Olahraga
Liga Malam Jumat Rasa Liga Champion

Setelah pekan kelima Liga Champion minggu ini, sejumlah tim mulai mengunci tiketnya masing-masing. Ada tiket untuk lolos ke babak 16 besar, ada juga tiket untuk “terjun” ke Liga Eropa alias Liga Malam Jumat.
Menariknya, di edisi kali ini ada banyak tim besar yang turun kasta karena hanya bisa menempati peringkat ketiga di klasemen dan sudah tidak mungkin lagi mengejar tim di peringkat kedua dengan hanya satu pertandingan tersisa.
Pada tulisan kali ini, Penulis ingin sedikit tertawa bercerita ulang mengenai pertandingan-pertandingan yang menurunkan beberapa tim kuat ke Liga Malam Jumat dan bagaimana peluang mereka survive di turnamen ini.
Kekalahan-Kekalahan Tim Besar di Liga Champion
Selain Barcelona yang turun kasta selama dua musim berturut-turut, ada beberapa nama tim besar lain yang juga akan turut meramaikan Liga Malam Jumat. Mereka adalah Atletico Madrid, Sevilla, dan Juventus. Mari kita bahas satu per satu.
Barcelona

Pertama, pffft, Barcelona HAHAHAHAHAHA. Mungkin karena pernah menjadi fans Real Madrid sebelum mereka membuang Iker Casillas, Penulis termasuk orang yang tidak suka dengan tim kesayangan decul ini.
Bergabung di grup neraka bersama Bayern Munich, Inter Milan, dan Viktoria Plzen, Barcelona sebenarnya lebih diunggulkan daripada Inter. Ternyata, prediksi tersebut salah karena Inter nyatanya mampu mengungguli Barcelona.
Pada pertemuan dengan Inter, mereka kalah 0-2. Lantas, Barcelona hanya mampu bermain imbang 3-3 di pertandingan kedua. Praktis, hanya melawan Viktoria Plzen lah mereka mampu meraih kemenangan. Ya iya, itu tim dari mana saja banyak yang tidak tahu!
Tampaknya Bayern Munich memang benar-benar menjadi nemesis bagi Barcelona, terutama semenjak mereka berhasil menang dengan skor telak 8-2. Pada Liga Champion musim ini, Bayern berhasil menang atas Barcelona dengan agregat 5-0.
Robert Lewandowski yang tampil begitu gahar musim ini bersama Barca seolah tidak bisa berbuat apa-apa melawan mantan klubnya. Apakah karena pertahanan Bayern begitu solid menjaganya, atau karena Lewy sendiri yang sebenarnya masih “sayang” dengan mantannya?
Sebagai informasi, Barcelona belum pernah juara Liga Malam Jumat. Rival abadinya Real Madrid saja pernah juara dua kali di tahun 80-an. Apakah mungkin mereka dua musim berturut-turun turun ke turnamen ini agar bisa mengejar rekor rivalnya tersebut?
Atletico Madrid

Mungkin pertandingan terakhir Atletico Madrid kala melawan Bayer Leverkusen kemarin menjadi pertandingan paling dramatis di antara pertandingan grup di Liga Champion musim ini.
Membutuhkan kemenangan untuk menjaga asa agar bisa lolos ke 16 besar, Atletico hanya mampu bermain imbang 2-2. Dengan hasil ini, sudah dipastikan bahwa tim yang akan lolos dari Grup B adalah Club Brugge dan Porto.
Drama di pertandingan Atletico vs Leverkusen terjadi ketika peluit panjang telah berbunyi. Bagaimana tidak, sang wasit tiba-tiba mengecek VAR karena ada indikasi telah terjadi handsball di dalam kotak penalti.
Benar saja, meskipun peluit sudah ditiup, wasit tetap menunjuk titik putih dan memberikan penalti ke Atletico. Dieksekusi oleh Yannick Carrasco, bola tendangannya berhasil ditangkis oleh kiper Leverkusen, Lukáš Hrádecký.
Bola rebound sempat disundul oleh pemain Atletico, tetapi hanya mengenai mistar gawang. Bola rebound kedua ditendang oleh pemain Atletico lainnya, tapi lagi-lagi gagal dan Atletico pun harus terima akan bermain di Liga Malam Jumat.
Juventus

Satu lagi tim yang kurang Penulis sukai juga ikut turun ke Liga Malam Jumat, Juventus. Berada di Grup H bersama PSG, Benfica, dan Maccabi Haifa, Juve benar-benar terlihat kewalahan dan hanya bisa meraih satu kemenangan. Itu pun ketika melawan Maccabi Haifa.
Bahkan, Juve pun pada minggu sebelumnya juga dikalahkan oleh Maccabi Haifa. Jadi, kalau sampai PSG menang lawan Juventus dan Maccabi Haifa menang lawan Benfica di Minggu keenam, Juve terancam akan jadi juru kunci dan tidak akan lolos ke Liga Malam Jumat!
Kondisi serupa sebenarnya juga terjadi di Grup B, karena Atletico dan Leverkusen hanya memiliki selisih satu poin saja. Jika Atletico kalah melawan Porto dan Leverkusen menang lawan Brugge, maka yang lolos ke Liga Malam Jumat adalah Leverkusen.
Hanya saja, Penulis masih bisa memaklumi karena Grup B memang diisi oleh tim yang kekuatannya setara, sehingga persaingannya cukup ketat. Lha ini, Juve kesulitan lawan Maccabi Haifa yang daftar pemainnya tidak ada satu pun yang Penulis tahu.
Juventus memang terlihat mulai kehilangan kekuatannya semenjadi ditinggal Cristiano Ronaldo. Awal musim ini, mereka juga ditinggal Matthijs de Ligt ke Muenchen, sehingga pertahanan mereka terlihat lebih rapuh.
Sevilla

Satu tim besar lagi yang telah memastikan turun ke Liga Malam Jumat adalah Sevilla, karena poin mereka sudah tidak mungkin lagi bisa mengejar Manchester City dan Borussia Dortmund di Grup A.
Hanya saja, Penulis curiga kalau Sevilla memang sengaja untuk turun ke Liga Malam Jumat karena tahu peluang untuk juara di sana lebih besar dibandingkan jika mereka lolos ke 16 besar Liga Champion. Apalagi, mereka terkenal sangat jago di turnamen ini.
Bayangkan saja, Sevilla telah berhasil menjadi juara turnamen ini sebanyak enam kali, terbanyak jika dibandingkan tim-tim lain. Menariknya, mereka berhasil meraihnya dalam kurun waktu 17 tahun saja, yakni pada tahun 2006, 2007, 2014, 2015, 2016, dan 2020.
Namun, perlu diingat kalau edisi kali ini perjuangan Sevilla untuk bisa juara Liga Malam Jumat akan menemui jalan yang cukup terjal. Lihat saja nama-nama tim di atas yang pastinya akan berusaha keras untuk juara agar tidak merasa malu-malu amat.
Tim Besar Turun, Pamor Turnamen Naik

Masih ada tim besar lain yang dipastikan akan bergabung Liga Malam Jumat, seperti Ajax Amsterdam. Nama-nama tim besar yang bisa ikut berpartisipasi bisa saja bertambah setelah matchday ke-6 yang akan dilaksanakan pada minggu depan.
Dari Grup D, keempat penghuni yakni Tottenham Hostpur, Sporting CP, Eintracht Frankfurt, dan Marseille memiliki selisih poin yang sangat tipis. Keempatnya masih sama-sama berpeluang untuk lolos ke 16 besar sekaligus turun ke Liga Malam Jumat.
Bagi penggemar klub-klub yang turun tersebut, tentu ini menjadi sebuah bencana. Namun, bagi pihak penyelenggara dan penggemar tim yang dari awal telah bermain di Liga Malam Jumat, ini adalah sebuah rezeki nomplok.
Dari sisi penyelenggara, bergabungnya tim-tim besar jelas akan membuat pamor Liga Malam Jumat, yang sering dipandang sebagai turnamen kelas dua, menjadi naik. Akan ada banyak pasang mata yang akan memperhatikan turnamen ini daripada musim-musim sebelumnya.
Dari sisi penggemar tim yang telah bermain di Liga Malam Jumat, tentu mereka berharap akan menyaksikan banyak pertandingan seru melawan tim besar. Apalagi, jika salah satu tim besar tersebut bertemu dengan tim kecil, itu akan menjadi sebuah kebanggaan untuk mereka.
Menurut Penulis pribadi, Liga Malam Jumat musim ini terasa seperti Liga Champion mini dengan hadirnya tim-tim besar tersebut. Apalagi, ada MU dan Arsenal yang telah berlaga di turnamen ini sejak awal.
Penulis jadi bersemangat untuk mengikuti Liga Malam Jumat sampai akhir ini. Penulis tidak terlalu berharap MU juara. Penulis hanya berharap kalau tim-tim besar lainnya juga tidak juara supaya temannya di gua makin banyak. Sudah, biar Sevilla saja yang jadi juara.
Lawang, 30 Oktober 2022, terinspirasi setelah melihatnya banyak tim besar yang kalah di Liga Champion
Olahraga
Tergelincirnya Para Rookie F1 di Balapan Debut Mereka

Formula 1 (F1) akhirnya mulai kembali, di mana Australia menjadi venue pertama seperti yang sudah sering terjadi. Menariknya, entah ingatan Penulis yang salah atau gimana, balapan di Australia tahun ini terjadi lebih awal, yakni pukul 11:00 WIB.
Musim 2025 ini memang sering dianggap “nanggung” karena ini adalah musim terakhir sebelum peralihan ke musim 2026 dengan regulasi baru. Namun, dari balapan pertama ini, rasanya musim ini cukup seru untuk dinikmati.
Di tengah guyuran hujan yang labil (bahkan sinar matahari sempat terlihat di tengah-tengah hujan), Lando Norris berhasil meraih kemenangan kelima sepanjang kariernya. Kemenangan ini terasa istimewa, mengingat banyaknya “drama” yang terjadi sepanjang balapan.
Beda Nasib Para Rookie di Balapan Debut

Salah satu hal yang membuat musim 2025 terasa seru adalah banyaknya kehadiran para rookie baru. Meskipun beberapa sudah pernah mencicipi kursi F1, baru di musim inilah mereka hadir dengan status pembalap utama untuk satu musim penuh.
Daftar para pembalap rookie musim ini adalah:
- Andrea Kimi Antonelli – Mercedes
- Jack Doohan – Alpine
- Isack Hadjar – Racing Bulls
- Liam Lawson – Red Bull
- Gabriel Bortoleto – Sauber
- Oliver Bearman – Haas
Dari nama-nama di atas, ada beberapa nama yang tidak asing seperti Lawson yang menggantikan Daniel Ricciardo di tengah musim 2024 dan Bearman yang sempat menggantikan Carlos Sainz di Ferrari ketika ia harus menjalani operasi usus buntu.
Lantas, bagaimana debut para pembalap rookie di atas? Sayangnya berjalan kurang baik karena mayoritas dari mereka gagal finis! Sirkuit yang basah tampaknya memang menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.
Dimulai dari Hadjar yang harus selip ketika Formation Lap. Iya, bahkan ketika balapan belum mulai, ia sudah harus tersingkir dari balapan! Hal tersebut tampaknya sangat melukainya, karena beberapa kali ia tertangkap kamera sedang menangis setelah insiden tersebut.
Ketika balapan akhirnya diulangi, di lap pertama Doohan juga menyusul! Menariknya, ketika Safety Car keluar, Sainz yang kini membela William juga terpelintir. Ini menunjukkan bahwa pembalap senior pun kesulitan untuk balapan di Albert Park siang tadi.
Menjelang balapan, ada dua nama yang menyusul, yakni Bortoleto dan Lawson, yang sama-sama tergelincir. Artinya, hanya ada dua nama rookie yang berhasil finis, yakni Bearman dan Antonelli. Bearman pun hanya bisa finis di peringkat terakhir (14).
Untuk kasus Antonelli bisa dibilang sedikit unik. Ia menjalani kualifikasi yang tidak begitu baik, sehingga harus tercecer di peringkat 16. Walaupun ia berhasil naik perlahan, tapi ia terlihat kesulitan untuk bisa sekadar menembus 10 besar.
Nah, entah bagaimana, ketika terjadi chaos yang mengakibatkan keluarnya Safety Car untuk ketiga kalinya, si Antonelli ini tiba-tiba bisa merangkak naik ke peringkat empat! Sempat terkena penalti lima detik, pada akhirnya penalti tersebut dicabut oleh FIA.
Tentu mendapatkan 12 poin di debut merupakan prestasi yang bisa dibanggakan oleh Antonelli, apalagi jika melihat para rekan sejawatnya yang banyak tergelincir. Namun, ini masih balapan pertama, jadi rasanya kita belum bisa nge-judge mereka.
Performa Super dari Lando Norris

Selain membicarakan para rookie, yang tak kalah seru adalah balapan itu sendiri. Apresiasi harus diberikan kepada Lando Norris yang, walau mengaku sering melakukan kesalahan, berhasil mempertahankan posisinya hingga akhir balapan.
Selama ini, Norris kerap dicap kurang tenang dan tak bisa menghadapi tekanan. Apalagi di cuaca hujan seperti tadi siang, tentu kita ingat bagaimana “tragisnya” ia ketika menolak untuk masuk pit dan akibatnya mobilnya tergelincir keluar arena.
Namun, ia berhasil membuktikan bahwa ia telah berkembang dan menjadi lebih dewasa. Performanya patut diacungi jempol, apalagi jika melihat rekan setimnya Oscar Piastri yang juga sempat terpeleset walaupun berhasil kembali dan finis di peringkat ke-9.
Sejujurnya, Penulis menjagokan Piastri untuk menang di balapan kali ini. Apalagi, ini adalah balapan kandangnya, sehingga kemenangan di sana pasti akan menjadi kado manis untuk para penggemar F1 di sana. Tak apa, masih ada musim depan, mengingat kontraknya di McLaren juga baru diperpanjang.
Hilangnya Dominasi Red Bull

Nah, di belakang Norris ada Max Verstappen sang juara bertahan. Sejak pra-musim, kita sudah mendapatkan feeling kalau ia dan Red Bull tak akan segahar musim-musim sebelumnya. Namun, yang namanya Verstappen, meskipun mobilnya bobrok sekalipun masih bisa minimal podium.
Kebobrokan mobil Red Bull bisa dilihat dari performa Lawson, yang di babak kualifikasi hanya bisa berhasil mendapatkan posisi ke-18. Bahkan, banyak jokes yang beredar kalau Lawson hanya second account dari Sergio Perez! Namun, ini kan baru balapan pertama.
Banyak yang menuding kalau ini terjadi karena sejak dulu, Red Bull terlalu Verstappen-sentris. Jadi, kecuali Red Bull menemukan pembalap yang memiliki gaya balap seperti Verstappen, maka hasilnya akan selalu njomplang seperti ini.
Memang, Verstappen adalah salah satu talenta terbaik yang pernah ada di F1. Tak ada yang meragukan kemampuannya, sehingga keputusan Red Bull untuk menganakemaskannya bisa dimaklumi. Namun, jika Red Bull ingin juara konstruktor, mereka butuh dua pembalap yang mampu konsisten menyumbang poin.
Ferrari yang Masih Lawak

Selain banyaknya rookie, salah satu yang membuat musim 2025 menjadi menarik adalah kehadiran Sir Lewis Hamilton yang berpindah tim ke Ferrari. Tentu banyak fans Ferrari dan Hamilton yang ingin melihat mereka menjadi juara musim ini.
Namun, kenyataannya ternyata tak seindah harapan. Di balapan pertamanya saja, mereka kembali melawak. Yang paling lucu tentu saja interaksi antara Charles Leclerc dan timnya di radio, ketika ia mengeluhkan adanya genangan air di dalam cockpit-nya.
Untuk memahami konteksnya, bisa dilihat di bawah ini:
- Charles Leclerc: “Ini ada bocor nggak, ya?”
- Engineer: “Bocor apaan?”
- Charles: “Lah, kokpit gue penuh air, bro!”
- Engineer: “Hmm… mungkin aja air.”
- Charles: “Mantap. Tambahin deh yang ini ke daftar kata-kata bijak.”
Kita bisa merasakan bagaimana sarkasme dilontarkan oleh Leclerc kepada timnya. Mengingat ia sudah cukup lama bersama Ferrari, tampaknya kesabarannya sudah benar-benar terlatih untk menghadapi hal lucu yang dilakukan oleh timnya.
Hamilton pun menjalani debutnya bersama Ferrari dengan kurang baik. Ia stuck di barisan tengah dan beberapa kali menyampaikan keluhan terhadap mobilnya. Bahkan di akhir balapan, ia disalip oleh Piastri dan harus puas finis di peringkat ke-10.
Mari Kita Komentari Juga yang Lain

Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas. Pertama, Mercedes yang berpotensi untuk menjadi kuda hitam di musim ini. Selain debut Antonelli yang cemerlang, performa George Russel sepanjang balapan juga konsisten sehingga bisa meraih podium.
Sainz harus menjalani debut yang buruk bersama tim barunya setelah ia harus mengakhiri balapan lebih cepat. Untungnya, Alexander Albon berhasil meraih poin krusial dengan finis di peringkat ke-5.
Nasib sial harus diterima oleh Yuki Tsunoda dari Racing Bulls. Setelah berhasil menjaga posisinya di peringkat 5-6, ia harus mengakhiri balapan tanpa poin setelah chaos yang terjadi menjelang akhir balapan.
Selain itu, Nico Hulkenberg dari Kick Sauber juga perlu diapresiasi karena dengan menggunakan mobil yang katanya paling buruk di sirkuit, ia berhasil meraih 6 poin setelah finis di posisi ke-7.
***
Dengan hasil ini, untuk sementara McLaren berada di peringkat pertama dengan 27 poin. Mercedes berada di bawahnya dengan poin yang sama, disusul oleh Red Bull, William, Aston Martin, Kick Sauber, Ferrari, Alpine, Racing Bulls, dan Haas.
Minggu depan, balapan akan berlangsung di China jam 2 siang. Tentu menarik untuk melihat persaingan para rookie dan pembalap lainnya. Musim 2025 masih panjang, dan tampaknya tidak akan menjadi musim yang membosankan.
Lawang, 16 Maret 2025, terinspirasi setelah menonton GP Australia tadi siang
Foto Featured Image: PlanetF1
Olahraga
Saya Memutuskan Puasa Nonton MU di Bulan Puasa

Tak lagi menjadi korban bully, kini penggemar Manchester United (MU) sudah ditahap dikasihani oleh penggemar tim lain. Tanpa dihujat pun, tim ini memang terlihat sedang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Terbaru, MU tersingkir dari kompetisi FA Cup setelah kalah adu penalti melawan Fulham. Tentu ini menambah derita tim yang sedang terseok-seok di liga, di mana mereka sedang berjuang keras untuk menghindari zona degradasi.
Iya, Pembaca tidak salah baca: MU sedang berjuang agar tidak terdegradasi. Saat tulisan ini dibuat, MU masih tertahan di peringkat 14 dengan 33 poin. Memang saat ini masih berjarak 16 poin dari Ipswich Town di peringkat 18, tapi kekhawatiran itu benar-benar ada.
Performa Hancur Lebur, Degradasi Mengintai

Di akhir tahun, MU terlihat menjanjikan saat berhasil menang atas rival sekota, Manchester City, dengan skor 2-1. Dari sana muncul optimisme, yang dengan segera dihancurkan oleh para pemain MU sendiri.
Di tiga pertandingan selanjutnya, MU takhluk dari semua lawannya, mulai dari Bournemouth (0-3), Wolverhampton (0-2), hingga Newcastle (0-2). Bisa dilihat, bagaimana MU seolah lupa cara mencetak gol ke gawang lawan.
Sempat berhasil menahan imbang calon juara Premier League musim ini dan menang 3-1 atas Southampton, MU kembali kalah saat berjumpa dengan Brighton & Hove Albion (1-3). Setelah itu MU kembali kalah saat berjumpa dengan Crystal Palace (1-2) dan Tottenham (0-1).
Di sela-sela rentetan kekalahan tersebut, MU hanya berhasil menang saat berjumpa dengan Fulham, bahkan nyaris kalah saat menang melawan Ipswich Town (3-2) dan imbang melawan Everton (2-2).
Statistik menunjukkan bahwa MU tidak pernah bisa meraih kemenangan secara beruntun! Selain itu, paling lama MU unbeaten hanya empat laga. Sebagai perbandingan, Liverpool telah unbeaten tanpa putus hingga 24 laga yang masih berlanjut hingga sekarang!
Dengan telah tersingkirnya MU di FA Cup, maka harapan gelar MU yang tersisa musim ini hanyalah Europe League. Namun, dengan performa yang ditunjukkan belakangan ini, Penulis merasa pesimis tim ini bisa meraih gelar. Tidak degradasi di liga pun sudah syukur.
Salah Amorim yang Memaksakan Filosofinya?

Dalam 27 laga yang telah dilakoni oleh MU musim ini di liga, mereka baru bisa meraih 9 kemenangan dan harus menelan 12 kekalahan. Iya, jumlah kekalahan MU lebih banyak dari kemenangannya di musim ini, yang menjadi salah satu alasan rendahnya peringkat mereka di klasemen.
Kedatangan Ruben Amorim yang menggantikan Erik Ten Hag sempat membawa harapan baru, tapi dengan cepat harapan tersebut pudar. Ia bahkan menjadi pelatih dengan raihan poin terendah setelah era Sir Alex Ferguson, di mana 13 pertandingan pertamanya ia hanya berhasil mendapatkan 14 poin.
Sebagai perbandingan, Ole Gunnar Solkjaer di 13 pertandingan pertamanya berhasil meraih 32 poin. Jose Mourinho, yang sebelumnya menjadi yang terburuk, masih bisa meraih 20 poin. Bahkan Erik Ten Hag berhasil mendapatkan 23 poin.
Banyak yang berpendapat kalau Amorim terlalu memaksakan filosofinya ke skuad MU, yang mungkin tidak cocok dengan pemain yang ada sekarang. Ini beda dengan Arne Slot di Liverpool, yang berusaha meramu strategi sesuai kondisi tim pasca-ditinggal Jurgen Klopp.
Amorim memang membawa filosofi 3-4-2-1 yang ia gunakan sejak melatih Sporting Lisbon. Di atas kertas, strategi tersebut memang membawa pendekatan yang menarik. Akan tetapi, mungkin para pemain MU terlalu lama bermain dengan formasi empat bek, sehingga penyesuaiannya pun sangat lama.
Namun, menurut Penulis, kesalahan tidak semata-mata di tangan pelatih. Para pemain MU juga kerap terlihat kurang bersemangat dan kurang motivasi ketika bermain. Apalagi, lini penyerangan MU benar-benar buruk, terutama jika melihat statistik dari dua strikernya.
Lini Penyerangan yang Mandul

Lebih parahnya lagi, MU mengalami defisit gol karena baru mencetak 33 gol dan telah kebobolan 39 kali. Tak hanya pertahanan yang kerap melakukan blunder tak perlu (di mana Andre Onana sering disorot), lini penyerangan pun mandul tak karuan.
MU punya dua striker utama, Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee. Tahu berapa jumlah gol yang telah mereka cetak musim ini di liga? Zirkzee baru mencetak tiga gol, sedangkan Hojlund bahkan baru dua gol.
Top scorer MU justru diraih oleh Bruno Fernandes, yang notabene berposisi sebagai gelandang, dengan enam gol. Amad Diallo sejatinya juga menjadi andalan karena sama-sama mencetak enam gol, tapi sayangnya ia sedang cedera.
Dua pemain tersebut memang jadi motor utama serangan MU, karena juga mencatatkan jumlah assist yang tinggi. Fernandes menyumbang tujuh assist, sedangkan Diallo mencatatkan enam assist. Tidak ada pemain lain yang mendekati statistik mereka berdua.
Tentu ini data yang bisa dibilang cukup memalukan. Ambil contoh Mohamed Salah dari Liverpool. Bayangkan, ia sudah mencetak 25 gol dan 17 assist di musim ini! Tak heran kalau banyak yang menjagokan ia menang Ballon d’Or musim ini, apalagi jika sampai berhasil membawa Liverpool juara Premier League dan Champions League.
Bahkan Erling Haaland, di mana klubnya sempat mengalami puasa kemenangan yang cukup panjang, masih berhasil mencetak 20 gol musim ini ditambah 3 assist. Bahkan bek City, Josko Gvardiol, telah mencetak lebih banyak gol dari Hojlund dan Zirkzee dengan lima gol!
Entah mengapa berapa lama kedua striker ini puasa gol. Yang jelas, Penulis juga memutuskan untuk puasa menonton MU selama bulan puasa. Takutnya, Penulis jadi sering marah-marah gara-gara nonton MU yang mainnya enggak karuan seperti sekarang.
Apalagi, setelah ini MU akan berhadapan dengan Arsenal, sehingga Penulis harus bersiap-siap dikirimi chat berisikan “WKWKWKWKWKWKWK” dari teman Penulis yang merupakan fans Arsenal.
Lawang, 4 Maret 2025, terinspirasi setelah memutuskan berhenti berlangganan Vidio untuk sementara waktu
Foto Featured Image: Goal.com
Sumber Artikel:
Olahraga
Apakah Manchester United Benar-Benar Telah Menjadi Klub Terkutuk?

Minggu kemarin benar-benar minggu yang melelahkan bagi penggemar Manchester United (MU). Setelah berhasil mengalahkan Manchester City dengan skor 2-1, MU justru kembali melawak di dua pertandingan selanjutnya.
Selain kalah dengan skor 3-4 dari Tottenham Hotspurs (sekaligus mengakhir laju MU di EFL Cup), MU juga baru saja dihabisi 0-3 oleh Bournemouth. Yang lebih menyakitkan, kekalahan telak ini terjadi di kandang MU, Old Trafford.
Sejak pergantian pelatih dari Erik Ten Hag ke Ruben Amorim, banyak optimisme yang muncul di penggemar. Ungkapan “tsunami trofi” pun mulai berdatangan lagi. Sayangnya, terbukti kalau MU tetaplah MU yang dulu, mau siapa pun pelatihnya.
Ada Perubahan Pola Permainan, tapi ya Begitulah

Jika melihat permainan MU di bawah Amorim, sebenarnya asa itu memang ada. Setelah lama melihat permainan MU yang tak berpola, akhirnya Amorim perlahan bisa menerapkan filosofi 3-4-2-1 yang ia terapkan di klub sebelumnya.
Meskipun hasilnya tak selalu positif, setidaknya ada progres dalam permainan MU. Para pemain lebih sering melakukan pressing, berusaha menjaga area dengan baik, melakukan ancaman-ancaman ke gawang lawan, dan lain sebagainya. Permainan MU (akhirnya) bisa dinikmati.
Selain itu, Amorim tak ragu untuk melakukan rotasi pemain, sesuatu yang jarang dilakukan di era Ten Hag. Walau hasilnya kadang mengecewakan (seperti performa Altay Bayindir ketika melawan Tottenham), setidaknya ini menunjukkan keberanian Amorim.
Amorim juga tak segan-segan untuk mencoret pemainnya jika dianggap tidak mampu perform. Marcus Rashford, yang pada era Ten Hag seolah menjadi anak emas, sudah tiga pertandingan beruntun tidak dimasukkan ke dalam line up.
Dari banyak poin plus tersebut, sayangnya hasil yang diperoleh MU sejak ditangani oleh Amorim tidak terlalu baik. Dalam sembilan laga yang telah dijalani di seluruh kompetisi, MU hanya berhasil meraih hasil 4 menang, 1 seri, dan 4 kekalahan.
Di kala lini penyerangan sudah mulai membaik (terutama berkat performa Amad Diallo), lini pertahanan perlu disorot karena sudah kebobolan 17 kali. Entah formasi Amorim yang memang rentan diserang, atau pemain MU saja yang tak bisa melakukan intruksi pelatih.
Tentu hal ini sangat disayangkan, apalagi ketika Manchester City tengah terpuruk dengan hanya meraih satu kemenangan dalam 12 laga terakhirnya (di mana 9 di antaranya berakhir dengan kekalahan). Alhasil, istilah “Manchester is clown” pun mulai bermunculan.
Apa yang Salah dengan Manchester United?

Sampai di titik ini, Penulis (dan rasanya mayoritas pendukung lainnya) sudah berada di titik bingung apa yang salah dengan klub ini. Apakah karena julukannya setan merah, sehingga membuat klub ini menjadi terkutuk?
Sejak perginya Sir Alex Ferguson, sudah banyak sekali pelatih yang mencoba menangani MU. Polanya selalu sama, di mana ada fase bulan madu dan fase kehancuran. Entah bagaimana dengan Amorim nanti, tapi sejauh ini tanda-tandanya kurang baik.
Memang, formasi dan gaya permainan MU yang diterapkan oleh Amorim benar-benar berbeda dari pelatih-pelatih sebelumnya, sehingga membutuhkan adaptasi. Namun, rasanya para penggemar sudah terlalu lama “menderita” hingga lebih dari satu dekade.
Apalagi, kita bisa melihat kalau Arne Slot bersama Liverpool dan Enzo Maresca bersama Chelsea bisa langsung nyetel. Bahkan di klasemen Liga Inggris saat ini, kedua tim berada di posisi kedua berkat penampilan konsisten mereka.
Penulis memberikan apresiasi kepada Liverpool yang harus diakui berhasil tampil luar biasa. Meskipun tak mendapatkan tambahan banyak pemain, Slot mampu meracik skuadnya menjadi skuad pemenang. Korban terakhir mereka adalah Tottenham, yang dibantai 6-3.
Mengapa mereka bisa langsung nyetel dengan klub barunya? Penulis juga tidak tahu. Secara kualitas skuad, harusnya tidak berbeda jauh. Namun, secara hasil dan peringkat di liga hasilnya benar-benar jauh.
Entah apa yang akan terjadi di masa depan. Tentu Penulis berharap Amorim berhasil menemukan solusi dari permasalahan yang sudah terlalu mengakar di klub ini. Akan tetapi, di sisi lain, rasanya Penulis sudah pesimis dan menganggap kalau klub ini memang sudah terkutuk.
Foto Featured Image: Rayo
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca The Book of Everyday Things
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Filsafat Kebahagiaan
-
Renungan5 bulan ago
Bagaimana Manusia Diperbudak oleh Ciptaannya Sendiri
-
Anime & Komik5 bulan ago
Ai Haibara adalah Karakter Favorit Saya di Detective Conan
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #28: Point City
-
Olahraga4 bulan ago
Apakah Manchester United Benar-Benar Telah Menjadi Klub Terkutuk?
-
Sosial Budaya5 bulan ago
Mengapa Tidak Pernah Ada Istilah “Laki-Laki Independen”?
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #27: Here to Slay
You must be logged in to post a comment Login