sehingga nanti Sica tidak perlu terlalu jauh berlari. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Sica mengelilingi dua lapangan voli.

Setelah pemanasan yang dipimpin oleh Bejo selesai, seseorang menepuk punggungku. Kutoleh dan ternyata Sica pelakunya.

“Le, maaf ya yang kemarin, tiba-tiba aku menutup telepon begitu saja. Aku benar-benar dalam kondisi kacau.”

“Oh iya Sica, aku bisa memahami itu. Tapi apa kau sudah siap untuk keliling lapangan?”

“Iya disiap-siapkan aja Le. Janji tetaplah janji.” jawabnya dengan tatapan mata yang menerawang entah kemana. Aku merasa Sica menutup-nutupi sesuatu.

“Semangat ya Sica.”

Sica membalas dengan senyumnya yang paling manis. Jika saja aku sebongkah es batu, pasti sudah meleleh karena terangnya senyum Sica. Namun setidaknya, aku sudah tidak gugup lagi jika berbicara dengan Sica.

Setelah penilaian melempar bola basket ke dalam ring, bu Rima meninggalkan kami, menyisakan waktu 30 menit sebelum jam olahraga berakhir. Artinya masih ada cukup waktu untuk Sica melaksanakan hukumannya. Tidak ada satupun dari kami meninggalkan lapangan.

“Sarah, bisakah hukumannya ditunda? Kita sudah banyak menggunakan energi kita untuk penilaian hari ini.” Kenji mencoba untuk berdiplomasi dengan Sarah. Mungkin ia khawatir Sica kelelahan.

“Huh enak aja, gue udah baik hati kemarin mau nunda sampe hari ini, masa mau ditunda lagi?”

“Tapi Sarah…”

“Alah diem lo cebol, gak perlu ikut campur.”

Mendengar Kenji dihina seperti itu, instingku langsung maju dengan mengepalkan tangan ,yang untungnya ditahan oleh Andra.

“Sabar bung, jangan kamu ladeni anjing betina itu. Pasti kita punya kesempatan untuk balas dendam atas keburukan sifatnya. Tapi tahan dulu bung, kita ada di lingkungan sekolah, apalagi ia wanita.” bisiknya sembari menahan tanganku dan mendorongku agar kembali duduk di bangku penonton.

“Sudah Kenji, aku kalah dalam ulangan matematika kemarin, artinya aku harus mau menerima hukumannya. Doakan saja ya.” kata Sica dengan melempar senyum ke Kenji.

Kenji hanya terdiam mendengar perkataan Sica, dan aku merasa Kenji lebih khawatir daripada diriku. Entah mulai kapan, tapi aku bisa merasakan aura seseorang dan seringkali hasilnya tepat.

“Udah, sana mulai lari.” omel Sarah dengan mengibas-ngibaskan tangannya.

Sica mengambil posisi untuk bersiap lari, dan dalam hitungan ketiga ia mulai berlari. Ketika melihatnya berlari, aku seolah melihat sisi lain dari Sica. Ia terlihat begitu rapuh, seolah-olah ia akan terbawa angin jika ada yang berhembus. Aku belum pernah melihat Sica dari sisi ini dan itu membuatku terkejut. Ternyata sosok yang selama ini terlihat begitu kuat, bisa terlihat begitu lemah seperti ini.

Putaran kedua, Sica sudah terlihat ngos-ngosan. Masih ada delapan putaran lagi dan ia sudah terlihat begitu kepayahan. Aku berdiri dari tempat dudukku, menghampiri Sarah yang terlihat sangat menikmati pemandangan ini.

“Kau perempuan, sepertinya ini sudah cukup. Apa kau tidak bisa melihatnya kepayahan?”

“Diam, aturan tetap aturan.”

Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku. Aku selalu merasa Sarah merasa segan denganku, mungkin karena ia takut terhadapku.

“Kau ini punya hati atau tidak, dengar ya…”

Omonganku terputus karena mendengar teriakan dari teman-teman yang lain. Sontak aku menoleh ke belakang, Jessica sudah jatuh tersungkur. Semua berlarian berusaha menolong Sica untuk berdiri lagi, namun aku hanya berdiri mematung. Setelah jatuh ia tidak bergerak sama sekali. Jessica pingsan, kehilangan kesadaran.

***

Sica langung dilarikan ke rumah sakit karena pihak UKS tidak memiliki peralatan yang cukup memadai. Aku tidak tahu siapa saja yang ikut mengantarnya ke rumah sakit, namun ketika kami kembali ke kelas, ada beberapa yang tidak hadir di kelas. Bejo, Kenji, Dea tidak ada di tempat. Aku tidak tahu mengapa aku tidak ikut mengantarnya. Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri yang berlalu begitu cepat. Ketika aku tersadar, Sica sudah dimasukkan ke dalam mobil seorang guru. Maka dengan keadaan kosong aku kembali ke kelas, bersama teman-teman lain yang tidak ikut mengantar.

Namun aku menangkap ada satu orang lagi yang tidak ada di kelas, si penyebab masalah ini, si bedebah Sarah. Ke mana ia? Aku tidak akan menahan diri lagi, ini sudah keterlaluan. Aku akan membuatnya bertanggungjawab atas kejadian ini. Tetapi perempuan brengsek itu justru kabur, menghilang dan tidak ada tanda-tanda akan kembali ke kelas. Hingga sekolah berakhir, ia tidak muncul. Begitulah pengecut, kabur tanpa bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya, sama saja dengan ayahku.

Aku memanggil Andra, yang duduknya tepat di depanku.

“Andra, kau tau ke mana Sarah?”

“Mana kutahu Le, tadi kami semua sibuk mengurus Sica. Kamu malah bengong kayak kerasukan.”

“Mungkin ia ketakutan Le.” Gita ikut menimbrung pembicaraan kami.

“Perempuan itu harus diberi pelajaran.” kataku geram.

“Mau kamu apakan Sarah? Meskipun begitu ia tetap wanita kan, dan tidak seharusnya laki-laki memukul wanita.” Gita berbicara dengan tatapan seolah berusaha menyabarkanku.

“Berarti aku boleh dong?” tanya Rika dengan senyum khas Sudarwono bersaudara.

“Tidak Rika, kita tidak boleh membalas kekerasan dengan kekerasan. Mungkin kita bisa aja dia bicara baik-baik. Semoga saja dengan kejadian ini ia tersadarkan.” Gita mengalihkan tatapannya ke Rika.

Ketika mereka berdua bercakap-cakap, aku menatap ke buku di atas meja Gita. Terlihat olehku sebuah sketsa wajah seorang laki-laki dan menurutku yang awam dalam hal seni, sangatlah bagus, ia terlihat sangat tampan dan berwibawa.

“Gita, siapakah yang kau gambar itu?” tanyaku mengalihkan pembicaraan mereka berdua.

“Itu, oh ini, hanya tokoh imajiner yang ada di kepalaku kok.” jawabnya dengan pipi memerah. Mungkin ia merasa malu karyanya diketahui orang lain.

“Bagus sekali Gita, kamu pintar menggambar ya ternyata, gimana kalau kita kolaborasi bikin komik? Aku yang bikin cerita kamu yang nggambar.” tawar Rika.

“Hehehe, boleh juga tuh, tapi setelah kita tahu kondisi Sica ya.” jawab Gita semakin merona.

Ternyata, masih banyak hal yang belum aku ketahui tentang teman-teman satu kelas. Bahkan aku baru tahu Gita yang duduk di dekatku bisa menggambar seindah itu. Nampaknya usahaku untuk lebih mengenal mereka harus ditingkatkan lagi.

***

Bejo dan Dea kembali ke kelas sekitar pukul tiga sore. Mereka langsung dihujani pertanyaan oleh teman-teman yang lain mengenai keadaan Sica. Secara garis besar, asma Sica kambuh, dan ia terlalu memaksakan diri hingga pingsan. Aku berusaha tersenyum mendengar jawaban mereka, hingga menyadari ada yang kurang.

“Di mana Kenji?”

“Kenji? Dia tidak ikut kami kok. Cuma aku dan Bejo yang mengantar Sica. Kalau Bejo kan karena dia ketua kelas, kalau aku karena malas ikut kelas aja.” Dea menjawab dengan ringannya.

Aku langsung berlari meninggalkan mereka menuju rumah Kenji.

***

Nihil, Kenji tidak ada di rumahnya. Ke mana ia? Jika bukan mengantar Sica, ke mana tujuan perginya hingga ia tidak menghadiri kelas? Aku berusaha tanya ke tetangga sekitar, namun sayangnya tidak ada yang sedang berada di beranda rumahnya dan aku terlalu malu untuk mengetuk pintu mereka. Karena tidak ada yang bisa kulakukan, aku kembali ke sekolah.

***

Sepulang sekolah aku segera menyegarkan diriku dengan mandi. Terlalu banyak hal yang terjadi hari ini, dan aku butuh penyegaran untuk menenangkan diri. Dengan kepala dingin, aku akan bisa memutuskan langkah apa yang perlu diambil selanjutnya.

Benar saja, begitu aku selesai mandi dan akan makan malam dengan Gisel, aku tahu apa yang harus kulakukan. Setelah ini, aku akan mengunjungi rumah Kenji lagi, kemungkinan besar ia sudah kembali ke rumahnya. Lalu aku akan mengunjungi Sica setelahnya. Aku akan mengajak Gisel, hitung-hitung mengajaknya jalan-jalan.

“Kakak kenapa sih daritadi diam aja?” Gisel memecah lamunku.

“Sica tadi pingsan Gisel, lalu Kenji tidak ada di rumahnya.”

“Apa? Kok bisa kak?”

“Panjang ceritanya Gisel, nanti kakak ceritakan, habis ini kakak mau ke rumah Kenji, lalu mengunjungi Sica di rumah sakit.”

“Gisel boleh ikut kak?”

“Memang begitu rencananya.”

Dengan membawa Gisel, sekali lagi aku mengecek rumah Kenji. Rumah Kenji tetap kosong, padahal sekarang sudah pukul delapan malam. Pikiranku benar-benar kacau, aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Ke mana bocah satu ini?

“Kak, Gisel kedinginan, kita segera pulang yuk. Mungkin kak Kenji ada urusan ke mana.”

Kugandeng tangan Gisel untuk meninggalkan rumah Kenji dan melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. Namun begitu sampai di depan rumahku, aku baru teringat satu hal. Aku tidak tahu dimana Sica dirawat!

“Ya udah kak besok aja ke rumah sakitnya habis pulang sekolah.”

Kuturuti perkataan Gisel, kami pun masuk ke dalam rumah. Terlalu banyak hal yang terjadi hari ini, hari di mana hukuman dilaksanakan.

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Karakter Lain (Terakhir)

Published

on

By

Tulisan ini adalah bagian terakhir dari episode ektra novel Leon dan Keji. Di sini, penulis akan bercerita tentang karakter lain yang belum dijelaskan pada tulisan-tulisan sebelumnya.

Malik

Namanya penulis ambil dari musuh Yugi dari komik Yugioh (Marik jika dilihat dari animenya). Ia adalah kakak kelas Leon sekaligus mantan tetangganya. Ia juga bersekolah yang sama dengan Leon sejak SMP.

Malik adalah murid kesayangan guru dan idola banyak murid. Kemampuan otaknya yang cerdas, perilakunya yang santun, ditopang dengan paras yang rupawan membuatnya sering menjadi pusat perhatian.

Akan tetapi, Leon (dan Kenji) beranggapan bahwa semua itu hanyanya kamuflase semata. Di balik topeng ramahnya, Leon berasumsi bahwa Malik adalah orang yang licik dan egosentris. Mungkin Leon menganggap Malik seperti karakter Joker pada serial Batman.

Apakah dugaan Leon benar? Ataukah ternyata Malik memang benar-benar lain? Temukan jawabannya pada buku kedua Leon dan Kenji!

Para Kakak Pembimbing OSIS

Semua anggota OSIS yang penulis munculkan di novel ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Bahkan hingga namanya, walaupun tidak semua penulis ingat.

Dari semua anggota, yang paling menonjol adalah Aan yang pernah mengirim anggota gengnya untuk menghajar Leon karena sikapnya yang ngelamak. Ia juga tipikal orang pendendam dan suka tertawa di atas penderitaan orang-orang yang dibencinya.

Rudi dan Sinta

Keduanya adalah teman masa kecil Leon, yang satu teman SD dan yang satu lagi adalah teman bermain di masa kecilnya. Pertemuan tanpa sengaja mereka terjadi ketika Leon mengikuti kelas ektrakulikuler, di mana ia bertemu dengan Rudi, lantas bertemu dengan Sinta di kantin.

Keduanya memiliki peran besar bagi Leon untuk mengetahui bahwa dirinya secara perlahan bisa berdamai dengan masa lalu dan mencoba memperbaiki hubungan dengan teman-temannya di masa lalu, sesuatu yang dulu terhalang karena kekangan ayahnya.

Paman Anton

Dia adalah adik dari ayah Leon yang sukses bekerja sebagai pengusaha. Meskipun bersaudara, ia memiliki kepribadian yang berbeda 180 derajat. Paman Anton merupakan pribadi yang begitu hangat dan sangat menyayangi keluarga.

Istrinya telah meninggal karena kecelakaan, membuatnya menjadi single parent. Berstatus duda kaya tidak lantas membuatnya menikah lagi. Ia begitu mencintai istrinya sehingga mengurungkan niat untuk menikah lagi.

Sisi buruknya, ia jadi begitu memanjakan anaknya, Bondan, yang belum pernah penulis tampilkan di buku pertama. Pada akhirnya, Bondan menjadi begitu sombong dan gemar memandang rendah orang lain, termasuk kedua sepupunya, Leon dan Gisel.

Namanya sendiri dapat begitu saja, mungkin terinspirasi dari nama tetangga penulis.

Penutup

Bagaimakah kelanjutan kehidupan sekolah Leon? Apakah semuanya berjalan lancar tanpa masalah? Apakah Leon berhasil memecahkan surat misterius yang ia temukan beserta sebuah kotak yang terkunci dengan kombinasi lima angka?

Semua akan terjawab pada novel Leon dan Kenji Buku 2 yang akan rilis pada tanggal 3 Desember 2018. Stay tuned!

 

 

Kebayoran Lama, 19 November 2018

Continue Reading

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Perempuan Kelas Akselerasi

Published

on

By

Setelah para laki-laki, kini tiba saatnya bagi penulis untuk mendeskripsikan para perempuan lain penghuni kelas akselerasi selain Sica, Sarah, dan Rika. Seperti biasa, penulis akan menjelaskan darimana inspirasi nama mereka beserta karakteristik yang melekat pada mereka.

Andrea Putri Sudarwono

Sama seperti Rika, Andrea atau Dea merupakan karakter baru yang tidak ada di konsep awalnya. Dulu, penulis membuat seorang karakter wanita tomboy yang sama sekali tidak betah berada di kelas akselerasi karena paksaan orangtuanya.

Setelah menghilangkan David, pada akhirnya penulis memutuskan untuk mengubahnya menjadi saudara kembar Andra yang bernama Andrea (dulu bernama Arin). Sifat-sifat pada penokohan yang dulu penulis hilangkan, kecuali sifat tomboynya yang dipertahankan.

Karakternya kurang lebih sama seperti saudaranya. Ia lebih sering bermain bersama teman laki-laki berkat pengaruh Andra, sehingga tidak memiliki teman wanita yang dekat. Dea jago bermain basket dan memainkan drum.

Aqilla Sagita Danastri

Selanjutnya adalah Gita, yang namanya penulis ambil dari penyanyi favorit penulis ketika masa sekolah, Gita Gutawa. Akan tetapi, Gita yang satu ini tidak pandai menyanyi. Ia memiliki bakat menggambar yang luar biasa, mulai sketsa bangunan hingga sketsa wajah.

Tanpa disengaja, karakter ini mirip dengan karakter Gita yang bermain pada serial Cinta dan Rahasia yang diperankan oleh Taskya Namya, Kurang lebih, penulis membayangkan fisik Gita seperti dirinya.

Taskya Namya (media.iyaa.com)

Padahal, penulis menciptakan karakter Gita jauh sebelum serial tersebut tayang. Sungguh sebuah kebetulan yang menakjubkan sekaligus mengerikan.

Gita adalah seorang perempuan hitam manis yang memiliki alis tebal dan cenderung mudah emosi, seperti yang ditunjukkan di awal cerita ketika ia melempar air ke wajah Leon. Akan tetapi, Gita adalah seseorang yang begitu peka terhadap sekitarnya.

Kepekaannya terbukti dengan beberapa kali bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Leon. Contohnya, ia tahu bahwa Leon menyukai Sica atau tahu kapan dirinya lebih baik diam ketika melihat suasana hati Leon sedang buruk.

Elvina Yurina Zefina

Yuri, mungkin dari namanya bisa ditebak, terinspirasi dari salah satu karakter Girls’ Generation yang bernama sama. Penulis ambil nama tersebut karena masih terdengar Indonesia.

Kwon Yuri (kpop.asiachan.com)

Ia adalah seorang perempuan yang memiliki masalah krisis kepercayaan diri. Ekonominya pas-pasan karena ibunya adalah seorang single parent yang memiliki usaha katering. Yuri kewalahan menghadapi ritme pelajaran di kelas akselerasi.

Untungnya, Kenji berinisiatif untuk mengadakan kelas tambahan sepulang sekolah, sehingga Yuri mampu mengejar ketertinggalannya. Terlebih lagi, semenjak itu ia menjadi lebih percaya diri, setidaknya di hadapan teman-teman kelas akselerasi.

Maroon Malvinanita

Karakter ini penulis bentuk sebagai wadah akan kesukaan penulis terhadap bahasa. Nita, yang namanya muncul begitu saja, adalah perempuan yang memiliki kelebihan dalam dunia bahasa.

Bahasa yang disukai oleh Nita bukanlah bahasa sastra seperti yang disukai oleh Rika, melainkan bahasa yang digunakan sehari-hari. Ketika masuk kelas akselerasi, ia sudah menguasai bahasa Inggris, Jepang, dan Prancis. Ia mulai mempelajari bahasa lainnya seperti Mandarin dan Belanda.

Pada buku pertama, belum terlalu terlihat bagaimana karakter seorang Nita, selain keingintahuannya yang besar akan bahasa.

Verena Nur Izora

Nama Verena penulis dapatkan sewaktu pesiapan ujian nasional SMA, ketika seorang gadis menjadi sampul buku latihan menghadapi Unas. Karena suka namanya, penulis memutuskan untuk menggunakan namanya untuk novel penulis.

Verena, atau Rena, adalah satu-satunya wanita yang berkerudung di kelas akselerasi. Ia adalah satu-satunya teman yang satu SMP dengan Leon di kelas.

Ia adalah seorang perempuan yang baik, hanya saja terkadang tidak pandai membaca situasi. Rena juga bisa berubah menjadi galak apabila melihat sesuatu yang salah, seperti yang digambarkan pada chapter 40.

Virginia Vanya Valora

Namanya yang berinisial VVV bukan terinspirasi dari klub bola asal Belanda, VVV Venlo, melainkan dari teman kuliah penulis yang memiliki inisial yang sama.

VVV Venlo (youtube.com)

Vanya atau kerap dipanggil Ve (penulis juga punya teman SMA yang panggilannya Ve) adalah seorang wanita yang paling gemuk di antara wanita-wanita lain yang cenderung bertubuh mungil.

Meskipun begitu, Ve merupakan anak yang berhati emas. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan tidak pernah menyimpan dendam. Baginya, berbuat baik adalah fokus hidupnya, sehingga cita-citanya adalah menjadi seorang guru di daerah terpencil.

 

 

Kebayoran Lama, 10 November 2018

Continue Reading

Leon dan Kenji (Buku 1)

Tentang Para Laki-Laki Kelas Akselerasi

Published

on

By

Selain Leon dan Kenji, terdapat empat laki-laki yang menghuni kelas akselerasi: Andra, Bejo, Juna, dan Pierre. Mereka berempat lebih sering berperan sebagai figuran, namun di beberapa bagian penulis tunjukkan karakteristik mereka.

Andra Putra Sudarwono

Dulu, pada konsep awalnya, si kembar Sudarwono bersaudara sama-sama laki-laki, Andra dan David. Tapi, sewaktu penulis meninjau ulang, ternyata komposisi laki-laki di kelas akselerasi ini terlalu banyak, sehingga penulis memutuskan untuk mengganti salah satunya dengan perempuan.

Inspirasi karakter ini datang dari Fred dan George Weasley dari novel Harry Potter. Penulis menyukai karakter mereka yang ceria, jahil, sering berbicara secara bergantian dengan saudaranya, dan selalu berpikiran positif.

via bookstr.com

Kurang lebih seperti itulah Andra (dan kini bersama Dea). Andra adalah laki-laki yang selalu nampak bersemangat. Ia selalu berusaha memberikan energi positifnya kepada semua orang.

Nama Andra sendiri (mungkin) penulis dapatkan dari band Andra and the Backbone. Penulis tidak terlalu ingat, namun untuk nama keluarganya, penulis pelesetkan dari nama stiker timnas Indonesia, Budi Sudarsono.

via indosport.com

Andra juga tidak segan berkonfrontasi dengan orang-orang yang ia anggap merusak suasana kelas. Hal ini ia tunjukkan pada bagian-bagian awal, ketika ia menantang Leon untuk berkelahi karena dianggap mengacau.

Ia juga tipe orang yang supel. Bahkan hanya dalam hitungan hari, ia sudah bisa menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Tidak muncul rasa canggung ketika ia berbicara dengan orang lain karena kepercayaan dirinya yang tinggi.

Akan tetapi, ia juga seorang pendendam. Pengeroyokan yang terjadi pada Leon ketika MOS adalah rencananya. Untungnya, sifat pendendamnya diimbangi dengan sifat pemaafnya. Memang kontradiktif, namun begitulah Andra.

Andra memiliki kecerdasan yang lumayan. Sayang, kecerdasan yang dimilikinya tidak ia gunakan di kelas. Hal ini menyebabkan ia harus turun ke kelas reguler bersama saudarinya.

Achmad Khrisna Subejo

Kalau yang satu ini, penulis lupa darimana inspirasinya. Mungkin, karena nama Bejo bernuansa pedesaan. Untuk nama tengahnya, terinspirasi dari salah satu tokoh pewayangan.

Sang ketua kelas akselerasi yang sangat bertanggungjawab dan melaksanakan tugasnya dengan agak terlalu berlebihan. Mungkin mirip dengan karakter Tenya Iida pada anime Boku No Hero Academia, meskipun penulis membuat karakter ini sebelum menonton anime tersebut.

via http://bokunoheroacademia.wikia.com

Bejo adalah tipikal anak yang ingin membuktikan bahwa dirinya, meskipun anak desa, bisa sama dengan anak-anak yang tinggal di kota (meskipun tempat ia sekolah tidak termasuk kota).

Ia memiliki harga diri yang tinggi, Pembangkangan Leon di awal masa sekolah merupakan buktinya. Bejo merasa harga dirinya terluka karena tidak dihargai oleh teman satu kelasnya. Hal ini membuat ia menyimpan dendam, dan Bejo bukan tipe pemaaf seperti Andra.

Meskipun begitu, Bejo adalah laki-laki yang gentle dan pemberani. Ia tak segan mengakui kesalahannya ketika ia telah sadar, seperti ketika ia bertengkar dengan Leon sewaktu lomba futsal antar kelas.

Arjuna Wahyunara

Namanya terinspirasi dari chef Juna. Akan tetapi, karakternya yang lambat merespon penulis dapatkan dari Goo Ji-soo, salah satu peserta acara reality show Girls’ Generation and the Dangerous Boys.

via snsdkorean.com

Juna adalah anak yang cerdas, namun susah berkomunikasi karena otaknya butuh waktu sekitar 5 detik untuk menangkap informasi yang disampaikan secara lisan. Akan tetapi, ia memiliki daya ingat yang kuat ketika berhadapan dengan hal visual.

Apalagi, Juna adalah tipe orang yang pemalu dan minder, sehingga ia sangat jarang memulai percakapan dengan orang lain. Ia merasa dirinya akan membebani orang lain ketika ia berkomunikasi dengan mereka.

Untunglah Leon secara tidak sengaja berhasil menemukan metode untuk berinteraksi dengan Juna, sehingga mulai saat itu ia mulai bisa dekat dengan teman-teman yang lain, terutama Pierre.

Jean Xavier Pierre

Namanya memang norak, karena penulis masih duduk di bangku SMA ketika membuat nama ini. Namun penulis memutuskan untuk tidak mengubah namanya karena nama tersebut memiliki maknanya sendiri.

Pierre penulis dapatkan dari nama vokalis Simple Plan, Pierre Bouvier, yang penulis ketahui dari video klip When I’m Gone. Ternyata, setelah penulis tonton ulang video tersebut, terdapat nama Sarah. Mungkin justru dari inilah penulis mendapatkan ide nama Sarah.

Pierre merupakan tipe anak yang lebih senang berkutat dengan gawainya daripada dengan manusia. Dengan kacamatanya yang tebal, ia tak akan pernah merasa jemu mengutak-atik komputer maupun handphonenya.

Interaksinya dengan karakter utama hanya terjadi sekali ketika Leon membutuhkan saran untuk membeli handphone, sehingga karakteristik lainnya belum terlihat.

 

 

 

Kebayoran Lama, 5 November 2018

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan