Olahraga
Daftar Pemain Manchester United yang Ingin Saya Jual Musim Depan

Setelah mengalami musim yang cukup amburadul (Premier League finis di peringkat 8, juru kunci di babak grup Liga Champion), Manchester United (MU) setidaknya berhasil menutup musim dengan manis setelah menjuarai FA Cup pada hari Sabtu (25/5) kemarin.
Hasil ini semakin istimewa karena lawan yang dihadapi di babak final adalah Manchester City, tim tetangga yang baru berhasil mempertahankan gelar Premier League-nya sebanyak empat musim berturut-turut.
Walaupun kemenangan dan trofi ini berhasil membuat pendukung MU full senyum, Penulis merasa tim setan merah ini tetap perlu melakukan evaluasi dan perombakan besar-besaran terhadap skuadnya. Ada pemain yang layak dipertahankan, ada yang harus dilepas.

Jalannya Pertandingan Final FA Cup
Sebelum membahas mengenai siapa saja pemain MU yang perlu dipertahankan dan dilepas, Penulis ingin mengulas sedikit pertandingan final kemarin. Performa tim kemarin bisa dikatakan harus dijadikan bare minimum untuk setiap pertandingan yang dijalani MU.
Erik ten Hag kembali menggunakan formasi tanpa striker, di mana Bruno Fernandes dan Scott McTominay dipasang sebagai pemain lini depan. Di sisi City, Pep Guardiola menggunakan formasi 4-2-3-1, bukan 4-1-4-1 seperti yang sering ia terapkan musim ini.
Meskipun City menguasai penguasaan bola di awal pertandingan, MU berhasil menghasilkan peluang lebih banyak. Hasilnya, MU berhasil unggul melalui sontekan Alejandro Garnacho setelah memanfaatkan blunder yang dilakukan oleh Joško Gvardiol.
Setelah gol Marcus Rashford dianulir karena offside, MU berhasil memperlebar jarak berkat gol Kobbie Mainoo yang memanfaatkan assist Fernandes. Gol ini melalui proses teamwork yang rapi dan akurat.
Setelah unggul dua gol, praktis MU bermain lebih bertahan. Mengingat MU sering kena comeback yang menyakitkan, jujur Penulis sedikit merasa was-was dengan keunggulan ini. Apalagi, City terus menggempur pertahanan MU.
Jérémy Doku akhirnya berhasil memperkecil ketertinggalan di menit ke-87. Dengan tambahan waktu yang mencapai tujuh menit, tentu Penulis semakin tegang menyaksikan menit-menit terakhir pertandingan.
Untungnya, MU berhasil mempertahan keunggulan hingga peluit panjang berakhir. Ten Hag berhasil mempersembahkan trofi kedua untuk MU, yang membuat kursi kepelatihannya untuk sementara waktu bisa dibilang aman.
Daftar Pemain Manchester United yang Ingin Saya Pertahankan dan Lepas

Musim ini memang menjadi musim yang berat untuk MU. Selain karena performa tim yang inkonsisten, badai cedera yang tak habis-habis terus menghantui tim. Bisa dilihat ketika beberapa pemain kunci kembali bermain di final kemarin, MU bisa tampil lumayan bagus.
Para pemain juga terlihat lebih ngotot dan punya daya juang dalam bermain, tidak seperti beberapa pertandingan Premier League yang berakhir dengan hasil imbang atau bahkan kalah. Seperti inilah seharusnya MU bermain di setiap laganya.
Hingga artikel ini ditulis, setidaknya sudah ada dua pemain yang dipastikan akan meninggalkan tim karena kontraknya habis, yakni Raphaël Varane dan Anthony Martial. Belum diketahui siapa yang akan menyusul mereka berdua.
Lantas, siapa saja pemain MU yang layak untuk dipertahankan dan dilepas? Berikut opini Penulis selengkapnya:
Kiper
- André Onana -> Pertahankan: Terlepas dari banyaknya blunder di awal musim dan kebobolan total 83 gol (hanya 13 clean sheet) di semua pertandingan musim ini, performanya di beberapa pertandingan terakhir cukup luar biasa
- Altay Bayındır -> Lepas: Hanya bermain satu kali di FA Cup dan kebobolan dua gol, artinya sang pemain tidak mampu menghadirkan kompetisi untuk kiper utama
- Tom Heaton -> Lepas: Tidak pernah bermain satu kali pun, sehingga slotnya lebih baik diberikan untuk pemain akademi
Lini Pertahanan
- Lisandro Martínez -> Pertahankan: Meskipun kerap absen karena cedera, ia mampu menghadirkan perbedaan yang signifikan ketika bermain
- Harry Maguire -> Pertahankan: Setelah sering dihujat, mental bajanya mampu membuktikan bahwa ia layak untuk dipertahankan oleh tim berkat penampilannya yang impresif
- Victor Lindelöf -> Lepas: Sebagai pelapis, ia justru sering cedera, sehingga butuh mencari pemain pelapis yang lebih versatile
- Willy Kambwala -> Pertahankan: Diorbitkan ketika bek senior cedera semua, Kambwala mampu memberikan penampilan yang cukup oke sebelum akhirnya ikut cedera
- Jonny Evans -> Lepas: Usia tidak bisa berbohong, performanya kerap drop ketika dimainkan sebagai pelapis
- Luke Shaw -> Lepas: Punya potensi untuk menjadi bek kiri terbaik Inggris, Shaw terlalu sering berkutat dengan cedera
- Tyrell Malacia -> Lepas: Sempat menjanjikan di awal musim 2022/2023, Malacia malah harus absen satu musim penuh, sehingga layak untuk dilepas
- Diogo Dalot -> Pertahankan: Salah satu dari sedikit pemain MU yang passion dan work rate di lapangan patut diapresiasi
- Aaron Wan-Bissaka -> 50:50: Memiliki sisi defensif yang lebih baik dari Dalot, tapi kurang dalam penyerangan, bisa dipertahankan untuk menjadi pelapis Dalot
Lini Tengah
- Scott McTominay -> 50:50: Salah satu pemain akademi yang permainannya cukup inkonsisten, sering mencetak gol tapi kerap salah dalam memberikan passing
- Casemiro -> 50:50: Butuh pengalaman dan senioritasnya, tapi ketika di lapangan sering terlihat bermain tanpa passion dan asal-asalan
- Sofyan Amrabat -> 50:50: Oke sebagai pemain pelapis, walau terkadang bermain dengan buruk, mungkin bisa dipermanenkan dari Fiorentina sebagai pelapis
- Kobbie Mainoo -> Pertahankan: Pemain masa depan MU yang harus dipertahankan
- Christian Eriksen -> Lepas: Usia membuat performa Eriksen sudah menurun cukup jauh, bahkan tidak cukup untuk menjadi sekadar pelapis
- Bruno Fernandes -> Pertahankan: Kapten tim yang walau kadang terlihat “cengeng,” passion dan work rate untuk tim di atas pemain lainnya
- Mason Mount -> Lepas: Pembelian scam terbesar musim ini, total hanya bermain sebanyak 756 menit (setara 9 match)
Lini Depan
- Marcus Rashford -> Lepas: Sering terlihat malas ketika bermain, performanya musim ini sangat jauh dibandingkan musim kemarin dengan hanya mencetak 8 gol di semua kompetisi
- Alejandro Garnacho -> Pertahankan: Salah satu aset paling berharga di tim saat ini, memiliki potensi untuk berkembang di masa depan
- Antony -> Lepas: Hanya mencetak tiga gol dan dua assist di semua kompetisi, level permainan Antony sepertinya memang tidak untuk klub sebesar MU
- Amad Diallo -> Pertahankan: Mampu bermain lebih baik dibandingkan Antony, setidaknya mampu menjadi pelapis yang cukup baik untuk tim
- Rasmus Højlund -> Pertahankan: Berhasil mencetak 16 gol di semua kompetisi di musim debutnya bersama MU, Højlund layak untuk dipertahankan sebagai ujung tombak tim
Berdasarkan opini di atas, MU jelas membutuhkan banyak pemain baru di semua lini, terutama bek kiri, gelandang tengah sebagai pendamping Mainoo, dan striker sebagai backup Højlund. Kedalaman skuad menjadi salah satu masalah MU di musim ini.
Semoga saja raihan piala FA ini bisa menjadi momentum yang baik bagi MU untuk menyongsong musim selanjutnya. Penulis percaya pada proses, dan walaupu musim ini berantakan, semoga saja musim selanjutnya MU bisa lebih baik lagi.
Lawang, 26 Mei 2024, terinspirasi setelah mengevaluasi penampilan Manchester United selama musim ini
Foto Featured Image: The Independent
Olahraga
Tergelincirnya Para Rookie F1 di Balapan Debut Mereka

Formula 1 (F1) akhirnya mulai kembali, di mana Australia menjadi venue pertama seperti yang sudah sering terjadi. Menariknya, entah ingatan Penulis yang salah atau gimana, balapan di Australia tahun ini terjadi lebih awal, yakni pukul 11:00 WIB.
Musim 2025 ini memang sering dianggap “nanggung” karena ini adalah musim terakhir sebelum peralihan ke musim 2026 dengan regulasi baru. Namun, dari balapan pertama ini, rasanya musim ini cukup seru untuk dinikmati.
Di tengah guyuran hujan yang labil (bahkan sinar matahari sempat terlihat di tengah-tengah hujan), Lando Norris berhasil meraih kemenangan kelima sepanjang kariernya. Kemenangan ini terasa istimewa, mengingat banyaknya “drama” yang terjadi sepanjang balapan.
Beda Nasib Para Rookie di Balapan Debut

Salah satu hal yang membuat musim 2025 terasa seru adalah banyaknya kehadiran para rookie baru. Meskipun beberapa sudah pernah mencicipi kursi F1, baru di musim inilah mereka hadir dengan status pembalap utama untuk satu musim penuh.
Daftar para pembalap rookie musim ini adalah:
- Andrea Kimi Antonelli – Mercedes
- Jack Doohan – Alpine
- Isack Hadjar – Racing Bulls
- Liam Lawson – Red Bull
- Gabriel Bortoleto – Sauber
- Oliver Bearman – Haas
Dari nama-nama di atas, ada beberapa nama yang tidak asing seperti Lawson yang menggantikan Daniel Ricciardo di tengah musim 2024 dan Bearman yang sempat menggantikan Carlos Sainz di Ferrari ketika ia harus menjalani operasi usus buntu.
Lantas, bagaimana debut para pembalap rookie di atas? Sayangnya berjalan kurang baik karena mayoritas dari mereka gagal finis! Sirkuit yang basah tampaknya memang menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.
Dimulai dari Hadjar yang harus selip ketika Formation Lap. Iya, bahkan ketika balapan belum mulai, ia sudah harus tersingkir dari balapan! Hal tersebut tampaknya sangat melukainya, karena beberapa kali ia tertangkap kamera sedang menangis setelah insiden tersebut.
Ketika balapan akhirnya diulangi, di lap pertama Doohan juga menyusul! Menariknya, ketika Safety Car keluar, Sainz yang kini membela William juga terpelintir. Ini menunjukkan bahwa pembalap senior pun kesulitan untuk balapan di Albert Park siang tadi.
Menjelang balapan, ada dua nama yang menyusul, yakni Bortoleto dan Lawson, yang sama-sama tergelincir. Artinya, hanya ada dua nama rookie yang berhasil finis, yakni Bearman dan Antonelli. Bearman pun hanya bisa finis di peringkat terakhir (14).
Untuk kasus Antonelli bisa dibilang sedikit unik. Ia menjalani kualifikasi yang tidak begitu baik, sehingga harus tercecer di peringkat 16. Walaupun ia berhasil naik perlahan, tapi ia terlihat kesulitan untuk bisa sekadar menembus 10 besar.
Nah, entah bagaimana, ketika terjadi chaos yang mengakibatkan keluarnya Safety Car untuk ketiga kalinya, si Antonelli ini tiba-tiba bisa merangkak naik ke peringkat empat! Sempat terkena penalti lima detik, pada akhirnya penalti tersebut dicabut oleh FIA.
Tentu mendapatkan 12 poin di debut merupakan prestasi yang bisa dibanggakan oleh Antonelli, apalagi jika melihat para rekan sejawatnya yang banyak tergelincir. Namun, ini masih balapan pertama, jadi rasanya kita belum bisa nge-judge mereka.
Performa Super dari Lando Norris

Selain membicarakan para rookie, yang tak kalah seru adalah balapan itu sendiri. Apresiasi harus diberikan kepada Lando Norris yang, walau mengaku sering melakukan kesalahan, berhasil mempertahankan posisinya hingga akhir balapan.
Selama ini, Norris kerap dicap kurang tenang dan tak bisa menghadapi tekanan. Apalagi di cuaca hujan seperti tadi siang, tentu kita ingat bagaimana “tragisnya” ia ketika menolak untuk masuk pit dan akibatnya mobilnya tergelincir keluar arena.
Namun, ia berhasil membuktikan bahwa ia telah berkembang dan menjadi lebih dewasa. Performanya patut diacungi jempol, apalagi jika melihat rekan setimnya Oscar Piastri yang juga sempat terpeleset walaupun berhasil kembali dan finis di peringkat ke-9.
Sejujurnya, Penulis menjagokan Piastri untuk menang di balapan kali ini. Apalagi, ini adalah balapan kandangnya, sehingga kemenangan di sana pasti akan menjadi kado manis untuk para penggemar F1 di sana. Tak apa, masih ada musim depan, mengingat kontraknya di McLaren juga baru diperpanjang.
Hilangnya Dominasi Red Bull

Nah, di belakang Norris ada Max Verstappen sang juara bertahan. Sejak pra-musim, kita sudah mendapatkan feeling kalau ia dan Red Bull tak akan segahar musim-musim sebelumnya. Namun, yang namanya Verstappen, meskipun mobilnya bobrok sekalipun masih bisa minimal podium.
Kebobrokan mobil Red Bull bisa dilihat dari performa Lawson, yang di babak kualifikasi hanya bisa berhasil mendapatkan posisi ke-18. Bahkan, banyak jokes yang beredar kalau Lawson hanya second account dari Sergio Perez! Namun, ini kan baru balapan pertama.
Banyak yang menuding kalau ini terjadi karena sejak dulu, Red Bull terlalu Verstappen-sentris. Jadi, kecuali Red Bull menemukan pembalap yang memiliki gaya balap seperti Verstappen, maka hasilnya akan selalu njomplang seperti ini.
Memang, Verstappen adalah salah satu talenta terbaik yang pernah ada di F1. Tak ada yang meragukan kemampuannya, sehingga keputusan Red Bull untuk menganakemaskannya bisa dimaklumi. Namun, jika Red Bull ingin juara konstruktor, mereka butuh dua pembalap yang mampu konsisten menyumbang poin.
Ferrari yang Masih Lawak

Selain banyaknya rookie, salah satu yang membuat musim 2025 menjadi menarik adalah kehadiran Sir Lewis Hamilton yang berpindah tim ke Ferrari. Tentu banyak fans Ferrari dan Hamilton yang ingin melihat mereka menjadi juara musim ini.
Namun, kenyataannya ternyata tak seindah harapan. Di balapan pertamanya saja, mereka kembali melawak. Yang paling lucu tentu saja interaksi antara Charles Leclerc dan timnya di radio, ketika ia mengeluhkan adanya genangan air di dalam cockpit-nya.
Untuk memahami konteksnya, bisa dilihat di bawah ini:
- Charles Leclerc: “Ini ada bocor nggak, ya?”
- Engineer: “Bocor apaan?”
- Charles: “Lah, kokpit gue penuh air, bro!”
- Engineer: “Hmm… mungkin aja air.”
- Charles: “Mantap. Tambahin deh yang ini ke daftar kata-kata bijak.”
Kita bisa merasakan bagaimana sarkasme dilontarkan oleh Leclerc kepada timnya. Mengingat ia sudah cukup lama bersama Ferrari, tampaknya kesabarannya sudah benar-benar terlatih untk menghadapi hal lucu yang dilakukan oleh timnya.
Hamilton pun menjalani debutnya bersama Ferrari dengan kurang baik. Ia stuck di barisan tengah dan beberapa kali menyampaikan keluhan terhadap mobilnya. Bahkan di akhir balapan, ia disalip oleh Piastri dan harus puas finis di peringkat ke-10.
Mari Kita Komentari Juga yang Lain

Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa hal yang menarik untuk dibahas. Pertama, Mercedes yang berpotensi untuk menjadi kuda hitam di musim ini. Selain debut Antonelli yang cemerlang, performa George Russel sepanjang balapan juga konsisten sehingga bisa meraih podium.
Sainz harus menjalani debut yang buruk bersama tim barunya setelah ia harus mengakhiri balapan lebih cepat. Untungnya, Alexander Albon berhasil meraih poin krusial dengan finis di peringkat ke-5.
Nasib sial harus diterima oleh Yuki Tsunoda dari Racing Bulls. Setelah berhasil menjaga posisinya di peringkat 5-6, ia harus mengakhiri balapan tanpa poin setelah chaos yang terjadi menjelang akhir balapan.
Selain itu, Nico Hulkenberg dari Kick Sauber juga perlu diapresiasi karena dengan menggunakan mobil yang katanya paling buruk di sirkuit, ia berhasil meraih 6 poin setelah finis di posisi ke-7.
***
Dengan hasil ini, untuk sementara McLaren berada di peringkat pertama dengan 27 poin. Mercedes berada di bawahnya dengan poin yang sama, disusul oleh Red Bull, William, Aston Martin, Kick Sauber, Ferrari, Alpine, Racing Bulls, dan Haas.
Minggu depan, balapan akan berlangsung di China jam 2 siang. Tentu menarik untuk melihat persaingan para rookie dan pembalap lainnya. Musim 2025 masih panjang, dan tampaknya tidak akan menjadi musim yang membosankan.
Lawang, 16 Maret 2025, terinspirasi setelah menonton GP Australia tadi siang
Foto Featured Image: PlanetF1
Olahraga
Saya Memutuskan Puasa Nonton MU di Bulan Puasa

Tak lagi menjadi korban bully, kini penggemar Manchester United (MU) sudah ditahap dikasihani oleh penggemar tim lain. Tanpa dihujat pun, tim ini memang terlihat sedang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Terbaru, MU tersingkir dari kompetisi FA Cup setelah kalah adu penalti melawan Fulham. Tentu ini menambah derita tim yang sedang terseok-seok di liga, di mana mereka sedang berjuang keras untuk menghindari zona degradasi.
Iya, Pembaca tidak salah baca: MU sedang berjuang agar tidak terdegradasi. Saat tulisan ini dibuat, MU masih tertahan di peringkat 14 dengan 33 poin. Memang saat ini masih berjarak 16 poin dari Ipswich Town di peringkat 18, tapi kekhawatiran itu benar-benar ada.
Performa Hancur Lebur, Degradasi Mengintai

Di akhir tahun, MU terlihat menjanjikan saat berhasil menang atas rival sekota, Manchester City, dengan skor 2-1. Dari sana muncul optimisme, yang dengan segera dihancurkan oleh para pemain MU sendiri.
Di tiga pertandingan selanjutnya, MU takhluk dari semua lawannya, mulai dari Bournemouth (0-3), Wolverhampton (0-2), hingga Newcastle (0-2). Bisa dilihat, bagaimana MU seolah lupa cara mencetak gol ke gawang lawan.
Sempat berhasil menahan imbang calon juara Premier League musim ini dan menang 3-1 atas Southampton, MU kembali kalah saat berjumpa dengan Brighton & Hove Albion (1-3). Setelah itu MU kembali kalah saat berjumpa dengan Crystal Palace (1-2) dan Tottenham (0-1).
Di sela-sela rentetan kekalahan tersebut, MU hanya berhasil menang saat berjumpa dengan Fulham, bahkan nyaris kalah saat menang melawan Ipswich Town (3-2) dan imbang melawan Everton (2-2).
Statistik menunjukkan bahwa MU tidak pernah bisa meraih kemenangan secara beruntun! Selain itu, paling lama MU unbeaten hanya empat laga. Sebagai perbandingan, Liverpool telah unbeaten tanpa putus hingga 24 laga yang masih berlanjut hingga sekarang!
Dengan telah tersingkirnya MU di FA Cup, maka harapan gelar MU yang tersisa musim ini hanyalah Europe League. Namun, dengan performa yang ditunjukkan belakangan ini, Penulis merasa pesimis tim ini bisa meraih gelar. Tidak degradasi di liga pun sudah syukur.
Salah Amorim yang Memaksakan Filosofinya?

Dalam 27 laga yang telah dilakoni oleh MU musim ini di liga, mereka baru bisa meraih 9 kemenangan dan harus menelan 12 kekalahan. Iya, jumlah kekalahan MU lebih banyak dari kemenangannya di musim ini, yang menjadi salah satu alasan rendahnya peringkat mereka di klasemen.
Kedatangan Ruben Amorim yang menggantikan Erik Ten Hag sempat membawa harapan baru, tapi dengan cepat harapan tersebut pudar. Ia bahkan menjadi pelatih dengan raihan poin terendah setelah era Sir Alex Ferguson, di mana 13 pertandingan pertamanya ia hanya berhasil mendapatkan 14 poin.
Sebagai perbandingan, Ole Gunnar Solkjaer di 13 pertandingan pertamanya berhasil meraih 32 poin. Jose Mourinho, yang sebelumnya menjadi yang terburuk, masih bisa meraih 20 poin. Bahkan Erik Ten Hag berhasil mendapatkan 23 poin.
Banyak yang berpendapat kalau Amorim terlalu memaksakan filosofinya ke skuad MU, yang mungkin tidak cocok dengan pemain yang ada sekarang. Ini beda dengan Arne Slot di Liverpool, yang berusaha meramu strategi sesuai kondisi tim pasca-ditinggal Jurgen Klopp.
Amorim memang membawa filosofi 3-4-2-1 yang ia gunakan sejak melatih Sporting Lisbon. Di atas kertas, strategi tersebut memang membawa pendekatan yang menarik. Akan tetapi, mungkin para pemain MU terlalu lama bermain dengan formasi empat bek, sehingga penyesuaiannya pun sangat lama.
Namun, menurut Penulis, kesalahan tidak semata-mata di tangan pelatih. Para pemain MU juga kerap terlihat kurang bersemangat dan kurang motivasi ketika bermain. Apalagi, lini penyerangan MU benar-benar buruk, terutama jika melihat statistik dari dua strikernya.
Lini Penyerangan yang Mandul

Lebih parahnya lagi, MU mengalami defisit gol karena baru mencetak 33 gol dan telah kebobolan 39 kali. Tak hanya pertahanan yang kerap melakukan blunder tak perlu (di mana Andre Onana sering disorot), lini penyerangan pun mandul tak karuan.
MU punya dua striker utama, Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee. Tahu berapa jumlah gol yang telah mereka cetak musim ini di liga? Zirkzee baru mencetak tiga gol, sedangkan Hojlund bahkan baru dua gol.
Top scorer MU justru diraih oleh Bruno Fernandes, yang notabene berposisi sebagai gelandang, dengan enam gol. Amad Diallo sejatinya juga menjadi andalan karena sama-sama mencetak enam gol, tapi sayangnya ia sedang cedera.
Dua pemain tersebut memang jadi motor utama serangan MU, karena juga mencatatkan jumlah assist yang tinggi. Fernandes menyumbang tujuh assist, sedangkan Diallo mencatatkan enam assist. Tidak ada pemain lain yang mendekati statistik mereka berdua.
Tentu ini data yang bisa dibilang cukup memalukan. Ambil contoh Mohamed Salah dari Liverpool. Bayangkan, ia sudah mencetak 25 gol dan 17 assist di musim ini! Tak heran kalau banyak yang menjagokan ia menang Ballon d’Or musim ini, apalagi jika sampai berhasil membawa Liverpool juara Premier League dan Champions League.
Bahkan Erling Haaland, di mana klubnya sempat mengalami puasa kemenangan yang cukup panjang, masih berhasil mencetak 20 gol musim ini ditambah 3 assist. Bahkan bek City, Josko Gvardiol, telah mencetak lebih banyak gol dari Hojlund dan Zirkzee dengan lima gol!
Entah mengapa berapa lama kedua striker ini puasa gol. Yang jelas, Penulis juga memutuskan untuk puasa menonton MU selama bulan puasa. Takutnya, Penulis jadi sering marah-marah gara-gara nonton MU yang mainnya enggak karuan seperti sekarang.
Apalagi, setelah ini MU akan berhadapan dengan Arsenal, sehingga Penulis harus bersiap-siap dikirimi chat berisikan “WKWKWKWKWKWKWK” dari teman Penulis yang merupakan fans Arsenal.
Lawang, 4 Maret 2025, terinspirasi setelah memutuskan berhenti berlangganan Vidio untuk sementara waktu
Foto Featured Image: Goal.com
Sumber Artikel:
Olahraga
Apakah Manchester United Benar-Benar Telah Menjadi Klub Terkutuk?

Minggu kemarin benar-benar minggu yang melelahkan bagi penggemar Manchester United (MU). Setelah berhasil mengalahkan Manchester City dengan skor 2-1, MU justru kembali melawak di dua pertandingan selanjutnya.
Selain kalah dengan skor 3-4 dari Tottenham Hotspurs (sekaligus mengakhir laju MU di EFL Cup), MU juga baru saja dihabisi 0-3 oleh Bournemouth. Yang lebih menyakitkan, kekalahan telak ini terjadi di kandang MU, Old Trafford.
Sejak pergantian pelatih dari Erik Ten Hag ke Ruben Amorim, banyak optimisme yang muncul di penggemar. Ungkapan “tsunami trofi” pun mulai berdatangan lagi. Sayangnya, terbukti kalau MU tetaplah MU yang dulu, mau siapa pun pelatihnya.
Ada Perubahan Pola Permainan, tapi ya Begitulah

Jika melihat permainan MU di bawah Amorim, sebenarnya asa itu memang ada. Setelah lama melihat permainan MU yang tak berpola, akhirnya Amorim perlahan bisa menerapkan filosofi 3-4-2-1 yang ia terapkan di klub sebelumnya.
Meskipun hasilnya tak selalu positif, setidaknya ada progres dalam permainan MU. Para pemain lebih sering melakukan pressing, berusaha menjaga area dengan baik, melakukan ancaman-ancaman ke gawang lawan, dan lain sebagainya. Permainan MU (akhirnya) bisa dinikmati.
Selain itu, Amorim tak ragu untuk melakukan rotasi pemain, sesuatu yang jarang dilakukan di era Ten Hag. Walau hasilnya kadang mengecewakan (seperti performa Altay Bayindir ketika melawan Tottenham), setidaknya ini menunjukkan keberanian Amorim.
Amorim juga tak segan-segan untuk mencoret pemainnya jika dianggap tidak mampu perform. Marcus Rashford, yang pada era Ten Hag seolah menjadi anak emas, sudah tiga pertandingan beruntun tidak dimasukkan ke dalam line up.
Dari banyak poin plus tersebut, sayangnya hasil yang diperoleh MU sejak ditangani oleh Amorim tidak terlalu baik. Dalam sembilan laga yang telah dijalani di seluruh kompetisi, MU hanya berhasil meraih hasil 4 menang, 1 seri, dan 4 kekalahan.
Di kala lini penyerangan sudah mulai membaik (terutama berkat performa Amad Diallo), lini pertahanan perlu disorot karena sudah kebobolan 17 kali. Entah formasi Amorim yang memang rentan diserang, atau pemain MU saja yang tak bisa melakukan intruksi pelatih.
Tentu hal ini sangat disayangkan, apalagi ketika Manchester City tengah terpuruk dengan hanya meraih satu kemenangan dalam 12 laga terakhirnya (di mana 9 di antaranya berakhir dengan kekalahan). Alhasil, istilah “Manchester is clown” pun mulai bermunculan.
Apa yang Salah dengan Manchester United?

Sampai di titik ini, Penulis (dan rasanya mayoritas pendukung lainnya) sudah berada di titik bingung apa yang salah dengan klub ini. Apakah karena julukannya setan merah, sehingga membuat klub ini menjadi terkutuk?
Sejak perginya Sir Alex Ferguson, sudah banyak sekali pelatih yang mencoba menangani MU. Polanya selalu sama, di mana ada fase bulan madu dan fase kehancuran. Entah bagaimana dengan Amorim nanti, tapi sejauh ini tanda-tandanya kurang baik.
Memang, formasi dan gaya permainan MU yang diterapkan oleh Amorim benar-benar berbeda dari pelatih-pelatih sebelumnya, sehingga membutuhkan adaptasi. Namun, rasanya para penggemar sudah terlalu lama “menderita” hingga lebih dari satu dekade.
Apalagi, kita bisa melihat kalau Arne Slot bersama Liverpool dan Enzo Maresca bersama Chelsea bisa langsung nyetel. Bahkan di klasemen Liga Inggris saat ini, kedua tim berada di posisi kedua berkat penampilan konsisten mereka.
Penulis memberikan apresiasi kepada Liverpool yang harus diakui berhasil tampil luar biasa. Meskipun tak mendapatkan tambahan banyak pemain, Slot mampu meracik skuadnya menjadi skuad pemenang. Korban terakhir mereka adalah Tottenham, yang dibantai 6-3.
Mengapa mereka bisa langsung nyetel dengan klub barunya? Penulis juga tidak tahu. Secara kualitas skuad, harusnya tidak berbeda jauh. Namun, secara hasil dan peringkat di liga hasilnya benar-benar jauh.
Entah apa yang akan terjadi di masa depan. Tentu Penulis berharap Amorim berhasil menemukan solusi dari permasalahan yang sudah terlalu mengakar di klub ini. Akan tetapi, di sisi lain, rasanya Penulis sudah pesimis dan menganggap kalau klub ini memang sudah terkutuk.
Foto Featured Image: Rayo
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Filsafat Kebahagiaan
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca The Book of Everyday Things
-
Renungan5 bulan ago
Bagaimana Manusia Diperbudak oleh Ciptaannya Sendiri
-
Anime & Komik5 bulan ago
Ai Haibara adalah Karakter Favorit Saya di Detective Conan
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #28: Point City
-
Olahraga4 bulan ago
Apakah Manchester United Benar-Benar Telah Menjadi Klub Terkutuk?
-
Sosial Budaya5 bulan ago
Mengapa Tidak Pernah Ada Istilah “Laki-Laki Independen”?
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #27: Here to Slay
You must be logged in to post a comment Login