Connect with us

Pengalaman

Pentingnya Kolaborasi Konten Terbaik ala IndiHome

Published

on

Minggu lalu, Penulis secara tiba-tiba mendapatkan undangan untuk mengikuti acara Brand Collab Champions. Secara khusus, Penulis diundang untuk mengikuti sesi Content Collab: Broadening the Pond yang diisi oleh IndiHome, penyedia layanan internet terbaik di Indonesia, dan Sarinah.

Meskipun mengikuti acara ini secara tidak disengaja, Penulis merasa kalau acara ini isinya daging semua. Penulis berhasil mendapatkan insight yang banyak dari sesi yang berlangsung selama satu jam tersebut.

Untuk itu, Penulis pun ingin membagikan apa saja poin-poin penting yang sekiranya bisa bermanfaat untuk para Pembaca sekalian, terutama tentang pentingnya kolaborasi di era modern seperti sekarang dan bagaimana kolaborasi konten terbaik bisa tercipta.

Dari Sambutan Saja Sudah Daging Isinya

Edie Kurniawan

Sesi webinar dibuka dengan sambutan dari VP Marketing Management PT Telkom Indonesia, Bapak E. Kurniawan. Dalam sambutannya, beliau mengatakan kalau IndiHome sebagai penyedia internet terbaik dan Telkom Group tidak hanya unggul dalam membuat koopetisi dengan brand lain saja seperti layanan Over the Top (OTT) saja.

Lantas, ada apa lagi? Pak Iwan, sapaan akrabnya, menekankan bahwa mereka juga memiliki fokus terhadap Community Collaboration & Ecosystem Collaboration yang dijalankan sebagai strategi bisnis brand yang berkelanjutan.

Di sepanjang webinar, ada banyak sekali fakta dan bukti konkrit mengenai pentingnya kolaborasi untuk menghadapi zaman. Apalagi, Pak Iwan kerap menggunakan contoh dari IndiHome sendiri yang sudah melakukan banyak kolaborasi dengan berbagai pihak.

Apalagi, menurut Pak Iwan Indonesia merupakan market yang sangat besar. Dari sekitar 8,9 juta pelanggan IndiHome, terdapat 183 juta device connected atau perangkat yang menyambung ke jaringan IndiHome di seluruh Indonesia. Ini juga menjadi bukti kalau IndiHome adalah penyedia internet terbaik saat ini.

Ada dua pilihan untuk menghadapi hal ini, antara mau fokus dengan diri sendiri atau menggandeng pihak lain untuk melakukan kolaborasi. Yang namanya kolaborasi, tentu harus ada mutual benefit untuk kedua pihak.

Salah satu aplikasi kolaborasi ini adalah bagaimana IndiHome menggandeng layanan OTT seperti Netflix, Disney+, Vidio, dan lain sebagainya dalam satu wadah. Untuk itu, hadirlah layanan Indihome yang menaungi semua layanan OTT tersebut dan menjadi kolaborasi konten terbaik.

Terkait Community Collaboration, Pak Iwan menyebutkan bahwa contoh paling mudah adalah dengan menjalin kolaborasi dengan Kpopers yang massanya luar biasa banyak. Dengan kolaborasi, kedua pihak (IndiHome sebagai penyedia internet terbaik dan Kpopers sebagai komunitas dengan jumlah massa banyak) akan mendapatkan banyak benefit.

Bagaimana dengan Ecosystem Collaboration? Ini sudah ditunjukkan melalui Sarinah, sebuah wajah dari mal zaman dulu yang tengah bertransformasi di era modern. Mereka menggandeng banyak mitra Gen Z untuk memanfaatkan ruang di Sarinah dan menjadikannya sebagai ekosistem bagi Gen Z dalam menuangkan kreativitas mereka.

Zaman Sekarang Jangan Capek Sendirian!

Irawati Endarwati

Satu manfaat yang paling terasa dari kolaborasi adalah untuk saling meringankan pekerjaan satu sama lain. Dengan kolaborasi konten terbaik, akan ada banyak pihak yang terlibat sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing.

Dengan banyaknya kolaborator, tentu ada banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama bagaimana kita menjaga sustainable dari kolaborasi tersebut. Ibu Irawati Endarwati, VP Group Ritel Business PT Sarinah yang juga hadir sebagai pembicara, memberikan beberapa tipsnya.

Menurutnya, semua pihak harus memahami tujuan yang ingin dicapai agar bisa lebih fokus dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Namun, perlu dicatat kalau fleksibilitas juga harus dimiliki untuk mengantisipasi hal-hal yang tak terpikirkan.

Untuk memudahkan hal tersebut, kita tentu harus menemukan partner kolaborasi yang memiliki visi misi sama. Kalau tidak, tentu nanti akan terasa berat sebelah. Dengan kata lain, harus bisa mencari partner kolaborasi yang bisa memberikan best from each other.

Pak Iwan menambahkan kalau masing-masing pihak harus mampu menjaga profesionalismenya. Jika sudah sekali saja menunjukkan hal yang sebaliknya, akan sulit bagi kita untuk bisa menemukan partner kolaborasi lagi.

Satu hal lagi yang tak kalah menantang adalah terkait menjaga inovasi dalam kolaborasi konten terbaik tersebut. Untuk itu, FOMO (Fear Out Missing Out) menjadi penting karena bisa menimbulkan rasa penasaran yang berujung dalam terciptanya inovasi.

Keterbukaan pikiran juga menjadi salah satu hal penting agar kita selalu bisa menerima ide-ide segar yang bis menjadi inspirasi. Selain itu, kita juga harus selalu buka mata terkait apa yang tengah terjadi di pasar dan menghadirkan solusi dari sebuah permasalahan yang terjadi.

Penutup

Itulah sepenggal pengalaman terkait bagaimana kolaborasi konten terbaik di era modern seperti sekarang, seperti yang sudah dilakukan oleh IndiHome sebagai penyedia internet terbaik dan Sarinah secara nyata.

Penulis sendiri merasa terkejut dan tidak menyangka akan mendapatkan ilmu sedemikian banyak. Penulis jadi merasa beruntung karena “kejatuhan durian runtuh” dan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti webinar yang isinya daging semua ini.


Malang, 19 September 2022, terinspirasi setelah mengikuti webinar Brand Collab Champions

Advertisement
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Pengalaman

Ini Pengalaman Saya Menonton Video Klip “The Catalyst”

Published

on

By

Sensasi menantikan sebuah album musik akan rilis sudah lama tidak Penulis rasakan. Terakhir kali itu terjadi adalah tujuh tahun yang lalu, ketika album One More Light mengumumkan akan rilis pada 19 Mei 2017.

Setelah itu, meskipun musisi lain akan mengumumkan akan merilis album (katakanlah, One Ok Rock), Penulis tidak akan terlalu antusias menunggunya. Ketika rilis memang langsung mendengarkan, tapi tak memberikan sensasi yang sama dengan Linkin Park.

Nah, pada tanggal 15 November mendatang, Linkin Park dengan formasi baru akan merilis album pertamanya yang berjudul From Zero. Sensasi ini pun datang lagi dan membuat Penulis merasa tidak sabar ingin segera mendengarkan semua lagu dalam albumnya.

Jelang rilisnya album tersebut, Linkin Park secara bertahap telah merilis tiga single di waktu yang berbeda: “The Emptiness Machine”, “Heavy Is The Crown”, dan “Over Each Other”. Penulis berharap lagu-lagu lainnya di album ini akan mirip dengan dua single pertama.

Berbicara tentang sensasi menunggu tanggal rilis album Linkin Park, Penulis mau tidak mau jadi teringat bagaimana dulu dirinya menantikan single pertama dari album A Thousand Suns, “The Catalyst”. Itulah yang ingin Penulis bagikan pada tulisan kali ini.

Menonton Video Klip “The Catalyst” dari Televisi

Ketika Penulis menjadi penggemar Linkin Park saat SMP, band ini telah memiliki tiga album: Hybrid Theory, Meteora, dan Minutes to Midnight. Oleh karena itu, begitu mengetahui Linkin Park akan merilis album baru pada tanggal 13 September 2010, Penulis begitu bersemangat.

Waktu itu, internet belum semudah sekarang. Minimal, kita harus pergi ke warnet untuk bisa terkoneksi dengan internet, termasuk YouTube. Bahkan, untuk berita terbaru seputar musik, Penulis masih mengandalkan televisi.

Nah, melalui acara Breakout di NET TV yang dipandu oleh Boy William, Penulis jadi mengetahui kalau Linkin Park akan merilis single terbaru mereka berjudul “The Catalyst” dan mereka akan menayangkan video klipnya secara perdana.

Penulis masih ingat betul acara tersebut mulai jam tiga sore. Boy bercerita sedikit tentang perjalanan Linkin Park sebagai band sebagai selingan video-video klip lama Linkin Park. Barulah menjelang akhir acara, video klip “The Catalyst” ditayangkan.

Kesan pertama ketika menonton video klip, keren, baik dari sisi lagu maupun sinematografinya. Memang lagu ini sekarang tidak lagi masuk tier atas bagi Penulis, tapi pada waktu itu, Penulis sangat menyukainya.

Penulis juga ingat ketika itu langsung mengirim SMS ke sohibnya yang juga menonton acara tersebut, dan ia mengatakan sentuhan dari Mr. Han sebagai sutradaralah yang membuat video klip “The Catalyst” menjadi begitu keren.

Bagaimana Pengalaman Tersebut akan Sulit Terulang

Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman menantikan album atau lagu dari musisi favoritnya masih bisa dirasakan sekarang. Namun, pengalaman menonton video klip dari single terbaru di televisi rasanya tidak akan pernah dirasakan lagi.

Dengan adanya platform YouTube dan media sosial, semua bisa menontonnya tanpa kesulitan di detik ketika video klipnya rilis. Tak perlu lagi mendengarkan Boy William menjelaskan perjalanan musisi yang sedang merilis single terbaru.

Bahkan, kita tak perlu takut lagi ketinggalan karena kita bisa mengaktifkan notifikasi apabila video klip tersebut telah rilis. Apalagi, di YouTube biasanya para musisi akan memasang countdown untuk meningkatkan hype.

Sensasi ini rasanya tidak akan pernah terjadi di era instan seperti sekarang. Lantas, apakah hal tersebut buruk? Penulis tidak tahu. Namun, karena pernah mengalami era yang tidak serba instan, Penulis jadi belajar tentang kesabaran dan menikmati proses.

Semoga generasi kini bisa mempelajari itu di era yang serba instan seperti sekarang


Lawang, 31 Oktober 2024, terinspirasi setelah teringat bagaimana dulu dirinya menonton video klip “The Catalyst”

Foto Featured Image:

Continue Reading

Pengalaman

Juni 2024 adalah Bulan Pertama Saya Menulis Tiap Hari Tanpa Putus

Published

on

By

Dalam tulisan “Ini adalah Tulisan Whathefan yang ke-1000,” Penulis telah berbagi bagaimana dirinya belakangan ini telah berusaha untuk menjaga konsistensi untuk bisa menulis satu tulisan setiap hari.

Pada tulisan yang tayang di tanggal 13 Juni 2024 tersebut, Penulis mengatakan bahwa dirinya telah menulis setiap hari tanpa putus sebanyak 19 hari. Alhamdulillah, rentetan tersebut bisa bertahan hingga hari dengan total 37 hari tanpa putus.

Lebih menariknya lagi, bulan Juni 2024 adalah pertama kalinya Penuils menulis setiap hari tanpa putus. Bulan Januari 2018 saat blog ini dimulai memang memiliki lebih dari 40 tulisan, tapi itu tak terhitung karena waktu itu Penulis memang punya beberapa stok tulisan.

Apa Saja yang Ditulis Selama Juni 2024?

Bulan Juni memiliki 30 hari, sehingga jumlah tulisan yang diproduksi pun 30 tulisan. Dalam sebulan, ada banyak tulisan yang Penulis buat dari berbagai topik. Yang jelas, biasanya di weekend Penulis akan membuat ulasan tentang buku yang telah dibaca dan melanjutkan seri board game-nya.

Selama bulan Juni, Penulis membuat ulasan lima buku, yakni A Happy Life, The Devotion of Mr. X, Contagious, Ali Sadikin, dan Hoegeng. Judul pertama dan ketiga sebenarnya sudah cukup lama Penulis baca, sehingga isinya sudah agak lupa. Kalau dua buku biografi yang ditamatkan tergolong baru.

Namun, yang paling spesial tentu novel The Devotion of Mr. X karya Keigo Hirashino. Dalam tulisan tersebut, Penulis telah membahas bagaimana novel detektif yang satu ini bisa menggiring pembacanya kepada satu kesimpulan, sebelum akhirnya di balik di akhir cerita. Novel ini sangat rekomendasi kalau suka cerita detektif.

Selain itu, Penulis juga melanjutkan board game-nya dari koleksi ke-16 hingga ke-19, yakni Bahamas, Unstable Unicorns, King of the Dice, dan Kingdomino. Seharusnya hari Minggu (30/6) kemarin giliran Modern Arts, tapi Penulis undur karena adanya kemenangan George Russel di GP Austria yang menarik.

Berbicara topik olahraga, Penulis hanya menulis dua artikel sepak bola dan tidak ada yang membahas Manchester United. Maklum, liga Eropa sedang masa rehat, dan Penulis juga entah mengapa tidak tertarik untuk mengikuti EURO 2024. Hingga hari ini, Penulis belum menonton satu pertandingan pun.

Penulis juga menulis dua artikel untuk rubrik Musik yang membahas dua grup dari genre yang berbeda, yakni Red Velvet dan Linkin Park. Penulis mencoba membuat format tier list melalui Linkin Park dan ternyata cukup menyenangkan. Mungkin, akan ada band atau musisi lain yang akan Penulis buatkan format tier list-nya.

Topik lain yang sering Penulis bahas adalah tentang Dragon Ball. Ada tiga tulisan di bulan Juni yang membahasnya, pertama tentang Future Trunks, Vegeta, dan alasan mengapa Penulis memutuskan untuk mengoleksi seri komik Dragon Ball Super. Sebenarnya, tulisan ketiga adalah alasan mengapa Penulis jadi sering menulis tentang Dragon Ball.

Penulis juga beberapa kali berbagi artikel produktivitas karena bisa menulis artikel setiap hari. Ada tiga artikel yang terkait dengan hal ini, yakni tentang Penulis yang memanfaatkan Notion dan dua artikel tentang membaca buku.

Topik-topik yang sedang panas juga Penulis bahas jika memang ada angle yang menarik, mulai dari isu dinasti politik yang memanas, bagi-bagi kursi di pemerintahan, pemain judi online yang diwacanakan mendapatkan bansos, hingga bocornya Pusat Data Nasional (PDN).

Selain yang sudah Penulis sebutkan di atas, Penulis membahas hal-hal yang sifatnya evergreen, yang biasanya Penulis gunakan sebagai pengingat untuk dirinya sendiri ketika di masa depan nanti sedang iseng-iseng membaca tulisannya sendiri.

Semoga Bukan Bulan Terakhir Bisa Menulis Tanpa Putus

Penulis tentu berharap kalau bulan Juni bukan bulan pertama dan terakhir di mana Penulis bisa menulis setiap hari di blog ini tanpa putus. Penulis berharap bisa menjaga konsistensi ini di bulan-bulan selanjutnya, karena Penulis juga pernah membahas betapa pentingnya untuk menjaga “rantai kebiasaan” jangan sampai putus.

Sejujurnya, Penulis sendiri heran mengapa dirinya yang dulu sangat mager untuk menulis bisa menjadi kembali termotivasi untuk terus menghasilkan tulisan di blog ini. Keberadaan Notion memang membantu, tapi bukan jadi motivasi utama.

Bisa jadi, salah satu yang menjadi motivasi Penulis untuk bisa rajin menulis adalah adanya apresiasi dari banyak pihak. Mungkin jumlahnya bisa dihitung dengan jari, tapi itu sudah cukup bagi Penulis. Penulis benar-benar berterima kasih kepada Pembaca yang sudah mengapresiasi blog ini.


Lawang, 1 Juli 2024, terinspirasi setelah menyadari kalau bulan Juni kemarin dirinya berhasil menulis selama 30 hari tanpa putus

Continue Reading

Pengalaman

Ini adalah Tulisan Whathefan yang ke-1000

Published

on

By

Sejak Whathefan dibuat pada tanggal 2 Januari 2018, akhirnya sampai juga pada tulisan ke-1000. Butuh waktu kurang lebih 6,5 tahun untuk bisa mencapai milestone ini, atau jika dirinci setara dengan 2.354 hari.

Ketika awal membuat blog ini, target Penulis adalah memproduksi setidaknya 5 tulisan setiap minggunya, yang lantas Penulis tingkatkan menjadi 1 tulisan per hari. Namun, pada kenyataannya Penulis banyak bolongnya karena berbagai alasan, tapi yang paling utama tentu saja rasa malas.

Melihat jumlah hari yang telah blog ini lewati, artinya rata-rata Penulis membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari sekali untuk membuat artikel baru, atau jika mau dirinci lagi menjadi setiap 56,5 jam sekali. Apakah itu termasuk cukup produktif untuk seorang penulis, Penulis tidak tahu.

Apapun itu, Penulis tetap berusaha bangga dengan dirinya sendiri karena bisa memproduksi hingga 1.000 artikel. Tentu Penulis tidak akan berhenti menulis di sini dan semoga saja tulisan ke-2000 tidak membutuhkan waktu 6,5 tahun.

Jika Penulis bisa konsisten menulis seperti belakangan ini (sampai artikel ini, Penulis sudah streak sepanjang 19 hari), maka artikel ke-2000 akan tercapai pada tanggal 10 Maret 2027. Permasalahan utama Penulis untuk hal tersebut adalah masalah konsistensi.

Berusaha untuk Bisa Menulis Konsisten Setiap Hari

Dalam tabel distribusi per bulan di atas, bisa dilihat kalau jumlahnya naik turun secara signifikan. Bahkan, total dalam tahun pun trennya menurun terus. Membuat 100 artikel dalam satu tahun pun tak sanggup dalam dua tahun terakhir.

Karena hal tersebut, Penulis bisa dibilang sebagai penulis yang kurang konsisten. Ada saat-saat di mana Penulis seolah kehilangan semangat dan gairah untuk menulis terutama beberapa bulan ke belakang ini, yang sejatinya merupakan hobinya.

Bayangkan saja, jumlah artikel yang Penulis produksi dalam 19 hari terakhir lebih banyak dibandingkan periode November 2023 hingga Februari 2024 (empat bulan), di mana di periode tersebut Penulis hanya berhasil membuat 8 tulisan saja.

Pernah ada dalam satu bulan, Penulis hanya bisa menulis 2-3 artikel (seperti di awal tahun ini), bahkan sempat tidak menulis sama sekali (terjadi dua kali pada bulan Oktober 2020 dan Desember 2023).

Ketika direnungkan, tentu ada faktor-faktor lain yang membuat Penulis jadi tidak bersemangat menulis untuk blog ini. Namun, faktor utamanya tetap saja rasa malas dan kalah dari keinginan bermalas-malasan di atas kasur sambil main ponsel.

Menyadari hal ini, Penulis pun berusaha untuk mencari solusi bagaimana agar dirinya bisa tetap konsisten menulis. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan Notion yang telah Penulis bahas secara terpisah sebelumnya, yang terbukti sangat membantu Penulis.

Jika dikatakan terkadang ada buntu saat menulis, memang benar. Namun, ide terkadang memang harus dikejar, bukan ditunggu. Seringnya sepanjang pengalaman Penulis, selama dirinya berada di depan layar dan mulai mengetik, nanti jari-jari ini akan mengalir dengan sendirinya.

Apa Saja yang Telah Ditulis di Whathefan

Sesuai dengan tagline-nya, Penulis benar-benar menulis apapun yang sedang terpikirkan dan diinginkan. Apa yang Penulis suka, akan Penulis tulis. Alhasil, jumlah rubrik dari blog ini pun terus bertambah menyesuaikan dengan apa yang ingin Penulis tulis.

Penulis tak punya catatan pasti tentang “sejarah rubrik” di blog ini, tapi yang jelas dua rubrik terbaru di blog ini adalah Permainan dan Olahraga. Permainan Penulis buat karena sedang menekuni hobi baru di dunia board game, sedangkan olahrga karena Penulis merupakan penggemar sepak bola dan Formula 1.

Beberapa rubrik lain yang bukan rubrik “orisinal” adalah Musik, Produktivitas (yang merupakan sempalan dari Pengembangan Diri), dan Tentang Rasa. Buku pun dulu tidak Penulis pisah antara Fiksi dan Non-Fiksi.

Selama 6,5 tahun, tentu ada rubrik atau kategori yang paling sering Penulis isi. Yang paling banyak adalah kategori Buku (Fiksi dan Non-Fiksi) dengan 94 tulisan, disusul Film & Serial (86), Sosial Budaya (83), dan Pengembangan Diri (82).

Selain itu, Penulis juga berencana untuk menghilangkan kategori Karang Taruna karena sudah tidak pernah diisi lagi, mengingat Penulis sudah pensiun. Kemungkinan, Penulis akan menggabungkannya dengan rubrik Pengalaman saja.

Selain itu, selama beberapa tahun terakhir Penulis tidak pernah membuat karya sastra satu pun, baik itu novel, cerpen, maupun sajak. Entah mengapa Penulis menjadi seperti miskin imajinasi. Mungkin faktor usia membuat Penulis menjadi pribadi yang semakin realistis.

Apakah ke depannya Penulis akan menambah kategori baru? Bisa saja, jika ada hal baru yang ingin Penulis tulis. Mungkin Penulis akan banyak menulis tentang game, walau rasanya topik tersebut bisa dimasukkan ke dalam kategori Permainan.

Whathefan adalah Blog Gado-Gado yang Belum Profit

Banyak yang bilang blog yang baik adalah yang memiliki niche tertentu. Nah, kalau Whathefan kan beda karena gado-gado. Seninnya bisa membahas tentang politik, Selasanya nulis K-Pop, terus Rabunya nulis sepak bola. Benar-benar semau gue.

Sejak awal Penulis memang tidak menjadikan blog ini sebagai sumber pemasukan. Memang Penulis memasang AdSense, tapi tidak pernah dikelola dengan benar sehingga sampai hari ini pun uang AdSense-nya belum bisa dicairkan karena jumlahnya kecil sekali.

Padahal dalam setahun, biaya yang harus Penulis keluarkan untuk blog (biaya domain dan hosting) ini mencapai sekitar Rp900 ribu. Karena blog ini telah berusia 6 tahun, maka kurang lebih Penulis sudah mengeluarkan sekitar Rp5,4 juta.

Namun, Penulis sama sekali tidak pernah merasa rugi karena bagi Penulis hal tersebut merupakan sebuah investasi. Tanpa berniat sombong, salah satu faktor Penulis diterima di dua tempat kerja adalah karena kehadiran blog ini yang menjadi semacam portofolio Penulis.

Oleh karena itu, sebisa mungkin Penulis akan mempertahankan blog ini selama mungkin, bahkan kalau bisa sampai Penulis tidak mampu lagi menulis. Meskipun sering terhalang masalah inkonsistensi, Penulis akan terus berusaha untuk bisa menghasilkan tulisan di blog ini.


Lawang, 13 Juni 2024, terinspirasi setelah mencapai milestone 1.000 artikel di blog ini

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan