Leon dan Kenji (Buku 1)
Chapter 17 Sejarah yang Dimiliki oleh Kenji
Dari semua mata pelajaran yang diajarkan, aku sering terheran dengan pelajaran sejarah. Keheranan ini berdasarkan materi yang diberikan, mulai SD hingga SMA sekarang, selalu mirip atau hanya diberi pengembangan sedikit. Selalu berawal dari kerajaan Hindu-Budha pertama, kerajaan Islam, penjajahan Belanda hingga kemerdekaan Indonesia. Padahal aku percaya bangsa kita memiliki sejarah yang lebih luas dari materi-materi ini. Sayang, aku tidak terlalu tertarik mendalami sejarah.
Namun keherananku hari ini menimbulkan pertanyaan baru. Ayah Kenji keturunan Jepang, lalu apakah peran keluarga Kenji ketika negara ini dijajah oleh negeri matahari terbit tersebut? Membuang rasa penasaran, istirahat jam kedua aku menghampiri bangkunya, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.
“Kenapa kamu tiba-tiba tertarik dengan hal itu Le?” tanya Kenji ketika aku memberi pertanyaan yang terngiang tadi.
“Hanya penasaran.”
“Iya, aku juga penasaran lo Kenji.” seseorang bergabung dalam percakapan, yang ternyata adalah Nita.
“Bukankah kamu lebih tertarik untuk belajar bahasa denganku Nita? Hahaha.” Kenji melontarkan leluconnya.
“Ya itu juga sih, tapi mengetahui sejarah keluargamu juga tidak kalah menarik kok.”
Aku duduk di bangku milik Ve, yang ditinggal pemiliknya ke kantin entah bersama siapa. Di kelas hanya tersisa kami bertiga ditambah Juna yang juga sama dengan diriku, jarang keluar kelas ketika istirahat.
“Baiklah jika kalian memaksa, aku akan menceritakan sejarah singkat keluargaku yang asli Jepang, hehe.”
Kenji baru saja akan memulai ceritanya, masuklah sang ratu drama, Rika, dan partner-ku dalam drama bahasa Inggris, Sica, ke dalam kelas. Semenjak drama itu, aku belum pernah lagi melakukan pembicaraan yang berarti dengannya. Atau memang aku tidak mengharapkannya?
“Wah, lagi-lagi pangeran kegelapan turun dari kastilnya, pasti ada sesuatu yang menarik di sini.” Rika langsung membaur dengan mulusnya.
“Si pangeran ingin mengetahui silsilah keluarga kerajaanku, wahai putri.” Kenji meladeni permainan drama dari Rika.
“Oh tidak, aku bukanlah putri, aku hanyalah rakyat jelata yang suka mengembara ke berbagai wilayah, wahai pemilik kekuatan yang tak terhingga.”
“Hihihi, kalian kok lucu sih? Jadi Kenji mau cerita apa nih?” tanya Sica kepada kami, mungkin merasa geli dengan adegan yang ada di depan matanya.
“Leon penasaran dengan keluargaku Sica, dan aku akan menceritakannya sekarang, atau Leon akan kehilangan kesabaran, hahaha.”
Maka dimulailah cerita Kenji.
***
“Kakekku sebenarnya adalah intel Jepang untuk daerah jajahan di wilayah Asia Tenggara. Ia sangat handal dalam melakukan tugasnya, hingga ia dapat meraih tanggung jawab yang besar di usianya yang masih muda. Sebelum perang Asia Pasifik, ayah sering bercerita kalau kakek beberapa kali membongkar kejahatan Yakuza di Jepang, sehingga ia dijuluki sebagai Yakuza Kujo-sha “Pembasmi Yakuza”. Karena kehebatan itulah ia dikirim ke Asia Tenggara untuk memberi informasi terkait bagaimana kondisi rakyat Indonesia.
“Kakek sebenarnya menolak tugas ini karena ia benci peperangan. Ia tidak ingin kemampuannya disalahgunakan untuk membunuh orang lain. Tapi kekaisaran Jepang berhasil membujuknya dengan mengatakan rakyat Jepang akan menderita apabila ia menolak tugas ini karena musuh bisa menyerang kapan saja, apalagi Amerika Serikat telah mendeklarasikan perang setelah serangan Pearl Harbour. Jepang membutuhkan banyak sumber daya untuk melindungi rakyatnya, dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, memiliki itu.
“Akhirnya dengan terpaksa kakekku, Takahashi Yasuda, berangkat menuju Indonesia, sekitar satu bulan setelah Jepang pertama kali mendarat di Tarakan. Ia ditempatkan di Surabaya, salah satu tempat strategis untuk dikelola. Berawal dari sanalah ia sering berkeliling Jawa, mencari segala informasi yang bisa membantu Jepang mempertahankan diri dari serangan musuh dan meraih simpati dari rakyat Indonesia.
“Namun semakin sering ia berkeliling, semakin ia yakin bahwa tujuan Jepang menjajah Indonesia tidak hanya sekedar mempertahankan diri dari musuh, melainkan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, melebihi kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan Jepang. Selain itu, di mana-mana ia melihat penyiksaan oleh tentara-tentara Jepang kepada pribumi. Setelah banyak mempertimbangkan, ia memutuskan untuk berbalik arah melawan negaranya sendiri. Ia akan berhenti menjadi intel untuk Jepang dan berjanji akan membantu Indonesia meraih kemerdekaannya, entah bagaimana caranya.
“Hal yang pertama ia lakukan adalah kabur dari markas. Ia merekayasa agar para tentara Jepang percaya bahwa ia telah diculik oleh tentara Belanda yang masih tersisa di Indonesia, karena ia tidak ingin tentara Jepang menginterograsi rakyat Indonesia. Setelah itu, ia menuju suatu tempat di Kediri, bersembunyi di dalam hutan, hingga menemukan desa yang agak terpencil. Di sana, meskipun terkendala bahasa, kakek bisa diterima.”
“Daerah tersebut, yang sayangnya aku tidak tahu namanya, bisa dibilang hampir tidak tersentuh selama penjajahan Jepang. Mungkin karena pendudukan Jepang hanya berlangsung sekitar tiga tahun. Penduduk di sana rata-rata bekerja sebagai petani dan maaf, kurang berpendidikan. Namun ada satu orang wanita yang diam-diam pernah belajar bahasa Belanda. Kakek juga pernah belajar bahasa Belanda karena penugasannya di Indonesia. Karena itu mereka berdua menjadi dekat dan akhirnya menikah. Kakekku pun juga mengucap kalimat syahadat agar dapat meminang nenekku. Ia juga mengubah namanya menjadi Arif, meskipun wajah Jepangnya tidak bisa ia ubah.
“Menjelang tahun 1945, kakekku memutuskan untuk membantu perjuangan Indonesia meraih kemerdekaannya. Akhirnya ia pun banting setir menjadi mata-mata untuk Indonesia. Ia keluar dari persembunyiannya, meninggalkan nenek di Kediri. Secara gerilya ia berusaha untuk bertemu dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memberikan berbagai informasi yang dapat membantu Indonesia meraih kemerdekaannya. Memang pada awalnya tidak banyak yang percaya dengan ucapannya, tapi semenjak banyak hal yang terbukti, ia mendapatkan kepercayaannya. Kakek berani melakukan ini karena seandainya ia ketahuan memberikan informasi kepada pihak musuh, ia bisa berkata bahwa ia dipaksa untuk melakukannya.
“Hal ini kakek lakukan terus hingga akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Kakek sangat senang karena bisa membantu Indonesia, meskipun hanya sedikit. Setelah mendengar kabar tersebut, ia kembali ke Kediri dan membawa pindah nenek ke Malang agar lebih dekat dengan peradaban. Kakek kembali sibuk membantu Indonesia ketika Belanda memulai agresinya dan sibuk ke sana ke mari untuk membantu negara kita mempertahankan kedaulatannya. Karena kesibukannya tersebut, kakek baru memiliki anak ketika usia pernikahan hampir mencapai 20 tahun, ketika ayahku lahir.
“Jadi, seperti itulah cerita bagaimana klan Yasuda bisa sampai tiga generasi hingga sekarang, hehe.” Kenji mengakhiri ceritanya yang luar biasa.
Kami semua terpana mendengar cerita Kenji barusan, seolah-olah sedang menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Kenji memang sangat pandai bercerita, menyajikan kisah yang sangat mudah divisualisasikan dalam bentuk imajinasi. Bahkan Rika yang sangat gemar berfantasi pun terlihat terperangah, seakan tak percaya cerita yang disampaikan adalah kisah nyata.
“Ceritamu bagaikan film Kenji, seperti mustahil untuk terjadi.” Sica yang pertama membuka mulut untuk memberikan respon.
“Haha, memang betul, tapi aku adalah bukti nyatanya Sica.”
“Aku rasa aku bisa mendapatkan inspirasi untuk novel baruku dari ceritamu Ken. Aku juga butuh belajar sejarah lebih banyak lagi.” Rika juga memberikan tanggapannya.
“Silahkan, aku akan siap menjadi narasumber.”
“Untunglah nenekmu bisa bahasa Belanda, bayangkan jika tidak, bisa-bisa kamu tidak ada.” Nita berkelakar dari sudut pandang bahasa yang menjadi perhatian utamanya.
Aku hendak memberikan tanggapanku ketika bel sekolah berbunyi sebagai tanda masuk, sehingga aku membatalkan apa yang mau kukatakan. Toh sebenarnya komentar dari tiga orang lainnya sudah cukup mewakili.
***
Pulang sekolah, aku menceritakan sejarah Kenji ke Gisel. Ia terlihat sangat antusias mendengar ceritaku, padahal aku tidak bisa bercerita sebaik Kenji. Tapi setidaknya, Gisel bisa memahami apa yang aku sampaikan.
“Kalau kakek dan nenek kita kira-kira ikut membantu Indonesia enggak ya kak?” tanya Gisel ketika aku selesai.
Aku terdiam mendengar pertanyaan ini karena memang aku kurang tahu mengenai hal itu. Seingatku sejak aku kecil, semua kakek dan nenekku baik dari pihak ayah maupun ibu sudah meninggal. Mungkin aku pernah bertemu ketika kecil, namun aku tidak ingat. Mungkin suatu saat aku akan menanyakan hal tersebut ke om Anton. Bisa saja sejarah keluargaku di masa lalu memiliki keterkaitan dengan sejarah yang dimiliki oleh Kenji.
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Karakter Lain (Terakhir)
Tulisan ini adalah bagian terakhir dari episode ektra novel Leon dan Keji. Di sini, penulis akan bercerita tentang karakter lain yang belum dijelaskan pada tulisan-tulisan sebelumnya.
Malik
Namanya penulis ambil dari musuh Yugi dari komik Yugioh (Marik jika dilihat dari animenya). Ia adalah kakak kelas Leon sekaligus mantan tetangganya. Ia juga bersekolah yang sama dengan Leon sejak SMP.
Malik adalah murid kesayangan guru dan idola banyak murid. Kemampuan otaknya yang cerdas, perilakunya yang santun, ditopang dengan paras yang rupawan membuatnya sering menjadi pusat perhatian.
Akan tetapi, Leon (dan Kenji) beranggapan bahwa semua itu hanyanya kamuflase semata. Di balik topeng ramahnya, Leon berasumsi bahwa Malik adalah orang yang licik dan egosentris. Mungkin Leon menganggap Malik seperti karakter Joker pada serial Batman.
Apakah dugaan Leon benar? Ataukah ternyata Malik memang benar-benar lain? Temukan jawabannya pada buku kedua Leon dan Kenji!
Para Kakak Pembimbing OSIS
Semua anggota OSIS yang penulis munculkan di novel ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Bahkan hingga namanya, walaupun tidak semua penulis ingat.
Dari semua anggota, yang paling menonjol adalah Aan yang pernah mengirim anggota gengnya untuk menghajar Leon karena sikapnya yang ngelamak. Ia juga tipikal orang pendendam dan suka tertawa di atas penderitaan orang-orang yang dibencinya.
Rudi dan Sinta
Keduanya adalah teman masa kecil Leon, yang satu teman SD dan yang satu lagi adalah teman bermain di masa kecilnya. Pertemuan tanpa sengaja mereka terjadi ketika Leon mengikuti kelas ektrakulikuler, di mana ia bertemu dengan Rudi, lantas bertemu dengan Sinta di kantin.
Keduanya memiliki peran besar bagi Leon untuk mengetahui bahwa dirinya secara perlahan bisa berdamai dengan masa lalu dan mencoba memperbaiki hubungan dengan teman-temannya di masa lalu, sesuatu yang dulu terhalang karena kekangan ayahnya.
Paman Anton
Dia adalah adik dari ayah Leon yang sukses bekerja sebagai pengusaha. Meskipun bersaudara, ia memiliki kepribadian yang berbeda 180 derajat. Paman Anton merupakan pribadi yang begitu hangat dan sangat menyayangi keluarga.
Istrinya telah meninggal karena kecelakaan, membuatnya menjadi single parent. Berstatus duda kaya tidak lantas membuatnya menikah lagi. Ia begitu mencintai istrinya sehingga mengurungkan niat untuk menikah lagi.
Sisi buruknya, ia jadi begitu memanjakan anaknya, Bondan, yang belum pernah penulis tampilkan di buku pertama. Pada akhirnya, Bondan menjadi begitu sombong dan gemar memandang rendah orang lain, termasuk kedua sepupunya, Leon dan Gisel.
Namanya sendiri dapat begitu saja, mungkin terinspirasi dari nama tetangga penulis.
Penutup
Bagaimakah kelanjutan kehidupan sekolah Leon? Apakah semuanya berjalan lancar tanpa masalah? Apakah Leon berhasil memecahkan surat misterius yang ia temukan beserta sebuah kotak yang terkunci dengan kombinasi lima angka?
Semua akan terjawab pada novel Leon dan Kenji Buku 2 yang akan rilis pada tanggal 3 Desember 2018. Stay tuned!
Kebayoran Lama, 19 November 2018
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Perempuan Kelas Akselerasi
Setelah para laki-laki, kini tiba saatnya bagi penulis untuk mendeskripsikan para perempuan lain penghuni kelas akselerasi selain Sica, Sarah, dan Rika. Seperti biasa, penulis akan menjelaskan darimana inspirasi nama mereka beserta karakteristik yang melekat pada mereka.
Andrea Putri Sudarwono
Sama seperti Rika, Andrea atau Dea merupakan karakter baru yang tidak ada di konsep awalnya. Dulu, penulis membuat seorang karakter wanita tomboy yang sama sekali tidak betah berada di kelas akselerasi karena paksaan orangtuanya.
Setelah menghilangkan David, pada akhirnya penulis memutuskan untuk mengubahnya menjadi saudara kembar Andra yang bernama Andrea (dulu bernama Arin). Sifat-sifat pada penokohan yang dulu penulis hilangkan, kecuali sifat tomboynya yang dipertahankan.
Karakternya kurang lebih sama seperti saudaranya. Ia lebih sering bermain bersama teman laki-laki berkat pengaruh Andra, sehingga tidak memiliki teman wanita yang dekat. Dea jago bermain basket dan memainkan drum.
Aqilla Sagita Danastri
Selanjutnya adalah Gita, yang namanya penulis ambil dari penyanyi favorit penulis ketika masa sekolah, Gita Gutawa. Akan tetapi, Gita yang satu ini tidak pandai menyanyi. Ia memiliki bakat menggambar yang luar biasa, mulai sketsa bangunan hingga sketsa wajah.
Tanpa disengaja, karakter ini mirip dengan karakter Gita yang bermain pada serial Cinta dan Rahasia yang diperankan oleh Taskya Namya, Kurang lebih, penulis membayangkan fisik Gita seperti dirinya.
Padahal, penulis menciptakan karakter Gita jauh sebelum serial tersebut tayang. Sungguh sebuah kebetulan yang menakjubkan sekaligus mengerikan.
Gita adalah seorang perempuan hitam manis yang memiliki alis tebal dan cenderung mudah emosi, seperti yang ditunjukkan di awal cerita ketika ia melempar air ke wajah Leon. Akan tetapi, Gita adalah seseorang yang begitu peka terhadap sekitarnya.
Kepekaannya terbukti dengan beberapa kali bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Leon. Contohnya, ia tahu bahwa Leon menyukai Sica atau tahu kapan dirinya lebih baik diam ketika melihat suasana hati Leon sedang buruk.
Elvina Yurina Zefina
Yuri, mungkin dari namanya bisa ditebak, terinspirasi dari salah satu karakter Girls’ Generation yang bernama sama. Penulis ambil nama tersebut karena masih terdengar Indonesia.
Ia adalah seorang perempuan yang memiliki masalah krisis kepercayaan diri. Ekonominya pas-pasan karena ibunya adalah seorang single parent yang memiliki usaha katering. Yuri kewalahan menghadapi ritme pelajaran di kelas akselerasi.
Untungnya, Kenji berinisiatif untuk mengadakan kelas tambahan sepulang sekolah, sehingga Yuri mampu mengejar ketertinggalannya. Terlebih lagi, semenjak itu ia menjadi lebih percaya diri, setidaknya di hadapan teman-teman kelas akselerasi.
Maroon Malvinanita
Karakter ini penulis bentuk sebagai wadah akan kesukaan penulis terhadap bahasa. Nita, yang namanya muncul begitu saja, adalah perempuan yang memiliki kelebihan dalam dunia bahasa.
Bahasa yang disukai oleh Nita bukanlah bahasa sastra seperti yang disukai oleh Rika, melainkan bahasa yang digunakan sehari-hari. Ketika masuk kelas akselerasi, ia sudah menguasai bahasa Inggris, Jepang, dan Prancis. Ia mulai mempelajari bahasa lainnya seperti Mandarin dan Belanda.
Pada buku pertama, belum terlalu terlihat bagaimana karakter seorang Nita, selain keingintahuannya yang besar akan bahasa.
Verena Nur Izora
Nama Verena penulis dapatkan sewaktu pesiapan ujian nasional SMA, ketika seorang gadis menjadi sampul buku latihan menghadapi Unas. Karena suka namanya, penulis memutuskan untuk menggunakan namanya untuk novel penulis.
Verena, atau Rena, adalah satu-satunya wanita yang berkerudung di kelas akselerasi. Ia adalah satu-satunya teman yang satu SMP dengan Leon di kelas.
Ia adalah seorang perempuan yang baik, hanya saja terkadang tidak pandai membaca situasi. Rena juga bisa berubah menjadi galak apabila melihat sesuatu yang salah, seperti yang digambarkan pada chapter 40.
Virginia Vanya Valora
Namanya yang berinisial VVV bukan terinspirasi dari klub bola asal Belanda, VVV Venlo, melainkan dari teman kuliah penulis yang memiliki inisial yang sama.
Vanya atau kerap dipanggil Ve (penulis juga punya teman SMA yang panggilannya Ve) adalah seorang wanita yang paling gemuk di antara wanita-wanita lain yang cenderung bertubuh mungil.
Meskipun begitu, Ve merupakan anak yang berhati emas. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan tidak pernah menyimpan dendam. Baginya, berbuat baik adalah fokus hidupnya, sehingga cita-citanya adalah menjadi seorang guru di daerah terpencil.
Kebayoran Lama, 10 November 2018
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Laki-Laki Kelas Akselerasi
Selain Leon dan Kenji, terdapat empat laki-laki yang menghuni kelas akselerasi: Andra, Bejo, Juna, dan Pierre. Mereka berempat lebih sering berperan sebagai figuran, namun di beberapa bagian penulis tunjukkan karakteristik mereka.
Andra Putra Sudarwono
Dulu, pada konsep awalnya, si kembar Sudarwono bersaudara sama-sama laki-laki, Andra dan David. Tapi, sewaktu penulis meninjau ulang, ternyata komposisi laki-laki di kelas akselerasi ini terlalu banyak, sehingga penulis memutuskan untuk mengganti salah satunya dengan perempuan.
Inspirasi karakter ini datang dari Fred dan George Weasley dari novel Harry Potter. Penulis menyukai karakter mereka yang ceria, jahil, sering berbicara secara bergantian dengan saudaranya, dan selalu berpikiran positif.
Kurang lebih seperti itulah Andra (dan kini bersama Dea). Andra adalah laki-laki yang selalu nampak bersemangat. Ia selalu berusaha memberikan energi positifnya kepada semua orang.
Nama Andra sendiri (mungkin) penulis dapatkan dari band Andra and the Backbone. Penulis tidak terlalu ingat, namun untuk nama keluarganya, penulis pelesetkan dari nama stiker timnas Indonesia, Budi Sudarsono.
Andra juga tidak segan berkonfrontasi dengan orang-orang yang ia anggap merusak suasana kelas. Hal ini ia tunjukkan pada bagian-bagian awal, ketika ia menantang Leon untuk berkelahi karena dianggap mengacau.
Ia juga tipe orang yang supel. Bahkan hanya dalam hitungan hari, ia sudah bisa menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Tidak muncul rasa canggung ketika ia berbicara dengan orang lain karena kepercayaan dirinya yang tinggi.
Akan tetapi, ia juga seorang pendendam. Pengeroyokan yang terjadi pada Leon ketika MOS adalah rencananya. Untungnya, sifat pendendamnya diimbangi dengan sifat pemaafnya. Memang kontradiktif, namun begitulah Andra.
Andra memiliki kecerdasan yang lumayan. Sayang, kecerdasan yang dimilikinya tidak ia gunakan di kelas. Hal ini menyebabkan ia harus turun ke kelas reguler bersama saudarinya.
Achmad Khrisna Subejo
Kalau yang satu ini, penulis lupa darimana inspirasinya. Mungkin, karena nama Bejo bernuansa pedesaan. Untuk nama tengahnya, terinspirasi dari salah satu tokoh pewayangan.
Sang ketua kelas akselerasi yang sangat bertanggungjawab dan melaksanakan tugasnya dengan agak terlalu berlebihan. Mungkin mirip dengan karakter Tenya Iida pada anime Boku No Hero Academia, meskipun penulis membuat karakter ini sebelum menonton anime tersebut.
Bejo adalah tipikal anak yang ingin membuktikan bahwa dirinya, meskipun anak desa, bisa sama dengan anak-anak yang tinggal di kota (meskipun tempat ia sekolah tidak termasuk kota).
Ia memiliki harga diri yang tinggi, Pembangkangan Leon di awal masa sekolah merupakan buktinya. Bejo merasa harga dirinya terluka karena tidak dihargai oleh teman satu kelasnya. Hal ini membuat ia menyimpan dendam, dan Bejo bukan tipe pemaaf seperti Andra.
Meskipun begitu, Bejo adalah laki-laki yang gentle dan pemberani. Ia tak segan mengakui kesalahannya ketika ia telah sadar, seperti ketika ia bertengkar dengan Leon sewaktu lomba futsal antar kelas.
Arjuna Wahyunara
Namanya terinspirasi dari chef Juna. Akan tetapi, karakternya yang lambat merespon penulis dapatkan dari Goo Ji-soo, salah satu peserta acara reality show Girls’ Generation and the Dangerous Boys.
Juna adalah anak yang cerdas, namun susah berkomunikasi karena otaknya butuh waktu sekitar 5 detik untuk menangkap informasi yang disampaikan secara lisan. Akan tetapi, ia memiliki daya ingat yang kuat ketika berhadapan dengan hal visual.
Apalagi, Juna adalah tipe orang yang pemalu dan minder, sehingga ia sangat jarang memulai percakapan dengan orang lain. Ia merasa dirinya akan membebani orang lain ketika ia berkomunikasi dengan mereka.
Untunglah Leon secara tidak sengaja berhasil menemukan metode untuk berinteraksi dengan Juna, sehingga mulai saat itu ia mulai bisa dekat dengan teman-teman yang lain, terutama Pierre.
Jean Xavier Pierre
Namanya memang norak, karena penulis masih duduk di bangku SMA ketika membuat nama ini. Namun penulis memutuskan untuk tidak mengubah namanya karena nama tersebut memiliki maknanya sendiri.
Pierre penulis dapatkan dari nama vokalis Simple Plan, Pierre Bouvier, yang penulis ketahui dari video klip When I’m Gone. Ternyata, setelah penulis tonton ulang video tersebut, terdapat nama Sarah. Mungkin justru dari inilah penulis mendapatkan ide nama Sarah.
Pierre merupakan tipe anak yang lebih senang berkutat dengan gawainya daripada dengan manusia. Dengan kacamatanya yang tebal, ia tak akan pernah merasa jemu mengutak-atik komputer maupun handphonenya.
Interaksinya dengan karakter utama hanya terjadi sekali ketika Leon membutuhkan saran untuk membeli handphone, sehingga karakteristik lainnya belum terlihat.
Kebayoran Lama, 5 November 2018
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #20: Modern Art
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #21: Century: Spice Road
-
Musik5 bulan ago
I AM: IVE
-
Anime & Komik5 bulan ago
Yu-Gi-Oh!: Komik, Duel Kartu, dan Nostalgianya
-
Musik5 bulan ago
Tier List Lagu-Lagu Linkin Park Versi Saya
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Orang Makan Orang
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan
-
Politik & Negara5 bulan ago
Pusat Data Nasional kok Bisa-Bisanya Dirasuki Ransomware…
You must be logged in to post a comment Login