Connect with us

Olahraga

Daftar Pemain Manchester United yang Ingin Saya Jual Musim Depan

Published

on

Setelah mengalami musim yang cukup amburadul (Premier League finis di peringkat 8, juru kunci di babak grup Liga Champion), Manchester United (MU) setidaknya berhasil menutup musim dengan manis setelah menjuarai FA Cup pada hari Sabtu (25/5) kemarin.

Hasil ini semakin istimewa karena lawan yang dihadapi di babak final adalah Manchester City, tim tetangga yang baru berhasil mempertahankan gelar Premier League-nya sebanyak empat musim berturut-turut.

Walaupun kemenangan dan trofi ini berhasil membuat pendukung MU full senyum, Penulis merasa tim setan merah ini tetap perlu melakukan evaluasi dan perombakan besar-besaran terhadap skuadnya. Ada pemain yang layak dipertahankan, ada yang harus dilepas.

Jalannya Pertandingan Final FA Cup

Sebelum membahas mengenai siapa saja pemain MU yang perlu dipertahankan dan dilepas, Penulis ingin mengulas sedikit pertandingan final kemarin. Performa tim kemarin bisa dikatakan harus dijadikan bare minimum untuk setiap pertandingan yang dijalani MU.

Erik ten Hag kembali menggunakan formasi tanpa striker, di mana Bruno Fernandes dan Scott McTominay dipasang sebagai pemain lini depan. Di sisi City, Pep Guardiola menggunakan formasi 4-2-3-1, bukan 4-1-4-1 seperti yang sering ia terapkan musim ini.

Meskipun City menguasai penguasaan bola di awal pertandingan, MU berhasil menghasilkan peluang lebih banyak. Hasilnya, MU berhasil unggul melalui sontekan Alejandro Garnacho setelah memanfaatkan blunder yang dilakukan oleh Joško Gvardiol.

Setelah gol Marcus Rashford dianulir karena offside, MU berhasil memperlebar jarak berkat gol Kobbie Mainoo yang memanfaatkan assist Fernandes. Gol ini melalui proses teamwork yang rapi dan akurat.

Setelah unggul dua gol, praktis MU bermain lebih bertahan. Mengingat MU sering kena comeback yang menyakitkan, jujur Penulis sedikit merasa was-was dengan keunggulan ini. Apalagi, City terus menggempur pertahanan MU.

Jérémy Doku akhirnya berhasil memperkecil ketertinggalan di menit ke-87. Dengan tambahan waktu yang mencapai tujuh menit, tentu Penulis semakin tegang menyaksikan menit-menit terakhir pertandingan.

Untungnya, MU berhasil mempertahan keunggulan hingga peluit panjang berakhir. Ten Hag berhasil mempersembahkan trofi kedua untuk MU, yang membuat kursi kepelatihannya untuk sementara waktu bisa dibilang aman.

Daftar Pemain Manchester United yang Ingin Saya Pertahankan dan Lepas

Pemain Masa Depan MU yang Harus Dipertahankan (Goal)

Musim ini memang menjadi musim yang berat untuk MU. Selain karena performa tim yang inkonsisten, badai cedera yang tak habis-habis terus menghantui tim. Bisa dilihat ketika beberapa pemain kunci kembali bermain di final kemarin, MU bisa tampil lumayan bagus.

Para pemain juga terlihat lebih ngotot dan punya daya juang dalam bermain, tidak seperti beberapa pertandingan Premier League yang berakhir dengan hasil imbang atau bahkan kalah. Seperti inilah seharusnya MU bermain di setiap laganya.

Hingga artikel ini ditulis, setidaknya sudah ada dua pemain yang dipastikan akan meninggalkan tim karena kontraknya habis, yakni Raphaël Varane dan Anthony Martial. Belum diketahui siapa yang akan menyusul mereka berdua.

Lantas, siapa saja pemain MU yang layak untuk dipertahankan dan dilepas? Berikut opini Penulis selengkapnya:

Kiper

  • André Onana -> Pertahankan: Terlepas dari banyaknya blunder di awal musim dan kebobolan total 83 gol (hanya 13 clean sheet) di semua pertandingan musim ini, performanya di beberapa pertandingan terakhir cukup luar biasa
  • Altay Bayındır -> Lepas: Hanya bermain satu kali di FA Cup dan kebobolan dua gol, artinya sang pemain tidak mampu menghadirkan kompetisi untuk kiper utama
  • Tom Heaton -> Lepas: Tidak pernah bermain satu kali pun, sehingga slotnya lebih baik diberikan untuk pemain akademi

Lini Pertahanan

  • Lisandro Martínez -> Pertahankan: Meskipun kerap absen karena cedera, ia mampu menghadirkan perbedaan yang signifikan ketika bermain
  • Harry Maguire -> Pertahankan: Setelah sering dihujat, mental bajanya mampu membuktikan bahwa ia layak untuk dipertahankan oleh tim berkat penampilannya yang impresif
  • Victor Lindelöf -> Lepas: Sebagai pelapis, ia justru sering cedera, sehingga butuh mencari pemain pelapis yang lebih versatile
  • Willy Kambwala -> Pertahankan: Diorbitkan ketika bek senior cedera semua, Kambwala mampu memberikan penampilan yang cukup oke sebelum akhirnya ikut cedera
  • Jonny Evans -> Lepas: Usia tidak bisa berbohong, performanya kerap drop ketika dimainkan sebagai pelapis
  • Luke Shaw -> Lepas: Punya potensi untuk menjadi bek kiri terbaik Inggris, Shaw terlalu sering berkutat dengan cedera
  • Tyrell Malacia -> Lepas: Sempat menjanjikan di awal musim 2022/2023, Malacia malah harus absen satu musim penuh, sehingga layak untuk dilepas
  • Diogo Dalot -> Pertahankan: Salah satu dari sedikit pemain MU yang passion dan work rate di lapangan patut diapresiasi
  • Aaron Wan-Bissaka -> 50:50: Memiliki sisi defensif yang lebih baik dari Dalot, tapi kurang dalam penyerangan, bisa dipertahankan untuk menjadi pelapis Dalot

Lini Tengah

  • Scott McTominay -> 50:50: Salah satu pemain akademi yang permainannya cukup inkonsisten, sering mencetak gol tapi kerap salah dalam memberikan passing
  • Casemiro -> 50:50: Butuh pengalaman dan senioritasnya, tapi ketika di lapangan sering terlihat bermain tanpa passion dan asal-asalan
  • Sofyan Amrabat -> 50:50: Oke sebagai pemain pelapis, walau terkadang bermain dengan buruk, mungkin bisa dipermanenkan dari Fiorentina sebagai pelapis
  • Kobbie Mainoo -> Pertahankan: Pemain masa depan MU yang harus dipertahankan
  • Christian Eriksen -> Lepas: Usia membuat performa Eriksen sudah menurun cukup jauh, bahkan tidak cukup untuk menjadi sekadar pelapis
  • Bruno Fernandes -> Pertahankan: Kapten tim yang walau kadang terlihat “cengeng,” passion dan work rate untuk tim di atas pemain lainnya
  • Mason Mount -> Lepas: Pembelian scam terbesar musim ini, total hanya bermain sebanyak 756 menit (setara 9 match)

Lini Depan

  • Marcus Rashford -> Lepas: Sering terlihat malas ketika bermain, performanya musim ini sangat jauh dibandingkan musim kemarin dengan hanya mencetak 8 gol di semua kompetisi
  • Alejandro Garnacho -> Pertahankan: Salah satu aset paling berharga di tim saat ini, memiliki potensi untuk berkembang di masa depan
  • Antony -> Lepas: Hanya mencetak tiga gol dan dua assist di semua kompetisi, level permainan Antony sepertinya memang tidak untuk klub sebesar MU
  • Amad Diallo -> Pertahankan: Mampu bermain lebih baik dibandingkan Antony, setidaknya mampu menjadi pelapis yang cukup baik untuk tim
  • Rasmus Højlund -> Pertahankan: Berhasil mencetak 16 gol di semua kompetisi di musim debutnya bersama MU, Højlund layak untuk dipertahankan sebagai ujung tombak tim

Berdasarkan opini di atas, MU jelas membutuhkan banyak pemain baru di semua lini, terutama bek kiri, gelandang tengah sebagai pendamping Mainoo, dan striker sebagai backup Højlund. Kedalaman skuad menjadi salah satu masalah MU di musim ini.

Semoga saja raihan piala FA ini bisa menjadi momentum yang baik bagi MU untuk menyongsong musim selanjutnya. Penulis percaya pada proses, dan walaupu musim ini berantakan, semoga saja musim selanjutnya MU bisa lebih baik lagi.


Lawang, 26 Mei 2024, terinspirasi setelah mengevaluasi penampilan Manchester United selama musim ini

Foto Featured Image: The Independent

Olahraga

Asa Mclaren Rebut Gelar Juara dari Red Bull Terhadang Papaya Rules

Published

on

By

Ketika Formula 1 memasuki awal musim 2024, banyak penggemar yang menginginkan musim ini di-skip saja dan langsung masuk ke musim 2025. Alasannya jelas, karena Max Verstappen dan Red Bull begitu mendominasi.

Bayangkan, dalam 10 balapan pertama, Verstappen berhasil memenangkan tujuh di antaranya. Kemenangan Verstappen hanya berhasil direbut oleh Carlos Sainz (GP Australia), Lando Norris (GP Miami), dan Charles Leclerc (GP Monaco).

Namun, dalam enam balapan terakhir, Verstappen dan Red Bull terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan, pesaing terdekat mereka, Lando Norris dan Mclaren, terlihat mulai mendekat dengan sangat cepat.

Penurunan Performa Red Bull dan Potensi Kehilangan Gelar Juara

Verstappen dan Red Bull Pusing (GPblog)

Dalam enam balapan terakhir, pemenangnya cukup bervariasi. Mercedez berhasil mendapatkan tiga kemenangan, mulai dari “rezeki tak ke mana” George Russel di GP Austria, kemenangan emosional Hamilton di GP Inggris dan giveaway di GP Belgia

Selain Mercedes, Mclaren juga sering berhasil merebut kemenangan di GP Belanda melalui Norris dan kemenangan awkward Oscar Piastri di GP Hungaria. Terbaru, Leclerc berhasil mendapatkan kemenangan keduanya musim ini di GP Italia dengan gemilang.

Puasa kemenangan hingga enam balapan membuat posisi Verstappen di puncak klasemen mulai goyang. Meskipun dalam enam balapan tersebut ia konsisten masuk setidaknya enam besar, selisih poinnya dengan Norris menipis hingga tinggal 62 poin saja.

Norris sendiri cukup kompetitif dan mobil Mclaren memang sedang kencang-kencangnya. Setelah insiden di GP Austria yang membuatnya DNF, ia berhasil naik podium empat kali dari lima kesempatan. Tiga di antaranya berhasil di atas Verstappen.

Klasemen konstraktor malah lebih tipis lagi. Saat ini, selisih antara Red Bull dan Mclaren hanya tersisa 8 poin! Salah satu faktor pendukungnya adalah performa Sergio Perez yang benar-benar anjlok, di saat duo Mclaren sama-sama konsisten di papan atas.

Yups, Piastri sendiri cukup mampu mengimbangi performa Norris. Dalam enam balapan terakhir, ia selalu konsisten masuk ke empat besar. Di klasemen, ia sekarang berada di posisi empat, selisih 44 poin dengan Norris di peringkat dua.

Nah, normalnya dalam Formula 1, tim akan memiliki pembalap prioritas yang (biasanya) dipilih berdasarkan siapa yang di klasemen lebih berpeluang untuk juara. Kita sudah sering melihat hal ini, seperti Ferrari di era Michael Schumacher atau Red Bull di era Sebastian Vettel.

Masalahnya, tampaknya Mclaren tidak menyukai team order seperti itu dan memutuskan untuk menerapkan Papaya Rules, yang intinya mempersilakan kedua pembalapnya untuk bersaing secara sehat selama tidak merugikan tim.

Mclaren yang Ogah Terapkan Team Order

Mclaren Harusnya Prioritaskan Norris (F1)

Lho, bukannya bagus karena menjunjung tinggi sportivitas? Jawabannya bisa benar, bisa salah. Bagi Mclaren yang terakhir kali juara pembalap pada tahun 2008 melalui Lewis Hamilton, bisa jadi itu keputusan yang salah.

Mclaren seolah sudah terlalu lama menjadi tim papan tengah, sehingga terkesan tidak siap ketika mereka memiliki kesempatan untuk menjadi juara baik dari segi pembalap maupun konstraktor. Padahal, saat ini mereka telah memiliki mobil yang sangat mumpuni.

Norris sendiri telah lama “mengabdi” untuk Mclaren sejak musim 2016, sehingga sangat masuk akal jika ia menjadi pembalap prioritas. Piastri yang baru bergabung musim lalu pun pasti bisa menerima keputusan tim, apalagi statusnya sebagai rookie.

Jika Mclaren tidak bisa memberi ketegasan kepada kedua pembalapnya, bisa-bisa justru akan merusak keharmonisan tim yang bisa berakibat lepasnya gelar juara. Norris bisa saja merasa kesal karena tidak diprioritaskan dan tidak mendapatkan bantuan dari Piastri.

Di sisi lain, Norris pun harus bisa meningkatkan performanya. Musim ini ia berhasil mendapatkan empat Pole Position, tapi tiga kali ia gagal mengonversinya menjadi kemenangan akibat buruknya start yang ia lakukan.

Idealisme yang dimiliki oleh Mclaren memang bagus, tapi rasanya kurang cocok diterapkan jika risikonya adalah membuat Norris harus mengubur mimpinya untuk menjadi juara dunia. Selisih poinnya dengan Verstappen benar-benar tipis, dengan delapan sirkuit tersisa.

Untuk gelar juara konstruktor mungkin relatif bisa direbut, mengingat bagaimana anjloknya Perez dan penurunan performa yang dialami oleh Red Bull. Sungguh, tak salah apabila Mclaren melakukan Asa Mclaren Rebut Gelar Juara dari
Red Bull Terhadang Papaya Rules

untuk memastikan gelar juara dunia pembalap diraih oleh Norris.


Sumber Featured Image: F1

Continue Reading

Olahraga

Kemenangan Perdana yang Awkward Bagi Oscar Piastri di Formula 1

Published

on

By

Penulis selalu menyukai jika ada pembalap Formula 1 (F1) yang berhasil meraih kemenangan perdananya. Di musim ini, Penulis sangat berharap kalau Oscar Piastri dari McLaren berhasil meraih kemenangan perdananya, setelah penampilan konsistennya di musim lalu.

Apalagi, musim 2024 juga seru karena dalam 12 balapan yang telah berlangsung, sudah ada enam pembalap berbeda yang berhasil menjadi juara. Tentu menarik jika ada pembalap ketujuh yang berhasil menjadi juara, apalagi yang belum pernah seperti Piastri.

Nah, harapan tersebut ternyata terwujud pada hari ini (21/7) ketika Piastri berhasil menjuarai GP Hungaria. Namun, kemenangan tersebut menjadi terasa awkward karena kesalahan strategi yang dilakukan oleh timnya.

Hampir Terulangnya Peristiwa Multi 21 oleh McLaren

Untung Saja Tidak Ribut (PlanetF1)

Sejak babak kualifikasi, McLaren sudah terlihat akan mendominasi GP Hungaria, karena Lando Norris dan Oscar Piastri berhasil start dari posisi 1-2. Di belakang mereka ada Max Verstappen dari Red Bull, yang entah mengapa mobilnya selama beberapa balapan terakhir terlihat underperform.

Balapan sudah terlihat akan “kacau” sejak tikungan pertama, karena Norris kehilangan posisinya saat berduel dengan Verstappen. Piastri pun berhasil mengambil alih pimpinan balapan selama berlap-lap.

“Drama” dimulai ketika sesi pit kedua, di mana McLaren memutuskan untuk meminta Norris untuk pit terlebih dahulu. Alasannya, agar Norris bisa menahan laju Lewis Hamilton dan mengamankan kemenangan Piastri.

Masalahnya, sebenarnya jarak Hamilton dengan para pembalap McLaren sebenarnya masih relatif jauh, sehingga muncul kesan kalau memang tim menginginkan Norris yang menang demi bisa mendekat ke Verstappen.

Benar saja, saat Piastri pit, Norris berhasil mengambil alih pimpinan balapan. Ia seolah berhasil melakukan strategi undercut untuk menyalip rekan setimnya sendiri. Alhasil, radio tim McLaren pun menjadi penuh drama setelah kejadian ini.

Di radio, tim meminta Norris untuk memberikan kembali posisi pertama kepada Piastri, mungkin karena menyadari kesalahan strategi yang tidak menguntungkan Piastri yang sejatinya sudah mengemudi dengan baik sepanjang balapan.

Norris awalnya tampak enggan, apalagi pace-nya jauh lebih cepat dari Piastri karena jaraknya sempat mencapai 7 detik. Namun, di tiga lap terakhir, akhirnya Norris menuruti team order tersebut dan memberikan kemenangan perdana bagi Piastri.

Kemenangan Pertama Jadi Terasa Awkward (SuperSport)

Kemenangan ini pun terasa sedikit awkward bagi Piastri. Di radio setelah finis, ia terdengar kurang bersemangat dan langsung meminta maaf! Mungkin ia sendiri merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi, karena sepertinya ia adalah tipe orang yang gak enakan.

Sorry, I made this all a lot more painful than it needed to be,” ungkap Piastri di radio begitu berhasil finis di posisi pertama.

Norris pun bisa dibilang tidak bersalah sama sekali. Ia hanya melakukan tugasnya sebagai pembalap untuk memacu kendaraannya sekencang mungkin. Apalagi, ia juga sedang mengejar Verstappen mati-matian untuk menjadi juara musim ini.

Kesalahan murni terdapat pada strategi McLaren, yang seharusnya memasukkan Piastri ke pit terlebih dahulu sebelum Norris. Untungnya, Norris bisa menahan egonya dan menuruti perintah tim, tidak seperti Verstappen beberapa tahun lalu.

Keputusan Norris mungkin bijaksana, mengingat musim 2024 masih berjalan setengah. Bisa jadi di balapan-balapan selanjutnya, Norris membutuhkan “jasa” Piastri untuk bisa membantunya mengejar poin yang dimiliki oleh Verstappen.

Kejadian seperti ini pun membuat kita teringat pada peristiwa “Multi 21” antara Mark Webber dan Sebastian Vettel. Saat itu, Vettel disuruh mengalah dan membiarkan Webber menang, tapi perintah tersebut diabaikan oleh Vettel dan membuat hubungannya dengan Webber memanas.

Beberapa Rekor Setelah GP Hungaria

GP yang Rasanya Campur Aduk (Business Today)

Oscar Piastri berhasil mencatatkan namanya sebagai pembalap ke-115 sepanjang sejarah F1 yang berhasil keluar menjadi juara. Raihan ini menjadi lebih istimewa karena kemenangan ini berhasil ia raih di musim keduanya di F1.

Rasanya, keputusan untuk menerima pinangan McLaren dibandingkan Alpine menjadi keputusan terbaik yang pernah diambil oleh Piastri dalam hidupnya. Bisa dibayangkan seandainya ia debut untuk Alpine, kemenangan perdanya di F1 tidak akan ia raih secepat ini.

Meskipun kemenangan perdananya terasa awkward, sebenarnya Piastri sangat layak mendapatkan kemenangan ini. Ia yang terlihat selalu kalem berhasil memberikan penampilan yang konsisten selama ini, sehingga memang tinggal menunggu waktu saja hingga ia meraih kemenangan perdananya.

Piastri berhasil menjadi pembalap ketujuh yang berhasil menang di musim ini, setelah Max Verstappen, Carlos Sainz, Lando Norris, Charles Lelcrec, George Russel, dan Lewis Hamilton. Hal seperti ini terakhir terjadi pada musim 2012 silam.

Selain kemenangan Piastri, Lewis Hamilton juga berhasil mencuri perhatian dengan meraih podium ke-200 sepanjang kariernya dengan meraih podium ketiga. Ia berhasil melalui pertarungan yang keras dari Verstappen, yang terlihat kembali ke mode default-nya.

Semoga saja keseruan F1 musim ini akan terus berlanjut di balapan-balapan selanjutnya, di mana Verstappen dan Red Bull tidak lagi terlalu mendominasi. Tentu menarik dinanti apakah akan ada pembalap lain yang bisa menang balapan.


Lawang, 21 Juli 2024, terinspirasi setelah menonton GP Hungaria

Foto Featured Image: F1

Continue Reading

Olahraga

Lewis Hamilton Buktikan Bahwa Dirinya Belum Habis

Published

on

By

Ketika nonton Formula 1 (F1), salah satu tanda kalau balapannya membosankan bagi Penulis adalah ketika dirinya sering mengecek HP. Nah, di British GP yang baru saja usai malam ini (7/7), Penulis hampir tidak pernah mengecek HP sama sekali karena memang seru balapannya!

Dari awal balapan hingga finis, ada saja momen yang membuat kita merasa kalau hasil balapan akan berbeda. Bayangkan saja, total ada lima pembalap berbeda yang pernah memimpin jalannya balapan.

Pada akhirnya, Lewis Hamilton berhasil memutus puasa kemenangannya sejak yang terakhir ia raih pada tahun 2021 silam. Tidak hanya itu, Hamilton juga berhasil mencetak beberapa rekor baru yang rasanya akan sulit untuk dikejar oleh pembalap lain di masa depan.

Momen-Momen Seru di British GP

Banyak Momen yang Seru (Planet F1)

Masing-masing pembalap memiliki momen serunya sendiri di British GP, walau ada yang harus bernasib apes. Adanya hujan yang mampir sebentar menjadi salah satu faktornya, walau ada faktor lain seperti rusaknya mobil atau kesalahan strategi.

George Russel (Mercedes) contohnya, yang sejatinya berhasil meraih pole position dan start dari posisi terdepan. Namun, posisinya sempat tersalip oleh Hamilton dan Norris. Lebih apesnya lagi, mobilnya mengalami masalah pada water system sehingga harus DNF.

Lando Norris (McLaren) pun demikian. Sempat di atas angin dan memimpin balapan cukup lama, keputusannya untuk menggunakan ban Soft setelah hujan berakibat fatal. Bukan hanya tak mampu mengejar Hamilton di depan, ia justru berhasil disalip oleh Verstappen.

Omong-omong soal Max Verstappen (Red Bull), meneer Belanda ini memang edan. Sepanjang balapan, ia terlihat kesulitan dengan mobilnya hingga tercecer ke posisi 5, bahkan hampir saja disalip oleh Sainz.

Namun, namanya juga Verstappen, ia berhasil membalikkan keadaan setelah hujan. Memutuskan untuk menggunakan ban Hard, kecepatan Verstappen sangat gila. Selain berhasil menyalip Norris, Verstappen juga terus memotong jaraknya dengan Hamilton. Seandainya lap masih tersisa banyak, Verstappen akan keluar menjadi juaranya.

Verstappen bersaing ketat dengan Oscar Piastri (McLaren) untuk mencatakan fastest lap. Di lap-lap terakhir, mereka saling bergantian mencatatkan waktu fastets lap, walaupun plot twist-nya justru Carlos Sainz (Ferrari) yang berhasil meraihnya di lap terakhir.

Piastri sendiri cukup bernasib apes. Keputusan McLaren untuk tidak melakukan double stack (pit dua mobil sekaligus) seperti Mercedes membuatnya banyak kehilangan waktu karena menggunakan ban kering di sirkuit basah.

Namun, nasib Piastri tidak seburuk Sergio Perez (Red Bull) dan Charles Lelcrec (Ferrari) yang seolah menjadi “tumbal” timnya. Bagaimana tidak, mereka mendapatkan ban Intermediate lebih awal dan akibatnya balapan mereka menjadi tidak karuan.

Sejujurnya Penulis merasa heran dengan performa amburadul dari Perez. Bukannya membaik, perfomanya justru makin menurun setelah menandatangani kontrak baru dengan Red Bull. Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin kontraknya akan diputus.

Terakhir sebelum masuk ke menu utama tulisan ini, apresiasi juga perlu diberikan kepada Nico Hulkenberg (Haas) yang berhasil finis di posisi ke-6 secara dua kali beruntun. Ia berhasil menjaga duo Aston Martin di belakangnya dan membuat posisi Haas di klasemen semakin mendekat ke RB Honda RBPT.

Lewis Hamilton sang Legenda Hidup yang Belum Habis

Lewis Hamilton (RaceFans)

Sekarang kita masuk ke menu utamanya: Lewis Hamilton. Pembalap dengan gelar Sir ini mampu menjalani balapan yang rapi tanpa kesalahan. Kemenangan yang ia raih di British GP ini seolah membuktikan kalau ia, yang akan pindah ke Ferrari musim depan, masih belum habis.

Kemenangan ini juga terasa sangat emosional bagi Hamilton. Setelah melewati bendera finis, ia menangis bahkan setelah memarkirkan mobilnya di dekat paddock. Ia kembali menangis ketika dipeluk oleh ayahnya, yang selalu setia memberikan support untuk anaknya.

Hal tersebut wajar saja, karena Hamilton yang merupakan juara dunia tujuh kali telah cukup lama absen meraih podium tertinggi. Bayangkan, kemenangan terakhirnya ia dapatkan pada Saudi Arabia GP pada tahun 2021. Artinya, sudah 2,5 tahun ia tak memenangkan balapan.

Kemenangan ini terasa lebih manis karena setidaknya ada dua rekor baru yang tercipta. Pertama, Hamilton memperpanjang rekor total kemenangannya menjadi 104 kemenangan. Sebagai informasi, Verstappen saat ini telah meraih 61 kemenangan. Apakah sang meneer berhasil melewati rekor tersebut? Mari kita nantikan saja.

Rekor yang kedua adalah Hamilton berhasil menjadi pembalap dengan kemenangan terbanyak di satu sirkuit. Total, ia telah berhasil menang di sirkuit Silverstone sebanyak 9 kali. Rekor ini bisa bertambah di Hungarian GP yang akan datang, karena Hamilton sudah menang 8 kali di sana.

Penulis tidak pernah menjadi penggemar Hamilton. Namun, kemenangan yang emosional ini berhasil membuat Penulis ikut merasa senang untuk Hamilton. Tentu tak mudah bagi seorang yang terbiasa menang untuk terus melihat orang lain meraih kemenangan.

Meskipun rasanya sulit untuk melihat ada pembalap lain yang bisa menggusur Verstappen dari puncak klasemen pembalap, setidaknya balapan musim ini lebih seru dan menarik jika dibandingkan dengan musim 2023 kemarin yang terlalu didominasi oleh Red Bull.

Meskipun Verstappen telah menang 8 dari 12 balapan yang sudah digelar, hingga British GP sudah ada lima pembalap berbeda yang telah meraih kemenangan musim ini. Selain Verstappen, ada Lelcrec, Norris, Russel, dan terbaru Hamilton. Semoga saja setelah Hamilton, akan ada pembalap lain yang berhasil menjadi juara.


Lawang, 7 Juni 2024, terinspirasi setelah menonton British GP yang seru dan tidak membosankan

Foto Featured Image: The Mirror

Sumber Artikel:

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan