Connect with us

Anime & Komik

Setelah Menonton My Hero Academia The Movie: World Heroes’ Mission

Published

on

Akhir-akhir ini, Penulis sudah tidak terlalu sering menonton anime. Entah apa alasannya, mungkin karena sudah merasa jenuh saja. Padahal, aktivitas ini baru Penulis lakukan mulai tahun 2017.

Walaupun begitu, masih ada beberapa anime atau manga yang masih diikuti. Salah satunya adalah Boku no Hero Academia atau My Hero Academia. Selain menonton animenya, Penulis juga rutin membaca manganya di internet.

Nah, sewaktu mengetahui movie ketiga dari anime ini tayang di bioskop, Penulis langsung tertarik untuk menontonnya walau dua movie sebelumnya belum ditonton. Karena kebetulan ada teman nonton yang sama-sama suka, jadilah Penulis menonton film My Hero Academia The Movie: World Heroes’ Mission.

SPOILER ALERT!!!

Jalan Cerita My Hero Academia The Movie: World Heroes’ Mission

Dari kiri, Bakugo, Midoriya, Todoroki (Funimation Film)

Cerita berpusat pada aksi terorisme dari kelompok bernama Humarise yang dipimpin oleh Flect Turn. Kelompok ini ingin memusnahkan pemilik quirk dari muka bumi karena percaya bahwa manusia murni alias mereka yang tidak memiliki quirk akan punah gara-gara mereka.

Caranya adalah dengan menggunakan bom yang diisi gas “Trigger” untuk memusnahkan pemilik quirk. Bom tersebut akan membuat pemilik quirk kehilangan kendali. Hal ini tentu memicu berbagai hero dari penjuru dunia untuk menghentikan aksi gila mereka.

Beberapa murid kelas A dari U.A. High School turut membantu para pahlawan profesional dan berpencar ke berbagai negara. Izuku Midoriya, Katsuki Bakugo, dan Shoto Todoroki ditugaskan ke negara bernama Otheon yang menjadi markas utama Humarise.

Belanja di Otheon (Animation World Network)

Sayangnya ketika menyerbu ke sana, tidak ditemukan jejak Humarise sehingga mereka harus stand by di sana untuk sementara waktu. Ketika sedang belanja, mereka mendapati adanya perampokan permata. Midoriya mengejar salah satu kurir penjahat yang bernama Rudy Soul, anak jalanan yang harus menafkahi dua adiknya.

Di sisi lain, ada seorang ilmuwan Humarise bernama Allan Kay yang melarikan diri dengan membawa data penting tentang Humarise di dalam koper, tetapi dihentikan oleh agen Humarise bernama Beros.

Hal ini mengakibatkan koper yang dibawa Rudy tertukar dengan koper penting tersebut. Setelah Midoriya berhasil mengejar Rody, isi dari koper tersebut ternyata barang-barang biasa. Anehnya, mereka justru menjadi diburu polisi dan Midoriya didakwa telah melakukan pembunuhan massal.

Merasa ada yang aneh, Midoriya memutuskan untuk kabur bersama Rody setelah meninggalkan pesan untuk Todoroki. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke negara tetangga Klayd agar tidak bisa ditangkap oleh polisi. Tidak hanya itu, kelompok Humarise juga memburu mereka berdua.

Rudy Soul (Anime2You)

Singkat cerita setelah kejar-kejaran antara kelompok Humarise dan Midoriya dkk, diketahui kalau koper yang dibawa Rody berisikan kunci untuk menghentikan rencana jahat Humarise. Kunci tersebut diciptakan oleh ayah Rody yang bernama Eddy Soul.

Midoriya, Bakugo, Todoroki, dan Rody pun memutuskan untuk pergi ke markas utama Humarise. Terjadi pertempuran-pertempuran seru, termasuk pertempuran terakhir antara Midoriya melawan Flect Turn yang ternyata memiliki quirk mencerminkan apapun yang bersentuhan dengannya.

Setelah pertarungan akhir ala shounen yang khas, akhirnya Midoriya berhasil mengalahkan Flect Turn dan Rody dengan Piconya berhasil memasukkan kunci sehingga serangan bom Humarise berhasil digagalkan.

Setelah Menonton My Hero Academia The Movie: World Heroes’ Mission

Satu hal yang Penulis suka dari film ini adalah ceritanya yang langsung to the point begitu mulai. Tidak ada intro membosankan yang memperkenalkan satu per satu karakter beserta quirk yang dimiliki.

Memiliki durasi sekitar 1 jam 45 menit, film ini terasa padat dengan pace yang cukup cepat. Tidak banyak adegan yang terasa bertele-tele untuk sekadar memanjangkan cerita. Kalau mengikuti anime dan manganya, pasti tahu siapa saja karakter-karakter yang ada di film ini selain beberapa karakter baru seperti Rudy Soul.

Karakter baru ini cukup menarik karena memiliki quirk yang unik (burung kecilnya Pico merupakan quirk miliknya) dan kepribadian yang membuatnya mudah diingat. Keadaan memaksanya berbuat kriminal, walau sebenarnya dirinya memiliki hati yang baik.

Menonton di bioskop artinya kita akan menonton dengan suara yang menggelegar. Itulah yang Penulis rasakan ketika menyaksikan adegan-adegan pertarungan yang ada di dalamnya. Bahkan, kadang terasa terlalu keras sehingga membuat telinga sakit.

Animasi yang dimiliki juga sangat bisa dinikmati, Penulis hampir tidak menemukan keanehan animasi di film ini. Ada beberapa adegan yang menggunakan teknik one shot keren, seperti ketika Rody berusaha kabur dari kejaran Midoriya dengan lincahnya.

Walaupun begitu, film ini tetap memiliki klise ala anime shounen. Terdesak sampai rasanya tidak ada harapan, lantas ada pemicu yang membuat karakter utama mendapatkan kekuatan tiba-tiba sampai bisa mengalahkan lawannya yang kuat.

Selain itu, adegan koper tertukar juga rasanya menjadi formula yang cukup banyak dipakai, sehingga orisinalitas filmnya terasa berkurang. Villain utama di film ini juga tipe villain yang akan mudah dilupakan begitu saja. Entah mengapa motivasinya terasa kurang.

Secara overall, Penulis masih bisa menikmati film ini dan jadi penasaran dengan dua film sebelumnya. Kata teman nonton Penulis, film yang kedua masih lebih bagus dari yang satu ini.


Lawang, 28 November 2021, terinspirasi setelah menonton My Hero Academia The Movie: World Heroes’ Mission

Foto: Viu

Anime & Komik

Yu-Gi-Oh!: Komik, Duel Kartu, dan Nostalgianya

Published

on

By

Beberapa hari terakhir, Penulis kerap menonton konten-konten Yu-Gi-Oh! di YouTube. Entah apa alasannya, mungkin karena ingin nostalgia saja karena sewaktu kecil gemar membaca (bahkan mengoleksi) komiknya.

Penulis pun jadi membaca ulang komiknya, walau tidak semua. Kebetulan, ada beberapa koleksinya yang masih terselamatkan, walau kebanyakan sudah raib entah ke mana. Untuk volume yang hilang, Penulis membacanya di internet.

Gara-gara hal tersebut, Penulis jadi ingin menulis sesuatu tentang Yu-Gi-Oh!. Awalnya Penulis tidak tahu ingin menulis tentang apa, tapi seperti biasa, Penulis lepaskan saja jari-jarinya di keyboard dan membiarkan mereka ingin menulis apa.

Penulis dan Komik Yu-Gi-Oh!

Komik Yu-Gi-Oh! (Shopee)

Seingat Penulis, komik Yu-Gi-Oh! yang pertama kali Penulis baca adalah komik volume 15 milik sepupunya, yang waktu itu menceritakan pertandingan final antara Yugi melawan Pegasus sebagai bos terakhir.

Waktu itu, peraturan duel kartunya masih sakarepe mangakanya (RIP Kazuki Takahashi). Bayangkan saja, kartu sekuat Dark Magician bisa dipanggil tanpa perlu pengorbanan. Hanya saja, waktu masih kecil tentu Penulis tak terlalu memedulikan hal tersebut.

Komik Yu-Gi-Oh! pertama yang Penulis beli sendiri adalah volume 19. Di volume tersebut, ceritanya Yugi sedang mengikuti turnamen duel di Kota Domino dan melawan seseorang yang ternyata juga pemilik kartu Dark Magician.

Yugi vs Arcana di Komik Volume 19 (Fandom)

Dari komik tersebut, Penulis jadi terus melanjutkan membeli komik Yu-Gi-Oh!. Setiap mampir ke toko buku, setiap ada volume baru, pasti akan Penulis beli. Oleh karena itu, koleksi komik Yu-Gi-Oh! Penulis hampir lengkap dari volume 19 hingga 38, yang merupakan volume terakhir.

Penulis tidak tertarik membeli volume-volume awal karena belum ada duel-duel kartu. Di arc Pegasus pun peraturannya masih mentah dan kurang menarik. Apalagi di arc turnamen ini, ada banyak pertarungan antar-duelist yang menarik, meskipun jujur saja kadang sangat tak masuk akal.

Tidak hanya dari efek kartu yang disesuaikan dengan plot cerita, terkadang ada saja bumbu drama seperti “shadow game” yang menumbalkan nyawa. Bayangkan, kita bisa kehilangan nyawa karena bermain kartu!

Pertempuran Roh di Ingatan Pharaoh (Tumblr)

Jika disuruh memilih duel favoritnya, di antara sekian banyak, mungkin Penulis akan memilih pertarungan antara Yugi Mutou melawan Yami Bakura di dalam ingatan Yugi Pharaoh (di komik volume 37). Duel tersebut membuktikan kalau Yugi yang selama ini seolah menjadi bayangan Yugi Pharaoh juga bisa bertarung.

Berbicara tentang Pharaoh, arc terakhir dari seri ini berfokus pada masa lalu Yugi. Ceritanya cukup menarik dan seru bagi Penulis, di mana Yugi berhadapan dengan musuh-musuh tangguh, mulai dari Bakura dengan Diabound-nya hingga Zorc Necrophades.

Arc ini juga bisa menjadi konklusi yang pas untuk serialnya. Setelah mendapatkan ingatan masa lalunya yang berdarah, Yugi Pharaoh (yang bernama Atem) dan Yugi Mutou berduel untuk menentukan nasib mereka. Atem kalah dan pergi meninggalkan Yugi dan kawan-kawan lainnya.

Kalau animenya, Penulis sesekali menonton di televisi pada hari Minggu pagi. Namun, jujur Penulis tidak terlalu ingat karena tidak terlalu memorable. Mungkin yang paling Penulis ingat adalah episode filler di mana Yugi dan Kaiba bersatu melawan The Big 5 yang memiliki kartu Five-Headed Dragon dengan ATK 5000.

Penulis dan Permainan Kartu Yu-Gi-Oh!

Peraturannya Makin Ruwet (Yu-Gi-Oh!)

Banyak meme yang bertebaran di internet tentang bagaimana bingungnya pemain Yu-Gi-Oh! yang sudah lama pensiun, lantas melawan pemain yang masih aktif hari ini. Yu-Gi-Oh! hari ini seolah tentang bagaimana menghabisi lawan secepat mungkin, kalau bisa sejak putaran pertama.

Padahal, dulu waktu masih main, Penulis merasa ada banyak “seni” dari peraturan aslinya, di mana untuk memanggil monster berbintang besar harus mengorbankan monster berbintang kecil. Ada cara unik lain, seperti Fusion ataupun Ritual.

Kita bisa mempelajari banyak peraturan Yu-Gi-Oh! dari manganya, meskipun terkadang efeknya dibuat nyeleneh demi kebutuhan plot cerita. Namun, dari sana dasar bermain Yu-Gi-Oh! Penulis dapatkan dan menjadi ingin mencoba bermain game-nya.

Gameplay Yu-Gi-Oh! Tag Force (GBA Temp)

Ada beberapa game Yu-Gi-Oh! yang pernah Penulis mainkan, seperti Yu-Gi-Oh! Forbidden Memories (PlayStation 1) dan Yu-Gi-Oh! The Duelists of the Roses (PlayStation 2). Namun, baru di game Yu-Gi-Oh! Tag Force (PlayStation 2) Penulis benar-benar paham cara bermain Yu-Gi-Oh!.

Di seri tersebut, masih belum ada peraturan summon monster yang aneh-aneh, masih mengikuti peraturan dasar yang Penulis pahami. Dalam bermain, Penulis sering mengandalkan archetype Cyber Dragon, yang di game-nya menjadi andalan Zane Trusdale.

Selain Cyber Dragon, salah satu archetype favorit Penulis adalah Blue-Eyes White Dragon, sedangkan adik Penulis sangat menyukai Elemental Hero, sampai-sampai tidak mau mencoba archetype yang lain. Bahkan, ia sampai mencetak sendiri kartu-kartu Elemental Hero dan ditempel ke kartu Yu-Gi-Oh! asli.

Blue-Eyes White Dragon (Devianart)

Selain itu, Penulis juga pernah mencoba platform Yu-Gi-Oh! yang tersedia secara online, walau seringnya cuma melawan adiknya, karena kemampuan Penulis tidak cukup hebat untuk bertanding dengan orang lain. Melalui platform ini, Penulis jadi belajar tentang metode summon yang baru-baru.

Pertama ada Synchro Summon, yang intinya membutuhkan monster Tuner untuk memanggilnya. Lalu tak lama ada juga XYZ Summon, yang intinya membutuhkan beberapa monster dengan level yang sama untuk digabungkan. Sampai sini masih bisa dipahami.

Nah, begitu masuk Pendulum Summon, Penulis memutuskan untuk mengangkat bendera putih. Penulis sudah tak mampu mengikutinya lagi. Apalagi sekarang ada Link Summon yang makin membuat Penulis malas untuk mengikuti permainan kartu Yu-Gi-Oh!.

Penutup

Yu-Gi-Oh! jelas telah mewarnai masa kecil dan remaja Penulis, baik lewat komik maupun permainan kartunya. Oleh karena itu, hingga sekarang pun Penulis sesekali masih menonton konten Yu-Gi-Oh! di internet sebagai obat kangen.

Apalagi, gara-gara Yu-Gi-Oh!-lah Penulis jadi menyukai permainan TCG (Trading Card Game). Ada banyak judul lain yang pernah Penulis mainkan, mulai dari Duel Monster, Magic: The Gathering, Hearthstone, Pokemon TCG, hingga Marvel Snap. Tentu, semuanya tidak ada yang benar-benar Penulis kuasai!

Oleh karena itu, Yu-Gi-Oh! selalu punya tempat spesial dalam hidup Penulis, meskipun sudah tidak pernah bermain atau mengikuti permainannya lagi. Mungkin suatu hari Penulis akan mencetak kartu Yu-Gi-Oh! sendiri untuk melawan deck Elemental Hero milik adiknya.


Lawang, 11 Juli 2024, terinspirasi setelah banyak menonton konten Yu-Gi-Oh!

Foto Featured Image: Yu-Gi-Oh!

Continue Reading

Anime & Komik

Saya Memutuskan untuk Mengoleksi Komik Dragon Ball Super

Published

on

By

Penulis merupakan penggemar Dragon Ball, makanya jangan heran jika dua minggu terakhir Penulis selalu menulis tentang seri ini. Namun, Penulis bukan penggemar hardcore yang rela menonton semua episode dari semua seri animenya dan semua film layar lebarnya.

Bahkan, seri Dragon Ball yang asli pun rasanya tidak semua episodenya Penulis tonton, karena Penulis lebih ke pembaca komik. Animenya Penulis sering menonton di televisi (dulu di Indosiar atau Animax), kalau komiknya sering pinjam atau baca versi digitalnya.

Oleh karena itu, Penulis cukup asing dengan seri Dragon Ball GT yang tidak memiliki versi komiknya, walau masih tahu sedikit alur cerita utamanya karena main Dragon Ball Budokai Tenkaichi 3.

Nah, beda cerita dengan seri Dragon Ball Super. Animenya diadaptasi dari manga, meskipun ada beberapa perubahan. Bahkan, cerita dari film Dragon Ball Z: Resurrection ‘F’ dan Dragon Ball Super: Broly tidak dimasukkan ke dalam komik, hanya disebutkan secara singkat.

Sempat Tak Tertarik, tapi…

Beerus dan Whis (X)

Awalnya Penulis cukup merasa malas untuk mengikuti cerita Dragon Ball Super, karena bagi Penulis kisah Dragon Ball ya berhenti ketika Goku mengajak Uub pergi dari turnamen Budokai Tenkaichi untuk berlatih bersama.

Apalagi, Dragon Ball Super memiliki banyak “keanehan” yang membuat Penulis mengangkat alisnya. Konsep Dewa Penghancur, Malaikat, multiverse, Patroli Galaksi, hingga kemunculan Zeno benar-benar terasa aneh dan melenceng dari core-nya Dragon Ball.

Plot hole tentang ke mana Beerus ketika semesta terancam masih bisa ditutupi dengan kenyataan Beerus yang sudah lama tertidur. Beda cerita dengan Patroli Galaksi, yang selama ini entah ke mana tak pernah menampakkan batang hidungnya tanpa ada penjelasan.

Namun, yang namanya penggemar Dragon Ball, ya, ujung-ujungnya Penulis ya mencoba untuk membaca manganya. Penulis mencoba membaca versi digitalnya, tapi berhenti setelah Tournament of Power Saga. Penulis merasa tidak worth it untuk lanjut membaca.

Namun, ketika mampir ke Gramedia Royal Plaza, Surabaya, entah mengapa Penulis tiba-tiba terdorong untuk membeli komiknya. Bisa jadi karena di hati kecilnya, Penulis merasa penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

Mengapa Jadi Tertarik?

Bardock (Fandom)

Penulis nyaris bersikap impulsif dengan ingin langsung membeli semuanya, dari volume 1 sampai 19. Namun, setelah beberapa pertimbangan, Penulis memutuskan untuk membeli satu arc dulu, yakni “Galactic Patrol Prisoner Saga” di mana Moro jadi villain utamanya.

Dua bulan kemudian, tahu-tahu Penulis sudah memiliki semua volumenya. Lengkap, dari volume 1 sampai 19. Penulis biasanya membeli per arc, jadi Penulis tidak melengkapinya sekaligus, tapi dibagi menjadi empat batch atau dua minggu sekali belanjanya.

Ternyata, jika mengabaikan segala keanehan yang tadi sudah disinggung, sebenarnya seru-seru saja membaca komik Dragon Ball Super. Terlebih “Galactic Patrol Prisoner Saga” dan “Granolah the Survivor Saga” yang memiliki beberapa bagian yang tidak tertebak

Salah satu upaya Dragon Ball Super agar diminati oleh penggemar lama Dragon Ball adalah dengan menghubungkan serinya dengan cerita utamanya. Seri tersebut berusaha memberikan penjelasan kepada cerita-cerita yang dulu belum sempat dijelaskan.

Contohnya adalah bagaimana kisah Dai Kaioo, yang di Dragon Ball diceritakan dimakan Buu, ternyata pernah bertarung melawan Moro. Selain itu, ada juga cerita tentang ayah Goku, Bardock (dalam bentuk flashback), yang sebelumnya hanya pernah muncul di film saja.

Meskipun kini sudah banyak komik digital yang bisa dibaca secara legal dan gratis, tetap saja sensasi membaca komik fisik itu berbeda. Apalagi, Dragon Ball Super juga tidak tersedia di aplikasi MangaPlus, tidak seperti Boruto dan My Hero Academia.

Penutup

Hingga tulisan ini tayang, volume terbaru dari Dragon Ball Super belum juga rilis. Padahal, konklusi dari “Granolah the Survivor Saga” ada di sana, sebelum berlanjut ke “Super Hero Saga” yang telah diangkat menjadi film.

Sebenarnya Penulis bisa saja membaca lanjutannya dengan membaca di internet. Akan tetapi, Penulis ingin merasakan sensasi menanti komik volume terbaru terbit seperti ketika masih kecil dulu. Kebahagiaan setelah penantian seperti itu terasa lebih membekas.

Setelah mengoleksi Dragon Ball Super, ada kemungkinan Penulis untuk lanjut mengoleksi komik. Ada beberapa yang sudah menjadi incaran, mulai dari Spy x Family, Naruto versi bundle, Detective Conan versi Premium, hingga seri Dragon Ball asli. Kita lihat saja nanti.


Lawang, 26 Juni 2024, terinspirasi setelah dirinya membeli semua komik Dragon Ball Super

Foto Featured Image: Siliconera

Continue Reading

Anime & Komik

Vegeta adalah Karakter Dragon Ball dengan Pengembangan Terbaik

Published

on

By

Sejak dulu, di Dragon Ball Penulis lebih memfavoritkan Vegeta daripada Goku. Waktu itu, Penulis sendiri tidak mengetahui alasan pastinya, mungkin karena Vegeta terlihat lebih keren saja dibandingkan Goku yang merupakan protagonis utama.

Saat dewasa, Penulis jadi menyadari kalau salah satu alasan Penulis lebih memfavoritkan Vegeta adalah karena ia memiliki pengembangan karakter (character development) yang sangat baik.

Perubahannya dari awal kemunculannya hingga saat ini benar-benar terasa, apalagi jika dibandingkan dengan Goku yang karakternya seolah tak pernah berubah sejak ia kecil: polos, naif, baik hati. Vegeta memiliki perjalanan hidup yang lebih kompleks.

Vegeta sang Bangsa Saiyan Tulen

Vegeta di Awal Kemunculannya (Planet Minecraft)

Kemunculan Vegeta terjadi saat Saiyan Saga, setelah Raditz berhasil dikalahkan oleh Goku dan Picollo. Ia berniat untuk menginvasi Bumi bersama Nappa demi mendapatkan Dragon Ball untuk mewujudkan impiannya untuk hidup abadi.

Sebagai bangsa Saiyan tulen, Vegeta sangat gemar bertarung dan selalu ingin menjadi yang terkuat di alam semesta. Oleh karena itu, ia cukup terkena mental ketika berhasil dikalahkan Goku dan kawan-kawan di Bumi.

Gagal mendapatkan Dragon Ball Bumi, Vegeta pun berusaha mengumpulkan Dragon Ball di planet Namek. Di saga ini, sifat sadis dan kejam Vegeta masih terlihat di mana ia membantai salah satu desa. Ia juga berusaha memanfaatkan Gohan dan Krilin untuk mencapai tujuannya.

Ketika Goku selalu berusaha menghindari membunuh lawannya, Vegeta bisa dengan dingin membunuh siapapun, yang bisa dilihat ketika ia menghabisi beberapa anggota Pasukan Ginyu di Namek.

Sifanya mulai terlihat lunak ketika ia merasa tak berdaya di hadapan Frieza, bahkan ia sampai menangis. Sebelum akhirnya dibunuh oleh Frieza, ia sampai memohon ke Goku untuk membalaskan dendam bangsa Saiyan yang planet dan rakyatnya dibunuh oleh Frieza.

Setelah Goku mengalahkan Frieza, Vegeta kembali dihidupkan dengan Dragon Ball dan justru jadi tinggal di Bumi, lebih tepatnya di tempat Bulma. Pada akhirnya, Vegeta justru menikah dengan Bulma dan seolah sah menjadi penduduk Bumi.

Mulai Menjadi Pelindung Bumi

Super Vegeta (Dual Shockers)

Saat Frieza yang ternyata belum mati datang ke Bumi untuk balas dendam, Vegeta ikut dalam rombongan yang ingin melindungi Bumi. Meskipun motivasinya saat itu belum jelas, bisa dilihat kalau ia sudah mulai mau berbaur dengan para petarung dari Bumi.

Lalu, ia melihat Future Trunks, yang ternyata bisa berubah menjadi Super Saiyan seperti Goku. Hal tersebut memotivasinya untuk bisa mencapai wujud Super Saiyan juga dan berhasil sekitar tiga tahun kemudian, walau tak lama kemudian ia dipermalukan oleh Android 18.

Meskipun sudah terlihat mulai berubah, sifatnya yang angkuh dan harga dirinya yang selangit masih terlihat. Ia juga terlihat sangat cuek dengan keluarganya, karena ia sama sekali tidak menolong Bulma dan bayi Trunks yang jatuh dari pesawat (yang menolong justru Future Trunks).

Namun, kita bisa menyimpulkan kalau itu ia lakukan bukan karena tidak peduli, melainkan karena ia memang tipe laki-laki tsundere saja yang tak bisa memperlihatkan perasaannya. Buktinya, ia marah besar ketika Future Trunks dibunuh oleh Cell.

Setelah Gohan berhasil mengalahkan Cell, Vegeta terlihat kesal dengan cara mati Goku yang mengorbankan diri saat Cell akan meledakkan diri. Vegeta, yang merasa kalah telak dari Goku dan Gohan, sampai berkata bahwa dirinya tidak akan bertarung lagi.

Selain itu, saat Future Trunks akan kembali ke linimasanya, Vegeta menyendiri di dekat pohon untuk melepas anaknya dari masa depan tersebut. Mereka hanya saling bertukar sapa singkat, tapi itu menggambarkan kalau perasaan Vegeta perlahan mulai melunak.

Bertarung Demi Melindungi Orang Lain

Vegeta Mengorbankan Dirinya Demi Melindungi Orang Lain (Fandom)

Kisah Vegeta di Buu Saga sedikit kompleks. Awalnya, ia mulai terbiasa dengan kehidupan Bumi-nya, termasuk melakukan latihan bersama anaknya, Trunks kecil. Bahkan, Vegeta berjanji akan membawanya ke taman hiburan jika Trunks berhasil mendaratkan pukulan ke wajahnya.

Namun, selanjutnya ia justru dengan sengaja dikuasai oleh Babidy dan menjadi Majin Vegeta. Sifat jahatnya sempat terlihat kembali, hingga Majin Buu bisa dilepaskan oleh Babidy. Majin Vegeta pun berusaha bertarung melawan Majin Buu, tapi ia bukan lawan yang sepadan.

Menyadari perbedaan kekuatan yang sangat jomplang, ia pun mengorbankan dirinya sendiri setelah memeluk Trunks dan menitipkan Bulma kepadanya. Hal ini bahkan sampai membuat Picollo terkejut, karena baru kali inilah Vegeta bertarung demi melindungi orang lain sampai sejauh itu.

Vegeta yang telah tewas akhirnya diberi keistimewaan dan dihidupkan lagi demi membantu mengalahkan Buu yang makin kuat. Bahkan, ia mau melakukan fusion dengan Goku meski awalnya segan. Semua ia lakukan demi melindungi orang-orang yang ia sayangi.

Menurut Penulis, puncak dari pengembangan karakter Vegeta adalah ketika Goku sedang berhadapan dengan Kid Buu di Dunia Kaioo. Seorang Vegeta, mengakui kalau Kakarot (nama asli Goku) adalah yang nomor satu.

Vegeta Menjadi Family Man

Vegeta Sebagai Seorang Ayah (Screen Rant)

Vegeta setelah seri Dragon Ball Z semakin bertransformasi menjadi family man. Di Dragon Ball GT misalnya, ia bahkan menghabiskan waktu bersama anak perempuannya, Bulla, bahkan rela memotong kumisnya karena anaknya tersebut tidak menyukainya.

Vegeta di awal Dragon Ball GT juga jarang terlihat bertarung, meskipun hal tersebut bisa dimaklumi karena cerita lebih banyak terjadi di luar angkasa. Ia baru terlihat sebagai petarung kembali ketika berubah menjadi Super Saiyan 4 dengan bantuan Bulma, sesuatu yang tidak akan dilakukan oleh Vegeta muda.

Tidak hanya itu, ketika berhadapan dengan Omega Shenron, ia juga yang punya inisiatif untuk melakukan fusion dance agar bisa mengalahkannya. Di sini, ia terlihat sudah membuang harga dirinya jauh-jauh demi hal yang lebih penting bagi dirinya: keluarganya.

Di seri Dragon Ball Super juga mirip. Bayangkan, Vegeta rela tidak latihan dan berpartisipasi di turnamen antarsemesta hanya karena ingin menemani Bulma melahirkan anak keduanya, Bulla. Vegeta juga terlihat senang mengendong Bulla, meksipun kesan tsundere-nya sangat terlihat.

Di komik, saat Vegeta sedang bertarung melawan Moro, Picollo mengakui perkembangan karakter Vegeta dari awal pertemuan mereka hingga saat ini, di mana Vegeta bertarung bukan demi dirinya sendiri, tapi demi melindungi Bumi.

Di Granolah the Survivor Saga, Vegeta juga terlihat ingin melakukan penebusan dosa karena bangsa Saiyan juga sempat menginvasi dan membunuh banyak penduduk planet lain. Mungkin semua pertarungan yang ia lakukan sekarang adalah demi menebus kesalahan-kesalahan di masa lalunya.

Mengingat Dragon Ball Super masih on-going dan Dragon Ball Daima akan rilis, kita masih menantikan apakah karakter Vegeta masih bisa berkembang menjadi lebih baik. Yang pasti, sampai sejauh ini, rasanya tak berlebihan jika menobatkan Vegeta sebagai karakter dengan pengembangan terbaik di seri Dragon Ball.


Lawang, 21 Juni 2024, terinspirasi setelah menyadari kalau Vegeta memiliki character development yang sangat baik

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan