Connect with us

Olahraga

Jadi Pendukung Manchester United Itu Harus Ekstra Sabar

Published

on

Ketika mengetahui Manchester United (MU) harus menghadapi Liverpool, Penulis sudah merasa pasrah duluan. Jika di Old Trafford saja skornya 0-5, entah berapa skornya jika bermain di Anfield.

Apalagi, Cristiano Ronaldo harus absen karena baru kehilangan anaknya dan Raphael Varane harus menepi karena cedera. Rasa was-was semakin menjadi karena Ragnick menurunkan duo “Lord“: Harry Maguire dan Phil Jones.

Benar saja, feeling buruk Penulis menjadi kenyataan. Manchester United dibantai lagi dengan skor 0-4. Jika melihat cuplikan pertandingannya, pertahanan klub setan merah ini benar-benar amburadul dan bisa dianggap memalukan.

Harusnya Penggemar yang Frustasi, Bukan Anda (Goal.com)

Para legenda MU seperti Roy Keane dan Gary Neville sudah menunjukkan sisi frustasi mereka. Penulis pun begitu, apalagi kalau mengingat dulu kami punya Ferdinand dan Vidic, sedangkan sekarang klub terus memainkan pemain seperti Maguire.

Sebenarnya menerima hasil buruk seperti ini sudah biasa untuk kami para penggemar MU. Tidak hanya itu, ejekan dan perundungan dari berbagai penggemar tim bola lain juga sudah menjadi makanan sehari-hari hingga sampai mati rasa.

Ini seolah mempertegas kenyataan kalau jadi penggemar MU itu harus ekstra sabar dan punya mental tangguh.

Kenapa Manchester United Jadi Sebobrok Ini?

Erik ten Hag (Eurosport)

Salah satu alasan mengapa banyak yang menyerang MU tentu saja karena kejatuhannya setelah ditinggal Sir Alex Ferguson. Entah sudah berapa kali ganti pelatih, tetap saja prestasi MU makin ke sini makin nihil.

Ole yang sudah diganti Ralf Ragnick pun tak membawa perubahan yang signifikan. Manchester United telah menunjuk Erik ten Hag sebagai pelatih mulai musim depan, menggantikan Ragnick yang akan berpindah jabatan.

Seperti biasanya, pendukung klub setan merah memiliki optimisme tinggi setiap ada pergantian pelatih. Penulis tidak. Melihat permainan yang ditunjukkan oleh para pemain, rasanya tidak ada semangat untuk bisa menjadi seorang juara.

Ragnick memang mengatakan pada konferensi pers setelah melawan Liverpool, bahwa akan ada revolusi besar-besaran. Bahkan, bisa saja ada 10 pemain yang akan didatangkan dan beberapa nama tampaknya akan hengkang dari klub.

Jika revolusi ini benar-benar terjadi dan ten Hag bisa memimpin tim, perubahan ke arah yang lebih baik mungkin memang bisa benar-benar terjadi. Apalagi, jika ia berani untuk mencadangkan (atau bahkan menjual) pemain beban seperti sang kapten, Harry Maguire.

Harry Maguire, si Paling Menyusahkan

Harry Maguire (Bola.com)

Harry Maguire memang kerap menjadi “kambing hitam” atas penurunan performa MU beberapa tahun terakhir. Sebagai pemain dengan harga mahal dan menyandang ban kapten, permainannya kerap patut ditertawakan dan tak jarang membuat blunder yang menyusahkan.

Penulis pun tak habis pikir, mengapa pemain dengan kualitas seperti itu bisa terus bermain secara reguler dan menyandang ban kapten? Jika pemain underperform, sudah sewajarnya jika ia diganti oleh pemain lain.

Penulis memiliki dua teori mengapa Maguire masih terus dimainkan. Pertama, tidak ada pemain lain yang bisa menggantikan posisinya. Selain Raphael Varane, MU hanya punya Victor Lindelof, Eric Bailly, dan Phil Jones.

Kedua, dan Penulis curiga inilah alasan yang sebenarnya, adalah karena direksi MU ikut campur untuk terus memainkan Maguire. Bisa karena gengsi karena harganya, bisa karena ada kontrak yang menyebutkan Maguire harus bermain sejumlah pertandingan.

Jika mau berpikiran negatif, mungkin ada semacam denda yang harus dibayarkan direksi jika Maguire bermain dengan jumlah sedikit. Sebagai pebisnis, mungkin para direksi tersebut lebih memilih untuk memainkan si paling menyusahkan, terutama menyusahkan David De Gea.

Kenapa Pendukung Manchester United Jadi Sasaran Ejekan Pendukung Tim Lain?

Contoh Twit Sombong (Suara.com)

Jika ada tim yang digdaya lantas mengalami penurunan performa, ejekan pasti datang terutama dari penggemar tim rival. Mudahnya, jika klub seperti Norwich City atau Southampton dibabat oleh lawannya, apakah penggemar tim lain akan merundung mereka?

Rasanya sangat jarang sekali terdengar atau terlihat di media sosial. Apalagi di Indonesia, yang notabene sangat jarang ada penggemar sepak bola yang memilih tim tersebut sebagai favoritnya.

Loh, bukannya masih klub hebat lain yang performanya juga menurun? Katakanlah Arsenal yang tak setangguh era awal 2000-an atau Barcelona pasca ditinggal Messi (walau akhir-akhir ini Barca mulai menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik sejak dilatih Xavi).

Nah, alasan lain kenapa MU jadi sasaran empuk adalah admin dan beberapa oknum penggemar yang shombonk amat. Kalau MU sedang berada di atas angin, mereka akan banyak bersuara dan merasa klubnya paling hebat di dunia.

Contoh mudahnya adalah twit “gini doang grup neraka” dan “senggol dong” yang dilakukan oleh admin medsos MU. Akibatnya, seluruh penggemar MU pun harus menerima getahnya dan harus belajar ekstra sabar.

Jadi Pendukung Manchester United Memang Harus Ekstra Sabar

Pendukung MU (Manchester United)

Kalau sedang berada di posisi yang sulit, kenapa tetap menjadi pendukung MU?

Justru di saat-saat sulit seperti inilah kesetiaan penggemar kepada timnya sedang diuji. Mungkin mirip dengan penggemar Liverpool di era sebelum Jurgen Klopp masuk, di mana prestasi klub dan performanya bisa dianggap terjun bebas.

Jika ditanya apa solusinya, Penulis pun merasa bingung. Menendang keluar Harry Maguire dan beberapa pemain yang menyusahkan mungkin bisa menjadi solusi, tapi rasanya belum tentu hal tersebut akan membereskan semua permasalahan yang ada.

Masuknya pelatih baru pun belum menjadi jaminan nasib klub akan berubah menjadi lebih baik. Adanya revolusi yang dicanangkan oleh Ragnick mungkin bisa menjadi awal yang baik, tapi tetap saja semua tergantung dari eksekusinya.

Direksi tim pun disorot oleh penggemar untuk bisa mendatangkan pemain yang tepat. Jika melihat beberapa tahun terakhir, sering sekali MU melakukan pembelian flop, berbanding terbalik dengan Liverpool yang rekrutannya lebih murah tapi efektif.

Oleh karena itu, kami para penggemar MU pun harus belajar bersabar lagi dari segala bentuk ejekan dan perundungan. Tabah saja menghadapi berbagai “serangan” dari para penggemar tim lain.

Anggap saja ini akan membantu kita menjadi orang yang lebih tabah dalam menghadapi ujian hidup. Seorang pendukung Manchester United, di masa-masa sulit seperti sekarang, memang harus belajar ekstra sabar.


Lawang, 21 April 2022, terinspirasi setelah melihat kekalahan telak (lagi) dari Manchester United ketika bertamu ke Liverpool

Foto Banner: The Telegraph

Olahraga

Kemenangan Perdana yang Awkward Bagi Oscar Piastri di Formula 1

Published

on

By

Penulis selalu menyukai jika ada pembalap Formula 1 (F1) yang berhasil meraih kemenangan perdananya. Di musim ini, Penulis sangat berharap kalau Oscar Piastri dari McLaren berhasil meraih kemenangan perdananya, setelah penampilan konsistennya di musim lalu.

Apalagi, musim 2024 juga seru karena dalam 12 balapan yang telah berlangsung, sudah ada enam pembalap berbeda yang berhasil menjadi juara. Tentu menarik jika ada pembalap ketujuh yang berhasil menjadi juara, apalagi yang belum pernah seperti Piastri.

Nah, harapan tersebut ternyata terwujud pada hari ini (21/7) ketika Piastri berhasil menjuarai GP Hungaria. Namun, kemenangan tersebut menjadi terasa awkward karena kesalahan strategi yang dilakukan oleh timnya.

Hampir Terulangnya Peristiwa Multi 21 oleh McLaren

Untung Saja Tidak Ribut (PlanetF1)

Sejak babak kualifikasi, McLaren sudah terlihat akan mendominasi GP Hungaria, karena Lando Norris dan Oscar Piastri berhasil start dari posisi 1-2. Di belakang mereka ada Max Verstappen dari Red Bull, yang entah mengapa mobilnya selama beberapa balapan terakhir terlihat underperform.

Balapan sudah terlihat akan “kacau” sejak tikungan pertama, karena Norris kehilangan posisinya saat berduel dengan Verstappen. Piastri pun berhasil mengambil alih pimpinan balapan selama berlap-lap.

“Drama” dimulai ketika sesi pit kedua, di mana McLaren memutuskan untuk meminta Norris untuk pit terlebih dahulu. Alasannya, agar Norris bisa menahan laju Lewis Hamilton dan mengamankan kemenangan Piastri.

Masalahnya, sebenarnya jarak Hamilton dengan para pembalap McLaren sebenarnya masih relatif jauh, sehingga muncul kesan kalau memang tim menginginkan Norris yang menang demi bisa mendekat ke Verstappen.

Benar saja, saat Piastri pit, Norris berhasil mengambil alih pimpinan balapan. Ia seolah berhasil melakukan strategi undercut untuk menyalip rekan setimnya sendiri. Alhasil, radio tim McLaren pun menjadi penuh drama setelah kejadian ini.

Di radio, tim meminta Norris untuk memberikan kembali posisi pertama kepada Piastri, mungkin karena menyadari kesalahan strategi yang tidak menguntungkan Piastri yang sejatinya sudah mengemudi dengan baik sepanjang balapan.

Norris awalnya tampak enggan, apalagi pace-nya jauh lebih cepat dari Piastri karena jaraknya sempat mencapai 7 detik. Namun, di tiga lap terakhir, akhirnya Norris menuruti team order tersebut dan memberikan kemenangan perdana bagi Piastri.

Kemenangan Pertama Jadi Terasa Awkward (SuperSport)

Kemenangan ini pun terasa sedikit awkward bagi Piastri. Di radio setelah finis, ia terdengar kurang bersemangat dan langsung meminta maaf! Mungkin ia sendiri merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi, karena sepertinya ia adalah tipe orang yang gak enakan.

Sorry, I made this all a lot more painful than it needed to be,” ungkap Piastri di radio begitu berhasil finis di posisi pertama.

Norris pun bisa dibilang tidak bersalah sama sekali. Ia hanya melakukan tugasnya sebagai pembalap untuk memacu kendaraannya sekencang mungkin. Apalagi, ia juga sedang mengejar Verstappen mati-matian untuk menjadi juara musim ini.

Kesalahan murni terdapat pada strategi McLaren, yang seharusnya memasukkan Piastri ke pit terlebih dahulu sebelum Norris. Untungnya, Norris bisa menahan egonya dan menuruti perintah tim, tidak seperti Verstappen beberapa tahun lalu.

Keputusan Norris mungkin bijaksana, mengingat musim 2024 masih berjalan setengah. Bisa jadi di balapan-balapan selanjutnya, Norris membutuhkan “jasa” Piastri untuk bisa membantunya mengejar poin yang dimiliki oleh Verstappen.

Kejadian seperti ini pun membuat kita teringat pada peristiwa “Multi 21” antara Mark Webber dan Sebastian Vettel. Saat itu, Vettel disuruh mengalah dan membiarkan Webber menang, tapi perintah tersebut diabaikan oleh Vettel dan membuat hubungannya dengan Webber memanas.

Beberapa Rekor Setelah GP Hungaria

GP yang Rasanya Campur Aduk (Business Today)

Oscar Piastri berhasil mencatatkan namanya sebagai pembalap ke-115 sepanjang sejarah F1 yang berhasil keluar menjadi juara. Raihan ini menjadi lebih istimewa karena kemenangan ini berhasil ia raih di musim keduanya di F1.

Rasanya, keputusan untuk menerima pinangan McLaren dibandingkan Alpine menjadi keputusan terbaik yang pernah diambil oleh Piastri dalam hidupnya. Bisa dibayangkan seandainya ia debut untuk Alpine, kemenangan perdanya di F1 tidak akan ia raih secepat ini.

Meskipun kemenangan perdananya terasa awkward, sebenarnya Piastri sangat layak mendapatkan kemenangan ini. Ia yang terlihat selalu kalem berhasil memberikan penampilan yang konsisten selama ini, sehingga memang tinggal menunggu waktu saja hingga ia meraih kemenangan perdananya.

Piastri berhasil menjadi pembalap ketujuh yang berhasil menang di musim ini, setelah Max Verstappen, Carlos Sainz, Lando Norris, Charles Lelcrec, George Russel, dan Lewis Hamilton. Hal seperti ini terakhir terjadi pada musim 2012 silam.

Selain kemenangan Piastri, Lewis Hamilton juga berhasil mencuri perhatian dengan meraih podium ke-200 sepanjang kariernya dengan meraih podium ketiga. Ia berhasil melalui pertarungan yang keras dari Verstappen, yang terlihat kembali ke mode default-nya.

Semoga saja keseruan F1 musim ini akan terus berlanjut di balapan-balapan selanjutnya, di mana Verstappen dan Red Bull tidak lagi terlalu mendominasi. Tentu menarik dinanti apakah akan ada pembalap lain yang bisa menang balapan.


Lawang, 21 Juli 2024, terinspirasi setelah menonton GP Hungaria

Foto Featured Image: F1

Continue Reading

Olahraga

Lewis Hamilton Buktikan Bahwa Dirinya Belum Habis

Published

on

By

Ketika nonton Formula 1 (F1), salah satu tanda kalau balapannya membosankan bagi Penulis adalah ketika dirinya sering mengecek HP. Nah, di British GP yang baru saja usai malam ini (7/7), Penulis hampir tidak pernah mengecek HP sama sekali karena memang seru balapannya!

Dari awal balapan hingga finis, ada saja momen yang membuat kita merasa kalau hasil balapan akan berbeda. Bayangkan saja, total ada lima pembalap berbeda yang pernah memimpin jalannya balapan.

Pada akhirnya, Lewis Hamilton berhasil memutus puasa kemenangannya sejak yang terakhir ia raih pada tahun 2021 silam. Tidak hanya itu, Hamilton juga berhasil mencetak beberapa rekor baru yang rasanya akan sulit untuk dikejar oleh pembalap lain di masa depan.

Momen-Momen Seru di British GP

Banyak Momen yang Seru (Planet F1)

Masing-masing pembalap memiliki momen serunya sendiri di British GP, walau ada yang harus bernasib apes. Adanya hujan yang mampir sebentar menjadi salah satu faktornya, walau ada faktor lain seperti rusaknya mobil atau kesalahan strategi.

George Russel (Mercedes) contohnya, yang sejatinya berhasil meraih pole position dan start dari posisi terdepan. Namun, posisinya sempat tersalip oleh Hamilton dan Norris. Lebih apesnya lagi, mobilnya mengalami masalah pada water system sehingga harus DNF.

Lando Norris (McLaren) pun demikian. Sempat di atas angin dan memimpin balapan cukup lama, keputusannya untuk menggunakan ban Soft setelah hujan berakibat fatal. Bukan hanya tak mampu mengejar Hamilton di depan, ia justru berhasil disalip oleh Verstappen.

Omong-omong soal Max Verstappen (Red Bull), meneer Belanda ini memang edan. Sepanjang balapan, ia terlihat kesulitan dengan mobilnya hingga tercecer ke posisi 5, bahkan hampir saja disalip oleh Sainz.

Namun, namanya juga Verstappen, ia berhasil membalikkan keadaan setelah hujan. Memutuskan untuk menggunakan ban Hard, kecepatan Verstappen sangat gila. Selain berhasil menyalip Norris, Verstappen juga terus memotong jaraknya dengan Hamilton. Seandainya lap masih tersisa banyak, Verstappen akan keluar menjadi juaranya.

Verstappen bersaing ketat dengan Oscar Piastri (McLaren) untuk mencatakan fastest lap. Di lap-lap terakhir, mereka saling bergantian mencatatkan waktu fastets lap, walaupun plot twist-nya justru Carlos Sainz (Ferrari) yang berhasil meraihnya di lap terakhir.

Piastri sendiri cukup bernasib apes. Keputusan McLaren untuk tidak melakukan double stack (pit dua mobil sekaligus) seperti Mercedes membuatnya banyak kehilangan waktu karena menggunakan ban kering di sirkuit basah.

Namun, nasib Piastri tidak seburuk Sergio Perez (Red Bull) dan Charles Lelcrec (Ferrari) yang seolah menjadi “tumbal” timnya. Bagaimana tidak, mereka mendapatkan ban Intermediate lebih awal dan akibatnya balapan mereka menjadi tidak karuan.

Sejujurnya Penulis merasa heran dengan performa amburadul dari Perez. Bukannya membaik, perfomanya justru makin menurun setelah menandatangani kontrak baru dengan Red Bull. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin kontraknya akan diputus.

Terakhir sebelum masuk ke menu utama tulisan ini, apresiasi juga perlu diberikan kepada Nico Hulkenberg (Haas) yang berhasil finis di posisi ke-6 secara dua kali beruntun. Ia berhasil menjaga duo Aston Martin di belakangnya dan membuat posisi Haas di klasemen semakin mendekat ke RB Honda RBPT.

Lewis Hamilton sang Legenda Hidup yang Belum Habis

Lewis Hamilton (RaceFans)

Sekarang kita masuk ke menu utamanya: Lewis Hamilton. Pembalap dengan gelar Sir ini mampu menjalani balapan yang rapi tanpa kesalahan. Kemenangan yang ia raih di British GP ini seolah membuktikan kalau ia, yang akan pindah ke Ferrari musim depan, masih belum habis.

Kemenangan ini juga terasa sangat emosional bagi Hamilton. Setelah melewati bendera finis, ia menangis bahkan setelah memarkirkan mobilnya di dekat paddock. Ia kembali menangis ketika dipeluk oleh ayahnya, yang selalu setia memberikan support untuk anaknya.

Hal tersebut wajar saja, karena Hamilton yang merupakan juara dunia tujuh kali telah cukup lama absen meraih podium tertinggi. Bayangkan, kemenangan terakhirnya ia dapatkan pada Saudi Arabia GP pada tahun 2021. Artinya, sudah 2,5 tahun ia tak memenangkan balapan.

Kemenangan ini terasa lebih manis karena setidaknya ada dua rekor baru yang tercipta. Pertama, Hamilton memperpanjang rekor total kemenangannya menjadi 104 kemenangan. Sebagai informasi, Verstappen saat ini telah meraih 61 kemenangan. Apakah sang meneer berhasil melewati rekor tersebut? Mari kita nantikan saja.

Rekor yang kedua adalah Hamilton berhasil menjadi pembalap dengan kemenangan terbanyak di satu sirkuit. Total, ia telah berhasil menang di sirkuit Silverstone sebanyak 9 kali. Rekor ini bisa bertambah di Hungarian GP yang akan datang, karena Hamilton sudah menang 8 kali di sana.

Penulis tidak pernah menjadi penggemar Hamilton. Namun, kemenangan yang emosional ini berhasil membuat Penulis ikut merasa senang untuk Hamilton. Tentu tak mudah bagi seorang yang terbiasa menang untuk terus melihat orang lain meraih kemenangan.

Meskipun rasanya sulit untuk melihat ada pembalap lain yang bisa menggusur Verstappen dari puncak klasemen pembalap, setidaknya balapan musim ini lebih seru dan menarik jika dibandingkan dengan musim 2023 kemarin yang terlalu didominasi oleh Red Bull.

Meskipun Verstappen telah menang 8 dari 12 balapan yang sudah digelar, hingga British GP sudah ada lima pembalap berbeda yang telah meraih kemenangan musim ini. Selain Verstappen, ada Lelcrec, Norris, Russel, dan terbaru Hamilton. Semoga saja setelah Hamilton, akan ada pembalap lain yang berhasil menjadi juara.


Lawang, 7 Juni 2024, terinspirasi setelah menonton British GP yang seru dan tidak membosankan

Foto Featured Image: The Mirror

Sumber Artikel:

Continue Reading

Olahraga

Dua Drama di Dua Pertandingan Euro 2024 yang Membosankan

Published

on

By

Entah mengapa Penulis tidak terlalu tertarik dengan pagelaran Euro 2024 yang sedang berlangsung saat ini. Bahkan, Penulis baru mulai menonton pertandingannya di babak 8 besar, itu pun karena ada dua big match: Jerman vs. Spanyol dan Portugal vs. Prancis.

Setelah menonton pertandingan Euro 2024, rasanya perasaan tak tertarik Penulis jadi memiliki alasan yang kuat karena pertandingannya benar-benar terasa membosankan. Bahkan, teman nonton Penulis malah memilih untuk bermain EA Sports FC 24 dibandingkan nonton pertandingannya.

Untungnya, kedua pertandingan menyajikan drama di akhir pertandingan, sehingga Penulis pun memiliki bahan untuk dijadikan tulisan. Tidak hanya karena drama pertandingannya, tapi juga karena beberapa legenda yang akan pensiun setelah Euro 2024.

Drama di Pertandingan Jerman vs. Spanyol dan Portugal vs. Prancis

Gol Cantik dari Merino (Asharq Al-Awsat)

Pertandingan pertama yang berlangsung kemarin (5/7) mempertemukan Jerman dan Spanyol, dua tim Eropa yang memiliki reputasi kuat di sepak bola. Anehnya, Penulis merasa asing dengan banyak nama pemain yang ada di lapangan, mungkin karena dirinya sudah tak terlalu mengikuti sepak bola.

Babak pertama, pertandingan terasa cukup monoton. Spanyol lebih banyak memberikan serangan ke gawang Jerman, tapi tetap tak ada gol yang tercipta. Baru di babak kedua Spanyol unggul di menit 51 melalui gol Dani Olmo.

Drama terjadi ketika Jerman berhasil menyamakan kedudukan menjelang akhir pertandingan lewat gol Florian Writz, tepatnya pada menit 89, yang memaksa pertandingan harus lanjut ke babak tambahan waktu.

Sempat berpikir kalau pertandingan akan berakhir dengan babak adu penalti, ternyata Mikel Merino malah membuat drama lagi dengan mencetak gol di menit 119 lewat sundulan yang sangat cantik.

Daniel Carvajal dari Spanyol “berulah” di menit 120 dengan melanggar pemain Jerman dan mendapatkan kartu kuning kedua. Namun, Penulis rasa itu di sengaja agar ia bisa bermain di babak final, seandainya Spanyol bisa lolos dari babak semifinal.

Joao Felix Gagal Penalti (The Mirror)

Siapa lawan Spanyol di semifinal? Jawabannya adalah Prancis, yang berhasil menang atas Portugal lewat babak adu penalti. Penulis tertidur ketika pertandingannya, dan untung saja tertidur karena skornya 0-0.

Penulis baru terbangun ketika babak adu penalti akan dimulai. Dari semua penendang, hanya Joao Felix yang gagal karena tendangannya mengenai tiang gawang. Alhasil, Portugal pun harus pulang lebih dulu.

Pemain Legendaris di Euro Terakhir

Jerman dan Portugal terkenal sebagai negara yang memiliki banyak legenda hidup sepak bola. Masalahnya, banyak dari legenda tersebut yang akan pensiun dari timnas, sehingga Euro 2024 adalah panggung terakhir mereka.

Toni Kross yang baru saja mengumumkan pensiun dari Real Madrid dipastikan juga akan pensiun dari timnas. Rekan setimnya sekaligus kapten, Manuel Neuer, tampaknya juga tidak akan berlaga di Euro selanjutnya mengingat umurnya sudah 38 tahun.

Kalau dari sisi Portugal, Cristiano Ronaldo tampaknya juga tidak akan berpartisipasi di Euro selanjutnya. Apalagi, di turnamen kali ini ia gagal mencetak satu pun gol, sama seperti Lionel Messi di Copa America. Ini adalah kali pertama terjadi pada Ronaldo.

Ronaldo bahkan dianggap sebagai “beban tim” karena strategi Portugal yang terlalu bertumpu pada pemain setua dirinya. Banyak yang berpendapat kalau timnas Portugal mampu bermain lebih baik jika tidak ada Ronaldo.

Rekan setim Ronaldo, Pepe, tampaknya juga tidak akan berlaga di Euro lagi mengingat umurnya saat ini sudah 41 tahun. Bisa menampilkan performa yang luar biasa di umurnya saja sudah merupakan pencapaian bagi bek yang terkenal “ganas” ini.

Penulis tumbuh besar dengan melihat mereka mulai dari rookie hingga layak dicap sebagai pemain legendaris. Tentu sedih jika mengingat dirinya tidak akan bisa melihat penampilan mereka lagi di lapangan.


Lawang, 6 Juli 2024, terinspirasi setelah menonton dua pertandingan perempat final Euro 2024

Sumber Artikel:

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan