Connect with us

Permainan

Koleksi Board Game #6 King of New York

Published

on

Saat nongki di Nexux Cafe Surabaya di mana Penulis membeli 7 Wonders (1st Edition), ada beberapa board game yang Penulis coba mainkan di sana. Beberapa yang Penulis ingat adalah A Game of Throne: Catan dan Splendor.

Namun, ada satu board game yang benar-benar mencuri perhatian Penulis, yakni King of New York. Sebelumnya, Penulis sudah tertarik untuk memiliki King of Tokyo dengan konsep battle monster yang dimiliki. Ternyata, yang versi ini lebih menarik dan menyenangkan.

Ketika bertanya kepada toko apakah board game ini dijual, ternyata jawabannya belum. Alasannya, board game tersebut baru saja dibeli. Kalau dua bulan lagi, mungkin ada kemungkinan board game ini akan dilepas.

Sekitar dua bulan kemudian ketika Penulis sedang nongki di Board Game Academy, Penulis mencoba untuk menghubungi kafe tersebut untuk menanyakan apakah King of New York-nya sudah bisa dibeli. Benar saja, ternyata kafe tersebut telah bersedia untuk melepasnya.

Harga baru dari King of New York adalah Rp750 ribu, dan Penulis mendapatkannya seharga Rp700 ribu dengan kondisi kartunya sudah mendapatkan sleeves. Meskipun mengeluarkan biaya untuk GoSend, rasanya Penulis masih untung dari transaksi ini.

Detail Board Game

  • Judul: King of New York
  • Desainer: Richard Garfield
  • Publisher: IELLO
  • Tahun Rilis: 2014
  • Jumlah Pemain: 2 – 6 pemain
  • Waktu Bermain: 40 menit
  • Rating BGG: 6.9
  • Tingkat Kesulitan: 1.86/5

Cara Bermain King of New York

Konsep dari King of New York sama dengan King of Tokyo, di mana para pemain akan berperan sebagai monster yang berusaha untuk menguasai kota. Siapa yang mampu terakhir (one man last standing) bertahan atau mendapatkan 20 poin pertama akan menjadi pemenangnya.

Apa yang membuat board game ini istimewa adalah banyaknya komponen yang dimiliki. Selain papan utama permainan, ada 8 buah dadu dengan masing-masing sisi memiliki efek yang berbeda. Ini yang akan menjadi penentu langkah kita setiap putarannya nanti.

Ada juga setumpuk kartu dengan berbagai efek. Kartu-kartu ini bisa dibeli oleh pemain dengan menggunakan sebuah cube kecil. Selain itu, masing-masing monster juga memiliki sebuah figur yang bisa berdiri dengan sebuah standing.

Tidak hanya itu, ada semacam papan yang berisi tentang poin (dilambangkan bintang) dan nyawa (dilambangkan dengan hati). Poin dimulai dari 0, hati dimulai dari 10. Pemain yang kehilangan seluruh nyawanya akan tersingkir dari permainan.

Setiap putaran, pemain akan mengocok enam dadu secara bersamaan. Lalu, pemain boleh melakukan reroll hingga dua kali untuk mendapatkan sisi dadu yang diinginkan. Barulah setelah itu pemain akan mengaktifkan masing-masing efek dadunya.

Pemain pertama akan selalu masuk ke Manhattan, yang memberikan banyak benefit walau efek negatifnya adalah tidak bisa melakukan heal. Monster yang berada di Manhattan baru bisa keluar apabila diserang oleh monster yang berada di luar Manhattan.

Efek Dadu King of New York

Dadu King of the New York (The Board Game Family)

Sekarang Penulis akan menjelaskan efek dari masing-masing sisi dadu. Ada sisi hati yang digunakan untuk menambah nyawa kita. Sisi petir akan membuat kita mendapatkan cube yang berfungsi untuk membeli kartu.

Sisi cakar digunakan untuk menyerang. Nah, di peta ada beberapa blok, di mana Manhattan menjadi pusatnya. Di luar Manhattan, ada beberapa blok yang bisa dihuni seperti Bronkx, Queens, Brooklyn, dan State Island.

Jika sisi cakar keluar, monster yang berada di Manhattan bisa mengurangi nyawa semua monster yang ada di luar Manhattan. Sebaliknya pun begitu, monster yang berada di luar Manhattan hanya bisa menyerang monster yang berada di dalam Manhattan.

Sisi bintang dapat menambahkan poin jika kita mendapatkan tiga dadu dengan sisi ini. Namun, ketika kita memiliki kartu “Superstar” yang bisa dimiliki jika mendapatkan tiga sisi bintang, kita akan mendapatkan bintang sesuai dengan jumlah bintang yang keluar.

Di setiap blok, ada beberapa tile bangunan yang bisa dihancurkan dengan menggunakan sisi dadu gedung (yang jika dihancurkan akan memberikan efek tertentu). Jika tile bangunan ini hancur, maka tile akan di balik dan menjadi tile tempur.

Nah, tile tempur ini akan menjadi berbahaya apabila kita mendapatkan sisi dadu tengkorak karena akan mengurangi nyawa kita. Tile ini bisa dihancurkan menggunakan sisi dadu bangunan.

Setelah Bermain King of New York

King of New York (I Slay the Dragon)

Dengan konsep battle royale yang dimiliki, King of New York menjadi board game yang cukup seru untuk dimainkan ramai-ramai. Adanya faktor acak dari kocokan dadu membuat jalan permainannya sulit untuk ditebak.

Secara garis besar, pemain akan memilih untuk memenangkan permainan dengan dua cara, entah dengan menyerang pemain lain ataupun fokus menambahkan poinnya. Tentu tidak akan mudah, karena pemain lain jelas akan berusaha menjatuhkan kita juga.

Penulis juga menyukai kualitas dari komponen-komponennya yang sangat baik, terutama dadunya terasa berat dan mantap. Desain dari masing-masing monsternya juga unik, walau agak disayangkan setiap monster tidak memiliki kekuatan spesial yang unik.

Namun, King of New York juga lumayan terasa monoton. Permainan akan menjadi sangat lama apabila semua pemain memilih untuk bermain aman dengan menghindar menyerang monster lawan dan lebih mengutamakan nyawanya sendiri.

Selain itu, jumlah kartu yang cukup banyak terkadang jadi tidak berguna, karena opsi sisi petir lumayan jarang dipakai, setidaknya dari yang Penulis mainkan. Apalagi, beberapa kartu memiliki efek yang cukup rumit, dengan beberapa berkaitan dengan token-token.

Secara overall, King of New York tetap menyenangkan untuk dimainkan. Dengan mekanisme yang gampang gampang susah, masing-masing pemain harus mampu mengatur strategi agar mampu menjadi pemenang di akhir permainan.

***

Mendapatkan dua board game second dengan kualitas baik membuat Penulis ingin melakukannya lagi. Maka dari itu, koleksi ketujuh Penulis juga merupakan barang second, yang cerita lengkapnya akan ada di tulisan selanjutnya. Board game tersebut adalah Survive!


Lawang, 25 Mei 2023, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

Permainan

Koleksi Board Game #20: Modern Art

Published

on

By

Meskipun bukan tipe orang yang bisa memahami arti dari sebuah seni, Penulis bisa berkata kalau dirinya cukup bisa menikmati sebuah seni. Salah satu destinasi wisata yang Penulis sukai adalah museum yang menampilkan lukisan-lukisan terkenal.

Oleh karena itu, ketika ada board game yang memiliki tema lukisan museum, Penulis jadi tertarik. Board game tersebut adalah Modern Art, yang sesuai namanya, memiliki banyak karya seni asli yang ditampilkan dalam bentuk kartu.

Modern Art dimainkan dengan model lelang, alasan lain kenapa Penulis memutuskan untuk membeli board game. Mengapa demikian? Karena kebetulan dulu Penulis suka nonton acara Storage Wars di saluran History.

Detail Board Game Modern Art

  • Judul: Modern Art
  • Desainer: Reiner Knizia
  • Publisher: CMON Global Limited
  • Tahun Rilis: 1992
  • Jumlah Pemain: 3-5 pemain
  • Waktu Bermain: 45 menit
  • Rating BGG: 7,5
  • Tingkat Kesulitan: 2.29/5
  • Harga: Rp500.000

Cara Bermain Modern Art

Di awal permainan, pemain akan berperan sebagai kepala museum dari berbagai tempat: Sao Paulo Museum, Madrid Modern, London Art, Paris Art, dan New York Art Gallery. Semua tempat sama, tidak memiliki keistimewaan apapun.

Setelah itu, masing-masing pemain akan mendapatkan kartu seni tergantung jumlah pemain. Ada lima seniman di Modern Art, yakni Manuel Carvalho, Sigrid Thaler, Daniel Melim, Ramon Martins, dan Rafael Siveira.

Kartu di Modern Art menampilkan sebuah lukisan lengkap dengan judul dan nama senimannya. Di pojok kanan ada jenis lelangnya (total ada lima jenis), yang akan Penulis jelaskan lebih detail di bawah.

Setelah mendapatkan kartu, masing-masing pemain akan mendapatkan modal $100. Uang ini yang akan kita gunakan untuk melakukan lelang setiap putarannya. Ada beberapa pecahan uang di board game ini, mulai dari $1 hingga yang paling besar $100.

Komponen terakhir adalah sebuah papan yang berfungsi sebagai tracker harga lukisan. Seniman dengan jumlah lukisan terbanyak di arena akan mendapatkan token tertinggi (paling tinggi 30, lalu 20 dan 10).

Jika jumlahnya sama, maka seniman yang paling kiri yang akan mendapatkan token tertinggi. Di setiap ronde, hanya akan ada tiga seniman yang mendapatkan token ini, yang artinya dua seniman lainnya tidak akan memiliki nilai jual sama sekali.

Token inilah yang menentukan harga dari lukisan berdasarkan senimannya. Seiring berjalannya ronde, maka harga lukisan bisa semakin tinggi. Namun, perlu diingat kalau penjualan lukisan ke bank terjadi di setiap akhir ronde, bukan di akhir permainan.

Sistem lelangnya sendiri akan dilakukan secara berurutan di mana pemain akan memilih satu kartu dari tangannya untuk dilelang. Pemain yang melakukan ini disebut sebagai pelelang. Masing-masing kartu memiliki jenis lelang yang terbagi menjadi lima jenis, yakni:

  • Open Auction (Berlogo Mata): Semua pemain bisa melakukan bid secara bebas
  • One Offer Auction (Berlogo Bintang dan Angka 1): Secara berurutan pemain bisa melakukan bid satu kali saja, dimulai dari sebelah kiri pelelang
  • Hidden Auction (Berlogo Gembok): Semua pemain menentukan harga secara tersembunyi di tangan dan akan mengungkapnya secara bersamaan, pemain dengan nilai lelang tertinggi akan menang
  • Fixed Price Auction (Berlogo Tag Harga): Pihak pelelang akan menentukan harga lukisan, jika tidak ada yang menawar maka akan jadi miliknya sendiri
  • Double Auction (Berlogo Palu dan x2): Pihak pelelang bisa langsung melelang dua lukisan sekaligus dari seniman yang sama, lalu jenis lelangnya mengikuti kartu lukisan yang kedua

Permainan akan terdiri dari empat ronde, dan masing-masing ronde akan berakhir jika ada salah satu seniman yang lukisannya sudah muncul lima kali. Pemain dengan jumlah uang terbanyak akan keluar sebagai pemenangnya.

Setelah Bermain Modern Art

Modern Art (More Game Please)

Secara visual, bisa dibilang Modern Art adalah salah satu yang terbaik di antara koleksi Penulis. Sebagai penikmat seni amatir, karya-karya yang ada di sini, meskipun kebanyakan seni kontemporer, memiliki keindahannya sendiri.

Sebagai nilai tambah, para seniman yang lukisannya dijadikan kartu di board game ini mendapatkan semacam katalog dan profil di rulebook-nya. Tentu ini bisa menjadi sarana promosi mereka agar lebih dikenal oleh dunia.

Untuk komponennya sendiri, Modern Art memiliki komponen yang cukup solid. Kartu-kartu seninya berukuran besar dan cukup tebal. Koin lelang dan uang in-game pun cukup solid. Namun, yang paling istimewa (dan lucu) adalah palu lelangnya yang terbuat dari kayu,

Secara gameplay, Modern Art sebenarnya cukup menarik dengan sistem lelang dan fluktuasi harga lukisannya. Hanya saja, replaybility dari board game ini cukup rendah karena terkesan monoton dan begitu-begitu saja.

Contoh, ketika pemain mengeluarkan kartu One Offer Auction, maka kemungkinan besar pemain akan langsung menyebutkan angka yang mendekati harga jualnya sekarang (misal harganya 20, dia langsung pasang harga 19).

Alhasil, pemain selanjutnya pun tidak akan memasang harga di atas itu karena otomatis tidak akan menghasilkan keuntungan. Kalau mau memasang harga di atas harga pasaran, ya kemungkinan besar pemain akan mengalami kerugian karena harga jualnya di bawah harga belinya.

Selain itu, posisi seniman di papan tracker selalu sama. Dengan demikian, lukisan karya Manuel Carvalho yang berada di sisi paling kiri akan selalu lebih berharga dibandingkan Rafael Silveira yang berada di sisi paling kanan. Alhasil, kebanyakan pemain akan lebih mengincar lukisan Manuel Carvalho karena kemungkinan lukisannya lebih mahal lebih besar.

Penulis bahkan sampai mencoba variasinya sendiri, di mana ada seorang juru lelang yang tidak ikut bermain. Nantinya, para pemilik museum akan diberi modal yang lebih besar. Uang bisa didapatkan di akhir permainan, bukan di setiap akhir ronde.

Namun, bisa dibilang kalau Modern Art memiliki konsep yang benar-benar berbeda jika dibandingkan koleksi lainnya. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, maka Penulis akan memberikan skor Modern Art sebesar:

Skor: 7/10

Salah satu cara Penulis bisa mengenal lebih banyak board game adalah dengan mengunjungi kafe board game. Pada satu waktu, Penulis bermain di salah satu kafe board game di Malang dan mencoba beberapa. Salah satunya yang akhirnya Penulis beli adalah Century: A Spice Road.


Lawang, 30 Juni 2024, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Permainan

Koleksi Board Game #19: Kingdomino

Published

on

By

Dulu ketika awal-awal mengoleksi buku, Penuils lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas. Maka dari itu, ketika ada obral buku murah, Penulis sering khilaf dan jadi memborong banyak buku. Alhasil, banyak buku yang akhirnya justru tidak pernah terbaca sama sekali.

Dalam mengoleksi board game, ada sedikit perubahan karena Penulis melakukan seleksi yang lebih ketat sebelum membeli. Maklum, harga board game jarang ada yang murah, sehingga harus benar-benar dipelajari dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membelinya.

Namun, dalam beberapa kondisi, Penulis memutuskan untuk tetap membeli sebuah board game hanya karena ingin menambah koleksinya, terutama jika harganya tidak terlalu mahal. Itu yang terjadi pada Coup, dan juga Kingdomino yang akan Penulis bahas di sini.

Detail Board Game Kingdomino

  • Judul: Kingdomino
  • Desainer: Bruno Cathala
  • Publisher: Blue Orange
  • Tahun Rilis: 2016
  • Jumlah Pemain: 2-4 pemain
  • Waktu Bermain: 15-25 menit
  • Rating BGG: 7,3
  • Tingkat Kesulitan: 1,22/5
  • Harga: Rp325.000

Cara Bermain Kingdomino

Komponen dari Kingdomino tidak banyak, hanya terdiri dari beberapa tile dengan bentuk seperti kartu domino, beberapa meeple, dan miniatur kastil. Tile memiliki beberapa jenis teritori, yang Penulis sebut sebagai sawah (kuning), ladang (hijau), laut (biru), rawa-rawa (abu-abu), hutan (cokelat), dan gua (hitam).

Di awal permainan, jejerkan empat tile dan urutkan sesuai dengan nomor yang ada di belakangnya, di mana angka kecil diletakkan paling atas dan yang besar di bawah.

Lalu, pemain pertama akan meletakkan meeple-nya ke salah satu tile pilihannya, diikuti oleh pemain lain. Khusus untuk putaran pertama, urutannya masih searah jarum jam, karena di putaran selanjutnya, urutan pemain ditentukan oleh urutan meeple di arena.

Setelah satu putaran selesai dan pemain telah meletakkan tile di wilayahnya masing-masing, maka pemain dengan meeple teratas akan memilih duluan tile selanjutnya yang juga telah diurutkan sesuai dengan jumlah angkanya. Begitu seterusnya sampai semua tile telah diambil pemain.

Ada beberapa aturan terkait peletakkan tile. Pertama, ingat kalau wilayah kita berukuran maksimal 5×5 dan tidak boleh melebihi batas tersebut. Posisi kastil boleh di mana saja, tapi jika berhasil pas di tengah, maka pemain akan mendapatkan poin tambahan.

Dalam meletakkan tile, tile tersebut harus memiliki teritori yang sama dengan teritori yang sudah ada di tempat kita, minimal satu. Jadi, kalau mau meletakkan tile laut, maka kita harus menyambungkannya ke tile laut. Starting tile yang merupakan tempat meletakkan kastil bisa dihubungkan dengan semua jenis teritori.

Jika semua tile sudah diambil pemain, maka perhitungan poin pun akan mulai dilakukan. Caranya mudah, kalikan luas teritori terbesar dari masing-masing jenis dengan jumlah mahkota yang ada. Jumlahkan semuanya dan itulah jumlah poin yang berhasil didapatkan oleh pemain.

Sebagai tambahan, pemain yang kastilnya ada di tengah akan mendapatkan 10 poin tambahan. Pemain yang berhasil membangun kerajaannya pas 5×5 tanpa ada bolong juga mendapatkan 5 poin tambahan.

Setelah bermain Kingdomino

Kingdomino (via Wargamer)

Sejak kecil, Penulis suka bermain puzzle. Mungkin karena itulah mengapa Penulis menyukai board game yang memiliki konsep tile placement seperti Carcassonne dan Kingdomino ini. Melihat bagaimana tile yang diletakkan dan saling digabungkan terlihat harmoni memberikan kepuasan tersendiri.

Jika dibandingkan dengan Carcassonne, Kingdomino jelas berbeda karena masing-masing pemain memiliki tempatnya sendiri untuk menyusun tile-nya. Ada banyak rule dan syarat untuk meletakkan tile, tapi semuanya mudah dipahami karena cukup sederhana.

Dua board game sebelum ini, Bahamas dan King of the Dice, Penulis sebut menyenangkan karena kesederhaan yang dimilikinya. Meskipun Kingdomino juga sederhana, sayangnya rasanya berbeda dengan dua board game tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa Kingdomino terasa monoton dan membosankan. Pertama, masing-masing pemain sibuk membangun kerajaannya sendiri tanpa bisa memberikan gangguan berarti kepada pemain lain. Carcasonne pun masih bisa melakukan hal tersebut.

Kedua, skema pengambilan tile yang sesuai urutan membuat permainan ya berjalan begitu saja, tidak ada tantangan atau strategi yang bisa diterapkan. Mungkin kita bisa sengaja memilih tile dengan angka yang kecil agar selanjutnya bisa memilih dulua, tapi hanya sebatas itu.

Penggunaan kata “Domino” di judul board game pun terasa kurang terimplementasi ke dalam permainan, selain bentuk tile-nya yang memanjang seperti kartu domino. Angka di belakang tile pun rasanya tidak memiliki unsur domino.

Menurut Penulis, Kingdomino asyik-asyik saja untuk dimainkan bersama sepupu atau keponakan yang masih kecil. Gameplay-nya yang sederhana dan unsur puzzle yang menarik membuat board game ini cocok dimainkan bersama mereka.

SKOR: 6/10

Saat membeli Kingdomino, Penulis juga membeli satu board game lain. Ketika melakukan riset, sebenarnya Penulis merasa yakin kalau board game ini kurang cocok untuk dimainkan di circle Penulis. Namun, Penulis tetap memutuskan untuk membelinya karena kepincut dengan karya seni yang ada di dalamnya. Board game tersebut adalah Modern Art.


Lawang, 23 Juni 2024, terinspirasi setelah ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Permainan

Koleksi Board Game #18: King of the Dice

Published

on

By

Salah satu unsur dalam board game yang Penulis sukai adalah dadu. Banyak board game milik Penulis yang memiliki dadu, mulai dari Monopoly, Catan, King of New York, Wingspan, Bang! The Dice Game, Machi Koro 2, hingga Bahamas.

Alasan Penulis menyukai dadu (bukan dipakai judi seperti Yudhistira) adalah ketidakpastian yang dihadirkan sehingga permainan menjadi tidak tertebak. Mau menyusun strategi secanggih apapun, kalau lemparan dadunya jelek, ya ujung-ujungnya bakal kalah.

Oleh karena itu, ketika mengetahui ada board game bernama King of the Dice, tentu Penulis jadi tertarik dan ingin mengenalnya lebih jauh. Nah, sewaktu ke Jakarta, Penulis menemukan board game ini di Arcanum, Kuningan City, dan langsung memutuskan untuk membelinya!

Detail Board Game King of the Dice

  • Judul: King of the Dice
  • Desainer: Nils Nilsson
  • Publisher: HABA
  • Tahun Rilis: 2017
  • Jumlah Pemain: 2-5 pemain
  • Waktu Bermain: 20-30 menit
  • Rating BGG: 6,8
  • Tingkat Kesulitan: 1,08/5
  • Harga: Rp375.000

Cara Bermain King of the Dice

Komponen yang dimiliki oleh King of the Dice sebenarnya sederhana saja, yakni 65 kartu (15 kartu Village, 10 kartu Penalty, 40 kartu Citizen) dan enam dadu. Keenam dadu tersebut memiliki mata dadu 1-6 dan terbagi menjadi tiga warna, yakni biru, hijau, dan merah.

Untuk setup, jejerkan kartu Village dan Citizen dalam lima baris. Ada lima jenis kartu Village, yakni City , Mine, Workshop, Orc Village, dan Enchanted Forest. Masing-masing lokasi terdiri tiga kartu dengan angka 2-4 dan memiliki warna yang berbeda-beda.

Dadu yang ada digunakan untuk merekrut kartu Citizen yang jumlahnya cukup banyak dan caranya pun bervariasi. Ada yang harus mengumpulkan mata dadu tertentu, warna tertentu, harus berjumlah minimal/maksimal berapa, dan lain sebagainya.

Jika pemain berhasil mengumpulkan dadu sesuai requirement, maka pemain akan mendapatkan kartu Citizen tersebut, yang memiliki poin tertentu. Semakin sulit requirement sebuah kartu, semakin sulit untuk mendapatkannya.

Selain itu, jika kartu Citizen yang didapatkan memiliki warna yang sama dengan kartu Village di atasnya ketika kartu diambil, maka pemain juga akan mendapatkan kartu Village tersebut sebagai tambahan poin.

Setiap ada kartu Citizen di ambil, maka kartu-kartu Citizen lain akan bergeser dari kiri ke kanan untuk mengisi kekosongan tersebut dan satu kartu baru akan mengisi slot di sebelah kiri sendiri. Apalabila tidak ada kartu Citizen yang diambil, maka kartu paling kanan akan dibuang dan sisanya akan bergeser seperti biasa.

Dadu yang dikocok bisa di-reroll hingga maksimal tiga kali. Pemain tidak perlu me-reroll semua dadunya, cukup dadu yang diinginkan saja. Jika sampai tiga kali mengocok masih juga belum bisa mendapatkan kartu Citizen, maka pemain akan mendapatkan kartu Penalty yang memiliki poin minus.

Permainan akan berakhir jika memenuhi salah satu dari kondisi berikut: draw pile kartu Citizen habis, kartu Penalty habis, atau salah satu dari kartu Village habis. Setelah itu, pemain akan menjumlahkan poin yang berhasil dikumpulkan dan yang tertinggi akan menjadi pemenangnaya.

Setelah bermain King of the Dice

King of the Dice (YouTube)

Seperti yang sudah bisa diduga, King of the Dice merupakan tipikal board game yang bergenre push your luck. Kalau kita bukan ahli melempat dadu, tingkat kesulitan untuk mendapatkan mata dadu yang diinginkan benar-benar dipengaruhi oleh faktor hoki.

Permainan ini memiliki gameplay yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Pemain hanya perlu mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya dengan mengandalkan kocokan dadu. Apalagi, King of the Dice memiliki kotak yang relatif kecil, sehingga cocok dibawa ke tongkrongan.

Mungkin board game ini terdengar cukup membosankan dan memiliki replaybility yang cukup rendah. Kenyataannya tidak seperti itu. Selain karena faktor push your luck, King of the Dice bisa sering dimainkan karena kita tidak akan pernah tahu kartu Citizen apa yang akan keluar.

Selain itu, posisi kartu Village juga selalu berubah-ubah, sehingga setiap permainan pasti unik. Adanya kartu yang bisa memberikan nilai minus kepada lawan seperti kartu Naga juga menambah keseruan dan perseteruan antarpemain.

Bumbu-bumbu lain yang membuat King of the Dice menarik adalah adanya “ritual” yang dilakukan oleh para pemain sebelum melemparkan dadunya. Walaupun hampir tidak memberikan efek, kesan lucunya dapat banget.

Sama seperti Bahamas, yang mungkin bisa menjadi kekurangan King of the Dice justru kesederhanaan gameplay-nya. Ini adalah board game yang hanya cocok untuk pemain kasual, bukan pemain hardcore. Overall, King of the Dice cocok untuk yang suka main board game santai.

Skor: 8/10

Setelah membeli dua board game di Jakarta (Unstable Unicorns dan King of the Dice) pada bulan Januari 2023, cukup lama hingga Penulis memutuskan untuk menambah koleksinya. Pada bulan April 2023, Penulis memutuskan untuk menambah dua, di mana salah satunya memiliki unsur nama King juga, yakni Kingdomino.


Lawang, 16 Juni 2024, terinspirasi karena ingin melanjutkan seri board game ini

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan