Connect with us

Pengalaman

Pengalaman Melamar Kerja di Mainspring Technology

Published

on

Dulu, penulis berjanji dengan dirinya sendiri untuk menulis pengalamannya melamar kerja di Mainspring Technology ketika sudah genap satu tahun bekerja di sana.

Tanggal 17 Oktober 2019 kemarin adalah harinya, meskipun harus mendapat kado pahit karena salah satu teman kantor harus resign di hari yang sama.

Oleh karena itu, silakan dibaca bagaimana pengalaman penulis melamar kerja di kantor ini dan diterima.

Kenapa Melamar Kerja di Mainspring Technology?

Seperti yang sudah pernah penulis singgung pada artikel-artikel sebelumnya, penulis memutuskan untuk tetap tinggal di Jakarta setelah menyelesaikan tugasnya sebagai volunteer Asian Games 2018. Penulis ingin mencoba peruntungan di ibu kota ini.

Oleh karena itu, dengan menumpang rumah tante penulis memutuskan untuk menerapkan metode brute force dalam mencari pekerjaan. Tak memandang apa perusahaannya, penulis lamar.

Ada beberapa bidang yang penulis masuki, seperti content writer, social media specialist, editor, hingga marketing communication. Dengan pengalaman kerja formal yang minim, penulis nekat untuk mencoba.

Salah satu yang penulis coba adalah Mainspring Technology sebagai content writer. Ketika penulis membaca deskripsi pekerjaannya, ternyata perusahaan ini yang memiliki situs jalantikus.com.

Penulis sudah tahu situs tersebut sejak zaman kuliah, ketika dirinya pernah diajak untuk membuat startup di bidang media juga. Sayang, startup tersebut hanya bertahan satu tahun.

Panggilan Wawancara Pertama

Penulis baru mendapatkan undangan untuk melakukan tes dan wawancara di Gandaria 8 Office Tower pada tanggal 24 September 2018.

Untungnya, sebelumnya penulis sudah pernah ke Gandaria City untuk menghadiri acara pameran pendidikan, sehingga tidak menemukan kendala mencari lokasi.

Penulis tentu menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan, seperti CV dan fotokopi ijazah. Penulis juga mencantumkan beberapa portfolio tulisan penulis di Whathefan.

Di sana, penulis diminta untuk datang ke lantai 9. Setelah menunggu beberapa lama, penulis mengerjakan tes IQ yang sudah sering penulis temui bersama beberapa orang yang juga melamar dengan jenis lowongan yang berbeda.

Setelah itu, penulis dipanggil untuk melakukan wawancara bersama dua orang HRD, yakni Iqbal dan Tya. Penulis ditanya beberapa macam pertanyaan, mulai pengetahuannya tentang teknologi hingga gawai yang digunakan.

Selepas proses wawancara, penulis diberitahu untuk menunggu kabar selanjutnya jika memang lolos akan mendapatkan panggilan lagi untuk wawancara. Penulis juga mendapatkan tugas untuk mengerjakan artikel seputar teknologi.

(Ketika penulis sudah masuk kerja, kak Tya bercerita bahwa sebenarnya dirinya tidak ingin meloloskan penulis karena dianggap minim pengalaman. Tapi, mas Iqbal mengatakan ia ingin mencoba meloloskan karena blog Whathefan yang penulis miliki!)

Panggilan Wawancara Kedua

Karena tak kunjung mendapatkan panggilan lagi, penulis mulai merasa frustasi. Apalagi, sudah satu bulan penulis menumpang di rumah tante sehingga merasa tidak enak.

Bahkan, di awal bulan Oktober penulis sempat berpikir untuk pulang terlebih dahulu hingga mulai mencari tiket pesawat. Untungnya, penulis mendapatkan panggilan wawancara di Penerbit Bestari pada tanggal 4 Oktober2018.

Kenapa untung? Karena seandainya penulis tidak mendapatkan panggilan tersebut, kemungkinan penulis sudah membeli tiket pulang ke Malang dan melewatkan panggilan wawancara kedua di Mainspring Technology pada tanggal 5 Oktober 2018.

(Tuhan memang selalu memiki cara untuk menunjukkan jalan)

Berbeda dengan wawancara pertama, kali ini penulis melakukan wawancara di lantai 22. Di sana, penulis bertemu dengan seorang HRD (yang kelak penulis kenal dengan nama Icut) dan disuruh menunggu.

Ketika menunggu waktu giliran wawancara, penulis melihat sekelompok orang masuk ke dalam ruangan kantor. Kelak, penulis mengetahui bahwa mereka lah calon teman kerja penulis.

Di antara mereka, ada satu yang mencolok karena rambutnya yang berwarna dan menggunakan jaket bermotif rubik. Feeling penulis berkata bahwa ia yang paling senior. Benar saja, ternyata penulis diwawancarai olehnya.

Namanya adalah Epihead of content kalau tidak salah waktu itu. Penulis pun melakukan wawancara seperti biasa. Salah satu pertanyaan yang penulis ingat adalah apa yang bisa penulis berikan untuk perusahaan ini.

Kalau tak salah ingat, penulis mengatakan bahwa dirinya ingin memberikan sentuhan yang lebih humanis kepada artikel-artikel di JalanTikus. Bukan sekadar teknologi sebagai benda mati, melainkan tangan-tangan dan sejarah yang ada di baliknya.

(Mungkin, karena itu artikel-artikel penulis di JalanTikus banyak yang bersentuhan dengan sisi manusianya)

Epi juga mendiskusikan beberapa artikel Whathefan yang penulis jadikan portfolio. Dari obrolan tersebut, penulis mengetahui bahwa Epi juga gemar membaca buku.

Setelah itu, penulis melakukan wawancara dengan Kak Ratna, yang waktu menjabat sebagai head of digital strategy kalau tidak salah.  Proses wawancara pun berjalan lancar.

Kedua orang yang mewawancarai penulis ini sama-sama berkata oke, yang menimbulkan sedikit rasa aman untuk dipanggil pada wawancara terakhir, dengan CEO dari perusahaan ini.

Panggilan Wawancara Terakhir

Wawancara terakhir dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2018 di tempat yang sama. Kali ini, penulis harus berhadapan den CEO dari Mainspring Technology, Weihan Liew.

Pada wawancara kedua, penulis telah diberitahu untuk bersiap-siap wawancara dengan menggunakan bahasa Inggris. Penulis pun sedikit gugup, meskipun memiliki pengalaman belajar di Kampung Inggris.

Penulis pun datang ke gedung pada jam 12 siang. Di sana, penulis juga bertemu dengan kandidat lain untuk videografer. Kelak, penulis tahu ia bernama Tania.

Berbeda dengan wawancara sebelumnya, pada wawancara ini penulis diberikan pertanyaan-pertanyaan logika. Total ada tiga pertanyaan, yang alhamdulillah berhasil penulis jawab semua meskipun sempat tersendat di pertanyaan kedua.

Setelah menjawab pertanyaan terakhir, sang CEO mengajukan pertanyaan-pertanyaan teknis seperti harapan gaji. Lalu, ia pun langsung mengatakan WELCOME yang artinya penulis diterima di perusahaan ini!

Sebelum pulang, penulis diminta untuk menunggu sebentar untuk membicarakan teknis masuknya. Oleh mas Iqbal diberitahu bahwa penulis harus masuk kantor pada tanggal 17 Oktober 2018, tidak bisa menuruti permintaan penulis yang meminta masuk tanggal 25.

Kami juga membicarakan perihal gaji, dan ternyata penulis mendapatkan nominal di atas keinginan penulis. Setelah itu, penulis memberitahukan kabar bahagia ini kepada keluarga.

Setelah makan di The People’s Cafe, penulis memutuskan untuk pulang ke Malang malam itu juga sebelum membuka lembaran hidupnya yang baru di ibu kota.

Bagaimana Sekarang?

Penulis yakin di setiap tempat kerja, pasti ada suka dukanya. Begitupun di kantor penulis. Akan tetapi, penulis berusaha untuk lebih melihat sisi positifnya saja.

Di kantor ini, penulis mendapatkan banyak pelajaran baru. Tidak hanya dari segi teknis pekerjaan, tapi juga dari sisi kehidupan yang belum pernah penulis saksikan sebelumnya.

Penulis juga bertemu dengan banyak teman baru di kantor dengan beragam karakter. Penulis menikmati hubungan dengan mereka semua, mungkin kecuali dengan satu orang (you know who, guys).

Adapun sisi negatifnya, kebanyakan berasal dari diri penulis sendiri. Mungkin, minimnya pengalaman jauh dari rumah yang memengaruhi hal tersebut. Ketika ada teman resign juga menimbulkan duka tersendiri.

Sampai kapan penulis akan berada di perusahaan ini? Penulis pun belum tahu. Yang jelas, penulis akan berusaha untuk terus memberikan yang terbaik hingga waktu untuk pergi telah tiba.

 

 

Kebayoran Lama, 20 Oktober 2019, terinspirasi setelah bekerja di Mainspring Technology selama satu tahun

Pengalaman

Pada Akhirnya Hidup Kita Harus Tetap Berjalan

Published

on

By

Dalam empat bulan terakhir, atau sejak masuk tahun 2025, Penulis mengakui kalau sedang banyak masalah, yang kebanyakan hanya ada di pikiran. Hal tersebut membuat produktivitas menulis blog ini terasa mandek, dengan jumlah produksi artikel berkurang drastis.

Pada bulan Desember, masih lumayan ada tujuh tulisan yang terbit, sebelum di bulan Januari benar-benar tidak ada tulisan yang tayang. Februari ada satu tulisan, yang mirisnya merupakan tulisan pertama di tahun 2025. Di Maret setidaknya ada empat tulisan.

Blog ini, yang harusnya menjadi tempat menyalurkan hobi, justru belakangan terasa menjadi beban. Ada puluhan ide artikel yang tertumpuk begitu saja tanpa pernah dieksekusi. Ada belasan buku yang menanti untuk diulas, hingga lupa apa yang harus diulas.

Berhenti Menulis karena Rasa Malas?

Setiap merasa harus memutus lingkaran ini dan mulai kembali rutin menulis, keinginan tersebut terputus hanya setelah maksimal dua tulisan. Setelah itu kembali menghilang hingga waktu yang tidak ditentukan.

Apakah permasalahan yang Penulis sebutkan di atas hanya merupakan alibi untuk menutupi alasan sebenarnya dari berhentinya Penulis menulis, yaitu rasa malas? Bisa jadi. Namun, rasa malas bisa muncul dengan sebab, seperti kepala yang rasanya penuh sekali.

Ketika pikiran suntuk dan dengan “liarnya” mengembara ke sana kemari, itu sangat memengaruhi mood. Sekali lagi, menulis yang harusnya jadi aktivitas menyenangkan justru menjadi momok yang menakutkan.

Apakah rasa malas ini muncul karena di tempat kerja Penulis juga menulis? Bisa jadi, karena tentu itu memunculkan rasa jenuh. Mau sebagus apapun idenya, butuh tekad yang kuat untuk bisa mengeksekusinya, dan tekad itu bisa luntur karena rasa jenuh.

Apakah rasa malas ini muncul karena Penulis kesulitan mengatur waktunya? Bisa jadi, karena waktu yang dimiliki dalam 24 jam digunakan untuk aktivitas lainnya. Jujur, kebanyakan bukan aktivitas produktif sebagai pelarian dari masalah yang ada di kepala.

Lantas, apakah rasa malas ini bisa jadi pembenaran untuk berhentinya produksi blog ini? Entahlah, Penulis merasa dirinya terbagi menjadi dua. Satu menjustifikasi rasa malas tersebut karena memang sedang banyak pikiran, yang satu merutuk diri karena kontrol diri yang lemah.

Apakah produksi artikel di blog ini bisa kembali normal jika masalah-masalah yang ada di pikiran itu terselesaikan? Sekali lagi, entahlah. Bisa jadi berhentinya produksi artikel tersebut memang murni karena rasa malas saja, lalu mencari-cari justifikasi yang paling terlihat elegan.

Menyadari Kita Harus Tetap Berjalan

Saat menulis artikel ini, justru masalah-masalah di kepala tengah berada di klimaksnya. Tentu aneh, mengapa ketika berada di puncak permasalahannya Penulis justru akhirnya memutuskan untuk menulis lagi setelah sekian lama.

Mungkin, karena sudah berada di klimaksnya, Penulis menyadari bahwa setelah ini jalannya akan melandai, menurun. Permasalahan, apapun bentuknya, pasti akan selesai. Semua itu hanya sementara, tidak akan terjadi selamanya.

Mungkin, karena pada akhirnya Penulis menyadari bahwa hidup harus tetap berjalan. Yang namanya berjalan, tentu tak pernah selalu mulus. Pasti beberapa kali kita akan menemukan jalan yang rusak, gronjalan, kubangan lumpur, dan masih banyak lagi lainnya.

Namun, pada akhirnya kita tetap melanjutkan perjalanan. Memang kita jadi kotor, mungkin ada luka juga, tapi itu adalah “harga” yang harus dibayar untuk mencapai tujuan. Demi tujuan itulah kita terus berjalan.

Lantas, apa tujuan yang sedang Penulis tuju sekarang? Penulis tidak akan menuliskannya di sini, tapi yang jelas, untuk mencapai tujuan tersebut, bisa mendisiplinkan diri untuk konsisten menulis artikel di blog ini adalah salah satu jalan yang harus Penulis tempuh.

Untuk itulah, Penulis akhirnya memutuskan untuk menulis artikel ini, yang mungkin secara bobot tidak ada bobotnya, lebih sekadar gerutuan karena insomnia datang menyerang. Setidaknya, ini adalah upaya nyata Penulis untuk kembali ke jalan yang benar.

Entah cara apa yang akan Penulis lakukan agar aktivitas menulis blog ini menjadi kembali menyenangkan dan membuat Penulis bersemangat, bahkan ketika isi pikirannya penuh dengan masalah. Sambil berjalan, Penulis akan berusaha menemukan jawabannya.


Lawang, 8 April 2025, terinspirasi karena insomnia karena berbagai masalah yang ada di pikirannya

Foto Featured Image: Tobi via Pexels

Continue Reading

Pengalaman

Ini adalah Tulisan Pertama Whathefan di 2025

Published

on

By

Memulai tulisan pertama tahun 2025 di bulan Februari memang sangat terlambat. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir Penulis bisa dibilang cukup rajin dalam menulis di hari pertama pergantian tahun, walau setelah itu juga kurang bisa konsisten.

Ada beberapa alasan yang membuat Penulis “menghilang” hampir dua bulan di blog ini, tapi pada tulisan kali ini Penulis hanya akan menyebutkan satu alasan: kehilangan gairah untuk menulis, atau singkatnya bisa dibilang malas.

Tentu rasa malas itu tidak datang begitu saja, ada banyak alasan yang menyertainya. Namun, rasanya alasan-alasan tersebut tidak perlu diungkapkan. Pada tulisan kali ini, Penulis ingin melakukan beberapa refleksi saja mengenai apa yang sudah terjadi di tahun 2024 ini.

Dompet Menangis karena Membeli Banyak Perangkat

Impian yang Tercapai di 2024

Tahun 2024 adalah tahun yang berat untuk dompet Penulis. Ada banyak sekali pengeluaran, entah itu untuk kebutuhan maupun keinginan. Saking banyaknya, arus kas Penulis sepanjang 2024 jadi minus, pertama sejak terakhir kali minus pada tahun 2020.

Kalau tahun 2020 minus wajar, karena Penulis resign pada bulan September 2020, sehingga ada beberapa bulan Penulis tidak mendapatkan gaji rutin. Pemasukan dari pekerjaan sebagai freelancer tentu tidak menutup kebutuhan sehari-hari.

Nah, kalau di 2024 kemarin, minus yang terjadi murni terjadi karena banyaknya pengeluaran. Mungkin ini akan terdengar sebagai flexing, tapi Penulis di tahun yang sama membeli smartphone dan laptop baru, serta build PC dengan alasan awal “untuk bantu skripsi adik.”

Penulis memang sudah berencana untuk membeli smartphone baru di awal tahun karena merasa tidak nyaman dengan Xiaomi POCO F4, yang akhirnya Penulis berikan kepada ibu. Awalnya mengincar Samsung S24, tapi karena pakai Exynos, Penulis beralih ke iPhone 13.

Lalu ketika bulan puasa, di kala uang THR sudah masuk ke rekening, adik Penulis mengatakan bahwa dirinya butuh PC untuk menunjang skripsinya. Sebagai kakak, tentu Penulis berusaha memenuhi hal tersebut, hitung-hitung mewujudkan cita-cita untuk punya PC.

Kampretnya, setelah selesai build PC, PC tersebut justru jarang dipakai adik Penulis untuk skripsian! Pada akhirnya PC tersebut jadi perangkat utama Penulis untuk bekerja dan bermain game. Yah, setidaknya dengan demikian tidak ada penyesalan.

Menjelang akhir tahun, tepatnya di bulan Oktober, Penulis sempat iseng mampir ke Digimap. Sialnya, sedang ada promo pelajar yang memberikan potongan 500 ribu. Ditambah voucher MAP 300 ribu, Penulis akhirnya memutuskan untuk membeli laptop MacBook Air M1.

Setelah membeli laptop tersebut, laptop lama Penulis akhirnya dibeli adik Penulis (yang tadi minta di-build-kan PC!) dengan harga miring karena memang butuh laptop dengak spek yang lumayan tinggi untuk menunjang kerjaan dan skripsinya.

Memang nyesek rasanya jika mengingat berapa uang yang dikeluarkan untuk perangkat-perangkat tersebut. Memang Penulis memanfaatkan cicilan 0% dari kartu kredit, tapi tetap saja pembelian-pembelian tersebut membuat dompet Penulis menangis.

Namun, jika melihat dari sisi lain, memiliki kombo PC + MacBook merupakan cita-cita Penulis sejak zaman kuliah. Jadi, anggap saja kalau ini memang sudah saatnya untuk menuntaskan impian tersebut.

Ke Jakarta dan Semarang Dua Kali, ke Solo Satu Kali

Liburan Keluarga ke Semarang

Pengeluaran lain yang membuat arus kas Penulis minus adalah seringnya Penulis berpergian. Dalam satu tahun, Penulis dua kali pergi ke Jakarta dan Semarang, serta satu kali pergi ke Solo karena berbagai urusan.

Penulis ke Jakarta pertama kali di awal tahun 2024, karena kebetulan kantor Penulis mengadakan staycation. Setelah itu, Penulis tinggal di Jakarta kurang lebih satu bulan karena ada banyak teman yang ingin Penulis temui.

Sepulang dari Jakarta, Penulis berlibur satu keluarga ke Solo dan Semarang. Sebagai anak pertama, tentu Penulis berusaha untuk menjadi “sponsor” untuk acara liburan ini, walau tentu tidak semua pengeluaran Penulis yang menanggung.

Lantas di pertengahan tahun, Penulis harus kembali ke Jakarta. Kali ini sekeluarga, karena adik Penulis (bukan yang minta di-build-kan PC) lamaran. Karena satu keluarga, kunjungan ke Jakarta kali ini hanya sebentar.

Sepulang dari Jakarta (kami menggunakan mobil pribadi, pulang-pergi Malang-Jakarta), kami sempat mampir ke Semarang satu malam untuk istirahat sekaligus curi-curi liburan. Bisa dibilang, tahun 2024 kemarin merupakan tahun di mana Penulis keluar kota terbanyak.

Produksi Artikel Whathefan yang Meningkat

Salah satu achievement yang Penulis dapatkan di tahun 2024 adalah naiknya jumlah produksi artikel Whathefan jika dibandingkan dengan tahun 2023. Sejak pertama kali menulis di tahun 2018, jumlah artikel di blog ini memang cenderung menurun terus.

Tahun 2022 adalah penulisan blog paling sedikit sepanjang sejarah dengan 91 artikel, yang lalu meningkat sedikit menjadi 98 artikel di tahun 2023. Nah, di tahun 2024 jumlah tersebut melonjak menjadi 127 artikel.

Salah satu penyebab peningkatan ini adalah Penulis yang cukup rutin menulis, terutama di bulan Juni ketika Penulis berhasil menulis penuh satu bulan tanpa putus. Walau setelah itu kembali fluktuatif, setidaknya raihan tersebut bisa membuktikan kalau Penulis sebenarnya bisa konsisten menulis.

Biasanya, di awal tahun Penulis punya target untuk memproduksi artikel hingga 200 dalam satu tahun. Namun, mengingat artikel pertama blog ini saja baru ditulis bulan Februari, rasanya target yang realistis adalah jangan sampai produksi tahun ini lebih kecil dari tahun kemarin.

Untuk itu, mungkin akan ada penyesuaian juga agar Penulis tidak malas-malas amat dalam Penulis. Contohnya adalah penyesuaian Notion, yang entah sudah berapa bulan terbengkalai dan berisi schedule yang tak pernah dituntaskan.

Penutup

Jika dibandingkan dengan tahun 2023, tahun 2024 memang lebih dinamis (dan lebih banyak pengeluaran tentunya!). Setidaknya, satu impian Penulis akhirnya bisa dicapai, walau efeknya ke dompet juga lumayan terasa.

Di awal tahun 2025 ini, tentu Penulis berharap bisa melakukan pengetatan pengeluaran. Namun, dengan adik Penulis yang akan segera menikah pada bulan Februari, rasanya pengetatan pengeluaran ini baru bisa dilakukan ketika bulan puasa nanti.

Selain itu, sekali lagi Penulis berharap untuk bisa menjaga konsistensi dalam menulis artikel untuk blog ini. Semoga tahun ini Penulis lebih bisa mengendalikan emosi dan mood-nya, sehingga bisa sebanyak mungkin memproduksi artikel di blog ini.

Saat menulis artikel ini, Penulis sudah berada di Jakarta, menginap di kos adik yang juga merupakan kos lama Penulis. Rencananya, Penulis akan di Jakarta sekitar tiga minggu hingga acara pernikahan selesai. Semoga saja tabungan Penulis yang sudah menipis ini cukup.


Kebayoran Lama, 10 Februari 2025, terinspirasi setelah ingin mulai lebih rutin menulis di blog ini di tahun 2025

Continue Reading

Pengalaman

Ini Pengalaman Saya Menonton Video Klip “The Catalyst”

Published

on

By

Sensasi menantikan sebuah album musik akan rilis sudah lama tidak Penulis rasakan. Terakhir kali itu terjadi adalah tujuh tahun yang lalu, ketika album One More Light mengumumkan akan rilis pada 19 Mei 2017.

Setelah itu, meskipun musisi lain akan mengumumkan akan merilis album (katakanlah, One Ok Rock), Penulis tidak akan terlalu antusias menunggunya. Ketika rilis memang langsung mendengarkan, tapi tak memberikan sensasi yang sama dengan Linkin Park.

Nah, pada tanggal 15 November mendatang, Linkin Park dengan formasi baru akan merilis album pertamanya yang berjudul From Zero. Sensasi ini pun datang lagi dan membuat Penulis merasa tidak sabar ingin segera mendengarkan semua lagu dalam albumnya.

Jelang rilisnya album tersebut, Linkin Park secara bertahap telah merilis tiga single di waktu yang berbeda: “The Emptiness Machine”, “Heavy Is The Crown”, dan “Over Each Other”. Penulis berharap lagu-lagu lainnya di album ini akan mirip dengan dua single pertama.

Berbicara tentang sensasi menunggu tanggal rilis album Linkin Park, Penulis mau tidak mau jadi teringat bagaimana dulu dirinya menantikan single pertama dari album A Thousand Suns, “The Catalyst”. Itulah yang ingin Penulis bagikan pada tulisan kali ini.

Menonton Video Klip “The Catalyst” dari Televisi

Ketika Penulis menjadi penggemar Linkin Park saat SMP, band ini telah memiliki tiga album: Hybrid Theory, Meteora, dan Minutes to Midnight. Oleh karena itu, begitu mengetahui Linkin Park akan merilis album baru pada tanggal 13 September 2010, Penulis begitu bersemangat.

Waktu itu, internet belum semudah sekarang. Minimal, kita harus pergi ke warnet untuk bisa terkoneksi dengan internet, termasuk YouTube. Bahkan, untuk berita terbaru seputar musik, Penulis masih mengandalkan televisi.

Nah, melalui acara Breakout di NET TV yang dipandu oleh Boy William, Penulis jadi mengetahui kalau Linkin Park akan merilis single terbaru mereka berjudul “The Catalyst” dan mereka akan menayangkan video klipnya secara perdana.

Penulis masih ingat betul acara tersebut mulai jam tiga sore. Boy bercerita sedikit tentang perjalanan Linkin Park sebagai band sebagai selingan video-video klip lama Linkin Park. Barulah menjelang akhir acara, video klip “The Catalyst” ditayangkan.

Kesan pertama ketika menonton video klip, keren, baik dari sisi lagu maupun sinematografinya. Memang lagu ini sekarang tidak lagi masuk tier atas bagi Penulis, tapi pada waktu itu, Penulis sangat menyukainya.

Penulis juga ingat ketika itu langsung mengirim SMS ke sohibnya yang juga menonton acara tersebut, dan ia mengatakan sentuhan dari Mr. Han sebagai sutradaralah yang membuat video klip “The Catalyst” menjadi begitu keren.

Bagaimana Pengalaman Tersebut akan Sulit Terulang

Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman menantikan album atau lagu dari musisi favoritnya masih bisa dirasakan sekarang. Namun, pengalaman menonton video klip dari single terbaru di televisi rasanya tidak akan pernah dirasakan lagi.

Dengan adanya platform YouTube dan media sosial, semua bisa menontonnya tanpa kesulitan di detik ketika video klipnya rilis. Tak perlu lagi mendengarkan Boy William menjelaskan perjalanan musisi yang sedang merilis single terbaru.

Bahkan, kita tak perlu takut lagi ketinggalan karena kita bisa mengaktifkan notifikasi apabila video klip tersebut telah rilis. Apalagi, di YouTube biasanya para musisi akan memasang countdown untuk meningkatkan hype.

Sensasi ini rasanya tidak akan pernah terjadi di era instan seperti sekarang. Lantas, apakah hal tersebut buruk? Penulis tidak tahu. Namun, karena pernah mengalami era yang tidak serba instan, Penulis jadi belajar tentang kesabaran dan menikmati proses.

Semoga generasi kini bisa mempelajari itu di era yang serba instan seperti sekarang


Lawang, 31 Oktober 2024, terinspirasi setelah teringat bagaimana dulu dirinya menonton video klip “The Catalyst”

Foto Featured Image:

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan