Connect with us

Film & Serial

Setelah Menonton Spider-Man: No Way Home

Published

on

Di tahun 2021 kemarin, film yang paling Penulis antisipasi tentu saja Spider-Man: No Way Home. Sempat ada ketakutan film ini akan ditunda karena adanya pembatasan-pandemi-entah apalagi-namanya, untungnya film ini tetap tayang di hari yang telah dijadwalkan.

Sama seperti ketika menonton Avengers: Endgame, Penulis memutuskan untuk menonton di hari pertama karena khawatir terkena spoiler. Bedanya, di Malang tidak ada bioskop yang tayang premier jam 5 pagi, sehingga Penulis memutuskan untuk nonton di malam hari sepulang kerja.

Penulis berusaha untuk menurunkan ekspektasinya ketika menonton karena takut kecewa. Untunglah, film ini benar-benar berhasil membawa nostalgia dengan cara yang smooth serta suguhan cerita yang tidak biasa!

SPOILER ALERT!!!

(NB: Artikel ini baru selesai ditulis setelah 24 hari setelah Penulis menonton filmnya karena beberapa alasan)

Jalan Cerita Spider-Man: No Way Home

Film ini terkoneksi langsung dengan akhir film Spider-Man: Far From Home, di mana Mysterio (Jake Gyllenhaal) membocorkan identitas Peter Parker (Tom Holland) sebagai Spider-Man ke publik. Hal ini sontak membuat kehidupannya berubah total.

Masyarakat terbagi menjadi dua kubu, yang mendukung dan membenci Peter. Tuntutan hukum pun membayanginya, di mana ia dibantu oleh (suprise pertama) Matt Murdock a.k.a. Daredevil yang diperankan oleh Charlie Cox!

Tidak hanya membuatnya menderita, MJ (Zendaya) dan Ned (Jacob Batalon) pun harus terkena apesnya karena dianggap orang yang dekat dengan Peter sehingga ditolak oleh MIT dan beberapa kampus lainnya.

Oleh karena itu, Peter pun terpikir untuk meminta bantuan kepada Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) untuk membuat orang melupakan fakta bahwa dirinya adalah Spider-Man. Sayangnya, intervensi Peter ketika Strange merapal mantra membuat kacau multiverse.

Kemunculan Villain dari Masa Lalu

Hello Peter (YouTube)

Kekacauan pertama muncul ketika Peter berusaha bicara dengan orang MIT untuk meminta pihak kampus mempertimbangkan ulang keputusan untuk menolak MJ dan Ned. Tiba-tiba, muncullah villain pertama dari universe lain, Doc Ock (Alfred Molina)!

Kewalahan menghadapi Doc Ock, Peter harus mendapatkan serangan susulan dari Norman Osborn/Green Goblin (Willem Dafoe). Untunglah, Strange memindahkan Peter bersama Doc Ock ke Sanctum dan menjelaskan apa yang tengah terjadi.

Intinya, mantra yang diucapkan Strange menjadi kacau akibat intervensi Peter. Akibatnya, mantra justru menarik orang dari universe lain yang mengetahui fakta kalau Peter Parker adalah sosok di balik Spider-Man.

Strange pun meminta Peter untuk mulai “berburu” villain lain yang masuk ke universe mereka. Peter juga mendapatkan kostum baru berwarna hitam yang akan memudahkannya memindah para villain tersebut.

Setelah berhasil “menangkap” Elektro (Jamie Foxx) dan Sandman (Thomas Haden Church), Peter mengetahui kalau Norman ternyata menghampiri bibinya, May Parker (Marisa Tomei), yang ingin meminta bantuan ke Peter.

Kenaifan Seorang Peter

Spider-Man vs Doctor Strange (Kincir)

Peter pun membawa Norman ke Sanctum, yang di mana Strange langsung memasukkannya ke dalam “kurungan” multiverse. Ia membawa sebuah kotak bernama Machina Dichotomous yang akan memulangkan semua villain tersebut.

Merasa kasihan karena tahu para villain tersebut akan kembali ke universe mereka hanya untuk mati, Peter pun dengan naifnya berusaha menghentikan Strange dan mencuri kotak tersebut.

Strange membawanya ke mirror dimension dan melakukan pertarungan melawan Peter. Lucunya, Peter justru menang dan berhasil menjebak Strange di dimensi buatannya sendiri. Peter pun menawarkan ke semua villain, dirinya ingin membantu mereka semua berubah menjadi lebih baik lagi sebelum kembali ke universe mereka masing-masing.

Kematian Bibi May

Bibi May (Insider)

Semua villain pun dibawa ke apartemen milik Happy (Jon Favreau) untuk membuat alat ataupun serum untuk memulihkan mereka semua. Peter dibantu oleh Norman yang memang something of a scientist himself.

Orang pertama yang berhasil diobati adalah Otto Octavius, yang akhirnya bisa mengendalikan tentakel-tentakelnya lagi. Mereka pun melanjutkan aktivitas tersebut, sebelum Peter menyadarai kalau Norman telah dikuasai kembali oleh Green Goblin.

Pertarungan pun terjadi di apartemen tersebut yang akhirnya memakan korban Bibi May. Sebelum mati, ia mengucapkan kalimat yang sangat terkenal dari franchise Spider-Man dengan sedikit tambahan:

With great power, there must also come great responsibility

Peter II dan Peter III

SUPRISE MADAFAKA!!! (Futurecon)

Berpindah ke MJ dan Ned yang memegang Machina Dichotomous. Mereka mengetahui berita tentang berulahnya para villain tersebut, dan berusaha untuk mencari Peter dengan menggunakan portal ala Strange yang alatnya ada di tangan Ned.

Anehnya, Ned berhasil melakukannya dan memunculkan Peter, tapi versi Andrew Garfield (Peter III)! Sontak isi bioskop pun begitu riuh melihat sosoknya. Apalagi, tak lama kemudian Peter versi Tobey Maguire (Peter II) juga muncul!

Mereka berempat pun memutuskan untuk menghampiri Peter versi Tom Holland (Peter I). Setelah berbicara ini itu, mereka pun memutuskan melanjutkan membuat alat/serum untuk menyembuhkan para villain dan memancing mereka untuk datang ke Patung Liberty.

Pertarungan Akhir

Final Battle (ScreenRant)

Singkat cerita, terjadilah pertarungan antara ketiga Spider-Man menghadapi semua villain tersebut. Banyak momen yang merujuk ke film-film Spider-Man sebelumnya, membuat perasaan nostalgia berkembang begitu besarnya.

Villain pertama yang berhasil disembuhkan adalah Sandman, yang dilanjutkan oleh Elektro di mana Doc Ock membantu para Spider-Man. “Reuni” antara dirinya dan Peter II cukup mengharukan bagi para penonton. Sosok terakhir yang berhasil disembuhkan adalah Lizard.

Di tengah pertarungan, Ned tanpa sengaja membuka portal yang menuju ke Strange, di mana ia terlihat heran karena Ned bisa membuka portal tersebut. Ia pun ingin segera mengembalikan mereka semua ke universe mereka, sebelum Green Goblin melempar bom yang membuat Machina Dichotomous meledak dan mengacaukan multiverse.

Peter I yang ingin membunuh Green Goblin dicegah oleh Peter III, dan pada akhirnya bisa menyembuhkan Norman. Meskipun semua sudah terobati, Strange tampak kesulitan menutup portal multiverse yang sudah kadung terbuka.

Peter I pun meminta ke Strange untuk merapalkan mantra agar semua orang melupakan fakta dirinya adalah Spider-Man, yang artinya MJ dan Ned sekalipun akan melupakannya. Dengan berat hati, Strange pun mengabulkan permintaan tersebut dan Peter berpamitan dengan semuanya.

Akhir Film yang Dark

Kostum Baru Spider-Man (ComicBook)

Setelah krisis dilalui, Peter mencoba untuk menghampiri MJ dan Ned agar mereka mengingat dirinya. Namun, dirinya berubah pikiran dan membiarkan kedua orang yang berharga baginya tersebut menjalani hidup mereka dengan bahagia dan aman dari bahaya.

Peter pun memulai hidupnya yang baru tanpa Bibi May dan teman-temannya, menanggalkan kostum Spider-Man pemberian Tony Stark, serta berperan sebagai Friendly Neighborhood Spider-Man.

Ada dua post-credit di film ini, di mana yang pertama hanya menampilkan Eddie Brock/Venom (Tom Hardy) yang kembali ke universe-nya, tapi meninggalkan secuil symbiote di universe Peter.

Post-credit keduanya, yang sejujurnya lebih mengejutkan dibandingkan filmnya, menampilkan teaser untuk film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Penulis sudah membuat ulasannya duluan.

Setelah Menonton Spider-Man: No Way Home

Efek yang Penulis terima setelah menonton film ini sama seperti ketika Penulis selesai menonton Avengers: Endgame. Entah berapa lama Penulis terdiam karena terkena damage yang tidak main-main. Bahkan, rasanya film ini lebih terasa damage-nya.

Callback dan Easter Egg

Film Ini Menguji Pengetahuan Fan Marvel (MARCA)

Tidak hanya dari kemunculan beberapa karakter lama yang muncul kembali, nostalgia juga dihadirkan melalui callback yang jumlahnya tidak main-main. Ada beberapa yang Penulis langsung ngeh ketika menontonnya:

  • The power of the sun in the palm of my hand” kembali diucapkan Doc Ock setelah sebelumnya juga pernah ia katakan di film Spider-Man 2
  • Adegan Spider-Man mengenakan jubah Doctor Strange mengingatkan kita pada episode 5 What If…? yang bertemakan zombi
  • I’m something of a scientist myself” dari Norman Osborn yang juga muncul di film Spider-Man pertama
  • Sakit punggung alias “my back” yang pernah diucapkan Tobey di film Spider-Man 2
  • Peter II yang memanggil Peter III dengan sebutan amazing, merujuk kepada judul film yang dibintanginya
  • Beberapa musuh lama Peter II dan Peter III disebutkan ketika semua Peter membahas siapa saja lawan yang pernah mereka hadapi
  • Adengan redemption ketika Peter III menyelamatkan MJ
  • Strange yang terayun-ayun di Grand Canyon selama 12 jam, callback dari I’ve been falling for 30 minutes-nya Loki di film Thor: Ragnarok
  • MJ masih mengenakan kalung dahlia pemberian Peter meskipun dirinya tidak ingat siapa Peter
  • Lego milik Ned yang dipajang oleh Peter I di kamar barunya pernah muncul di Spider-Man: Homecoming.

Selain itu, easter egg yang dimiliki oleh film ini juga banyak sekali. Beberapa di antaranya adalah:

  • Poster Rogers: The Musical yang juga muncul di serial Hawkeye
  • Konfirmasi kalau Nick Fury yang ternyata sudah lama berada di luar Bumi
  • Cerita Peter II yang mengatakan teman baiknya hampir membunuhnya (Harry Osbord yang diperankan James Franco) membuat Ned mendeklarasikan dirinya tidak akan melakukan hal yang sama ke Peter I
  • Meme Spider-Man menunjuk Spider-Man lainnya yang sangat populer, digambarkan ketika Ned memanggil nama Peter
  • Elektro menyebut Black Spider-Man yang merujuk ke Spider-Man versi Miles Morales

Penutup Trilogi yang Bittersweet

Akhir Trilogi yang Cukup Pahit (Den of Geek)

Spider-Man: No Way Home adalah penutup yang manis (atau pahit?) untuk trilogi pertama Spider-Man versei Tom Holland. Bisa dibilang, ini adalah transisi seorang Peter yang bocah menjadi sosok yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Kenaifannya telah membuatnya kehilangan banyak, mulai Bibi May hingga teman dan kekasihnya. Tidak ada satupun orang yang mengingat bahwa Peter Parker pernah hadir di dunia. Jika ini terjadi di dunia nyata, mungkin sudah ada dorongan untuk bunuh diri.

Kemunculan dua Peter Parker versi lama dan beberapa villain juga bisa ditampilkan dengan baik dan cukup mulus, tanpa terasa terlalu memaksa. Porsi yang dimiliki juga cukup berimbang, mereka bukan sekadar cameo yang hanya asal tempel.

Akting yang ditampilkan oleh para aktor pun cukup mencuri panggung. Willem Dafoe, Alfred Molina, dan Andrew Garfield menjadi beberapa favorit Penulis. Sayangnya, akting Tobey Maguire terasa sedikit kaku, mungkin karena sudah lama tidak bermain film.

Mungkin ada beberapa plot hole, seperti kenapa Peter tidak meminta Doctor Strange membuat orang melupakan apa yang dikatakan oleh Mysterio saja. Sihir yang dirapalkan oleh Doctor Strange untuk mendatangkan semua karakter pun sebenarnya bisa diperdebatkan.

Tindakan Peter yang mengubah banyak kejadian dengan menyelamatkan para villain sepertinya akan merusak tatanan multiverse, tema utama dari phase 4 ini. Bahkan, Doctor Strange tampaknya akan menanggung konsekuensinya di film solonya nanti.

Jelas film ini masuk ke dalam daftar 5 film Marvel terbaik versi Penulis, jika bukan yang terbaik. Cerita, komedi, akhir yang cenderung dark, nostagia-nostalgia yang diberikan dan tidak terlalu memaksa, menjadi nilai plus dari film ini.


Lawang, 26 Desember 2021, terinspirasi setelah menonton Spider-Man: No Way Home

Foto: VOI.id

Film & Serial

Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti

Published

on

By

Dalam beberapa minggu terakhir, bisa dibilang Black Myth: Wukong adalah salah satu judul game yang sedang banyak dibicarakan. Banyak pujian yang disematkan kepada game tersebut, baik karena gameplay, jalan cerita, maupun visualnya.

Penulis sendiri tidak ikut membelinya, meskipun sebenarnya cukup tertarik. Namun, Penulis bukan tipe gamer yang suka genre hack ‘n slash seperti itu. Apalagi, Penulis sedang menyiapkan dana untuk membeli game Dragon Ball: Sparking! ZERO yang rilis bulan depan.

Walaupun begitu, Black Myth: Wukong berhasil menimbulkan perasaan nostalgia karena mengingatkan dirinya akan satu serial legendaris yang juga mengangkat tema pergi ke barat untuk mengambil kitab suci: Kera Sakti. Penulis pun memutuskan untuk rewatch.

Mengapa Kera Sakti Sangat Membekas Bagi Penulis

Rombongan Biksu Tong (Tabloid Bintang)

Penulis tidak ingat pasti mengapa dulu dirinya menonton Kera Sakti, mungkin karena jam tayangnya saja yang pas dengan waktu nonton televisi. Apalagi, serial ini menghadirkan pertarungan yang seru untuk anak kecil.

Untuk yang asing dengan serial ini, Kera Sakti bercerita tentang perjalanan sekelompok orang ke barat untuk mengambil kitab suci Buddha. Kelompok ini terdiri dari biksu Tong Sam Cong, Sun Go Kong, Cut Pat Kai, dan Wu Cing. Maaf kalo penulisannya salah, karena Penulis menulisnya berdasarkan ingatannya.

Rombongan ini jelas unik karena Wu Kong berwujud kera, Pat Kai berwujud babi, dan Wu Cing, yah masih terlihat seperti manusia biasa. Kalau tidak salah, dalam perjalanan tersebut mereka harus melewati 33 rintangan dan 99 kesulitan.

Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan banyak sekali jenis siluman yang memberi kesulitan dan halangan. Memang Go Kong yang paling sering menjadi ujung tombak ketika menghadapi mereka, tapi peran karakter lain tak kalah penting.

Ada banyak alasan mengapa serial ini begitu membekas untuk Penulis. Selain pertarungannya yang seru, ada banyak petuah-petuah kehidupan yang sering diucapkan oleh Tong Sam Cong seperti “Kosong adalah Isi, Isi adalah Kosong.”

Bicara soal petuah, tentu jangan lupakan quote legendaris dari Patkai: “Begitulah cinta, deritanya tiada akhir.” Hingga saat ini, quote tersebut rasanya masih relevan bagi banyak orang.

Waktu kecil, Penulis menganggap animasi atau efek-efek pertarungan serial ini juga cukup oke. Namun, waktu rewatch, ternyata tidak bagus-bagus amat. Bahkan, beberapa animasinya terlihat kartun banget, beda dengan ingatan Penulis waktu kecil.

Selain itu, gara-gara rewatch, Penulis jadi bisa merangkai alur cerita serial ini dengan lebih baik, karena yang tersisa di ingatan hanya potongan-potongan. Bagi Penulis, alur cerita serial ini memang bagus, walau memang ada beberapa yang sejujurnya sudah tidak sesuai dengan standar saat ini.

Serial ini juga terkenal karena lagu opening-nya yang legendaris. Hampir semua orang pasti merasa familiar dengan lagu tersebut. Selain itu, musik-musik di background-nya juga sangat membekas bagi Penulis.

Arc Favorit di Kera Sakti

Kera Lok Yi dalam Wujud Raksasa (YouTube)

Dari sekian banyak pertarungan atau arc yang ada, ada dua yang menjadi favorit Penulis hingga saat ini dan rasanya menjadi favorit banyak penontonnya juga: “Arc Kera Lok Yi” dan “Arc Kera Tum Pei.”

Pada “Arc Kera Lok Yi,” Penulis menyukai bagian akhirnya di mana Sun Go Kong harus berhadapan dengan Kera Lok Yi yang berubah menjadi raksasa gara-gara ulah trio Siluman Elang, Singa, dan Gajah.

Kera Lok Yi dalam wujud raksasanya sebenarnya memiliki wujud yang cukup menyeramkan, bahkan sekarang pun tetap terlihat menyeramkan. Namun, pertarungannya dengan Go Kong seru karena kekuatan mereka setara.

Pertarungan sendiri berakhir ketika Wu Cing (dengan bantuan Pat Kai) berhasil memotong ekor Kera Lok Yi dan membuatnya kembali ke wujud semula. Bisa jadi, ini adalah inspirasi adegan Yajirobe memotong ekor Vegeta dalam wujud Great Ape di Dragon Ball.

Lalu pada “Arc Kera Tum Pei,” lagi-lagi menghadirkan pertempuran yang seru karena Go Kong menghadapi lawan yang setara. Apalagi, Go Kong sempat kehilangan semua kemampuannya demi melindungi gurunya.

Kera Tum Pei juga memiliki kemampuan untuk menyerap makhluk hidup dan mendapatkan kekuatannya seperti Buu. Ia menyerap Siluman Kerbau, Putri Kipas, Siluman Gagak, hingga Gajah Ting Ting. Yang terakhir bahkan ia simpan terus hingga pertarungan terakhirnya.

Selain itu, tentu masih banyak arc lain yang tak kalah menarik. Ketika melawan Siluman Lupan, ada Sze Sze yang merupakan Siluman Laba-Laba. Menurut Penulis, ia menjadi salah satu karakter paling cantik di sepanjang seri Kera Sakti.

Lalu di awal serial, pertikaian Go Kong dengan Ang Hai Ji yang merupakan anak dari Siluman Kerbau dan Putri Kipas juga menarik. Ia yang sangat nakal bekerja sama dengan Siluman Mimpi, tetapi akhirnya bertobat dan diangkat menjadi murid Dewi Kwan Im.

Saat rombongan biksu Tong membantu Dewa Erlang untuk menyelamatkan ibunya juga membekas. Dewa Erlang, yang dari awal cerita terlihat menjadi musuh utama Go Kong, nantinya justru akan menjadi sekutu yang berharga di arc terakhir.

Arc terakhir pun menegangkan, di mana Siluman Ular berhasil membuat Go Kong dimusuhi oleh banyak pihak. Namun, pada akhirnya Kera Sakti memiliki happy ending karena berhasil mendapatkan kitab suci dan menjadi buddha.

***

Saat menulis artikel ini, Penulis baru saja menyelesaikan “Arc Kera Lok Yi” dan akan berlanjut ke “Arc Siluman Gingseng.” Sejujurnya, Penulis sudah tidak sabar ingin segera masuk ke “Arc Kera Tum Pei,” tapi Penulis bertekad untuk menonton semua episodenya sampai tamat.

Kera Sakti jelas telah mewarnai masa kecil Penulis dan membekas hingga Penulis berkepala tiga. Mungkin ini bukan terakhir kalinya Penulis rewatch, bisa jadi di masa depan Penulis akan kembali melakukannya jika kangen dengan serial ini.


Lawang, 12 September 2024, teinspirasi setelah menonton ulang Kera Sakti

Continue Reading

Film & Serial

Langkah Frustasi Marvel dalam Menyelamatkan Semestanya

Published

on

By

Pada ajang San Diego Comic Con (SDCC) 2024 yang berlangsung pada akhir bulan Juli kemarin, Marvel berhasil membuat geger para penggemarnya di seluruh dunia gara-gara pengumuman yang mengejutkan.

Bagaimana tidak, Robert Downey Jr. atau RDJ, yang terkenal karena telah memerankan karakter Tony Stark alias Iron Man selama 11 tahun (dari film Iron Man hingga Avengers: Endgame), ia melakukan comeback dengan menjadi karakter fenomenal lainnya, Doctor Doom!

Pengumuman tersebut tentu membuat banyak penggemar Marvel merasa senang karena bisa melihat aktor favorit mereka kembali ke Marvel Cinematic Universe (MCU). Namun, tak sedikit yang justru menyesalkan keputusan tersebut, termasuk Penulis.

Semua Berawal dari Jonathan Majors

Para Kang yang Menjadi Sia-sia (YouTube)

Setelah Infinity Saga yang diakhiri dengan epic melalui film Avengers: Endgame, MCU membuka lembaran baru dengan Multiverse Saga. Tema ini digembar-gemborkan akan membuka “kemungkinan tak terbatas” di semesta Marvel

Awalnya, Kang the Conqueror dipilih menjadi next big bad villain selanjutnya menggantikan Thanos. Sayangnya, sang aktor Jonathan Majors terjerat kasus yang membuatnya dipecat. Ada opsi untuk melakukan recast, tapi Marvel memilih untuk mengganti villain utamanya.

Setelah berbagai spekulasi dan rumor, akhirnya melalui ajang SDCC 2024 Marvel resmi mengumumkan kalau Doctor Doom akan menjadi penggantinya. Hal ini terlihat dari perubahan judul film Avengers: Kang Dynasty menjadi Avengers: Doomsday.

Film ini akan disutradarai kembali oleh sutradara Russo Brothers, yang sebelumnya telah menyutradarai empat film Marvel, termasuk dua film Avengers. Sebagai tambahan, mereka juga akan menjadi sutradara film Avengers: Secret Wars.

Kembali ke Doctor Doom. Sebenarnya, Doctor Doom yang terkenal sebagai nemesis dari Fantastic 4 telah lama santer disebut akan menggantikan Kang. Apalagi, di komik ia juga memiliki sejarah panjang dan kerap bersentuhan dengan multiverse.

Nah, yang membuat terkejut adalah pemilihan RDJ yang menimbulkan polemik di antara penggemar. Sebelumnya, nama yang dianggap cocok untuk memerankan Victor von Doom adalah Cillian Murphy. RDJ, setidaknya bagi Penulis, tak pernah terpikirkan.

Marvel Sudah Frustasi?

Para Tokoh Lama yang Dibawa Kembali (IndieWire)

“You could not live with your own failure. Where did that bring you? Back to me.”

Quote terkenal dari Thanos tersebut tampaknya cocok untuk diucapkan oleh Russo Brothers dan RDJ ke direksi Marvel. Seperti yang kita tahu, MCU pasca-Endgame tampak berantakan dan kerap mendapatkan kritikan tajam.

Dari banyaknya film dan serial yang dirilis dalam rentang waktu 2020-2024, hanya sedikit yang bisa dibilang oke, sedangkan sisanya seolah mengundah hujatan. Banyak menganggap Marvel benar-benar mengalami penurunan kualitas dan berharap MCU cukup berakhir di Endgame.

Marvel pun bukannya tutup telinga atas kritikan-kritikan tersebut. Buktinya, mereka merombak roadmap yang telah disusun untuk meningkatkan kualitas film dan serial mereka. Tahun ini mereka hanya merilis satu film, Deadpool & Wolverine, walau film tersebut juga tidak bisa dibilang bagus.

Nah, untuk bisa membuat MCU tetap menarik minat penonton, mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan formula lama. RDJ jelas menjadi salah satu aktor terfavorit penggemar, sedangkan Russo Brothers terbukti selama ini selalu menghasilkan film yang berkualitas.

Masalahnya, RDJ sudah terlalu melekat sebagai Iron Man. Apalagi, ia sudah mati dengan heroik di Endgame. Mengembalikannya ke MCU sebagai villain, bagi sebagian penggemar, menjadi hal yang sulit untuk diterima.

Untuk Russo Brothers sendiri, Penulis memiliki kekhawatiran kalau menggunakan mereka kembali justru akan membuat penonton berekspetasi terlalu tinggi ke film Avengers ke-5 dan ke-6. Padahal, sudah banyak kasus di Marvel sutradara yang sama tidak selalu bisa menghasilkan film yang sama bagusnya.

Siapa Doctor Doom Versi MCU?

Mari Kita Lihat Saja Bagaimana RDJ Memerankan Doctor Doom (The Hollywood Reporter)

Secara teori, ada kemungkinan kalau Doctor Doom versi MCU merupakan varian jahat dari Tony Stark. Karena berpotensi menjadi jahat itulah Doctor Strange “mengarahkan” Stark ke kematiannya, mengingat ia telah melihat banyak masa depan alternatif.

Hingga saat ini, sama sekali belum ada petunjuk mengenai Doctor Doom di semua film dan serial MCU di Phase 4 dan 5. Hal ini wajar mengingat pergantian villain utama juga baru dilakukan akhir-akhir ini. Kalau Kang, ia sudah di-tease sejak serial Loki.

Ini juga akan menjadi kelemahan Multiverse Saga. Seperti yang kita tahu, Thanos sudah di-tease sejak film The Avengers tahun 2012 atau enam tahun sebelum penampilannya di film Avengers: Infinity Wars. Doctor Doom hanya punya waktu dua tahun sebelum tampil sebagai musuh utama.

Kemungkinan besar, Doctor Doom baru diperkenalkan pada film Fantastic Four: First Step yang akan tayang pada tahun 2025 mendatang. Film ini akan berlatar di universe lain, bukan Earth-616 tempat di mana para superhero yang kita kenal selama ini tinggal.

Di film tersebut, harusnya yang menjadi musuh utama adalah Galactus. Doctor Doom mungkin akan muncul, tapi tidak menjadi musuh utama. Dari sana, Penulis memperkirakan kalau entah bagaimana pada akhirnya Doctor Doom akan memicu kejadian yang akan terjadi di film Avengers: Secret Wars.

Kita lihat saja nanti apakah langkah frustasi yang diambil oleh Marvel ini berhasil menyelamatkan semestanya atau justru memperburuk keadaan.


Lawang, 7 Agustus 2024, terinspirasi setelah diumumkannya Robert Downey Jr. sebagai Doctor Doom

Foto Featured Image: GQ

Continue Reading

Film & Serial

[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine

Published

on

By

Pada tahun 2024 ini, Marvel Studios hanya merilis satu film, yakni Deadpool & Wolverine. Film ini juga menjadi film Deadpool (dan X-Men) pertama di Marvel Cinematic Universe (MCU) setelah Disney mengakuisisi 20th Century Fox.

Seperti biasa, Penulis menonton film ini ketika premiere-nya pada hari Rabu, 24 Juli 2024. Namun, karena setelah menonton Penulis pergi ke Jakarta selama beberapa hari (juga sempat tidak mood menulis), baru hari inilah Penulis membuat ulasannya.

Sejujurnya, mengingat kedua film Deadpool sebelumnya bisa dibilang tidak mengecewakan, Penulis menaruh ekspetasi yang cukup tinggi terhadap film ini. Apalagi, film ini juga menjadi comeback-nya Hugh Jackman sebagai Wolverine, yang terakhir kali memerankan karakter tersebut di film Logan (2017).

Jalan Cerita Deadpool & Wolverine

Beberapa tahun setelah peristiwa di film Deadpool 2, Wade Wilson alias Deadpool (Ryan Reynolds) menjalani hidupnya seperti biasa. Namun, kehidupannya saat ini lebih terasa sepi karena ternyata ia telah berpisah dengan kekasihnya, Vanessa (Morena Baccarin).

Tiba-tiba, ia diculik oleh Time Variance Authority (TVA) yang telah diperkenalkan di serial Loki. Ia lantas berhadapan dengan Mr. Paradox (Matthew Macfadyen) yang memberikan kabar bahwa universe yang ditinggali oleh Deadpool akan hancur.

Mengapa bisa hancur? Karena Anchor Being di universe tersebut, Logan alias Wolverine (Hugh Jackman) telah mati. Ini adalah teori baru yang belum pernah dijelaskan di film ataupun serial Marvel lainnya.

Lantas, Deadpool pun mencuri timepad milik Mr. Paradox dan berusaha mencari Wolverine baru untuk menjadi Anchor Being di universe-nya. Ia pun bertemu dengan berbagai varian Wolverine (termasuk versi Henry Cavill), tapi yang ia berhasil dapatkan justru versi terburuk yang gagal menyelamatkan universe-nya sendiri.

Deadpool dan Wolverine pun di-prune dan memasuki Void, yang juga telah diperkenalkan di serial Loki. Di sana, ia bertemu dengan Cassandra Nova (Emma Corrin), saudara kembar Profesor Xavier yang menjadi semacam penguasa di sana.

Cassandra ternyata sangat kuat karena mampu melakukan telekinetik dan membaca pikiran dengan literally memasukkan tangannya ke orang yang ia target. Saat Allioth datang menyerang markas Cassandra, Deadpool dan Wolverine berhasil kabur dari sana.

Sempat bertemu dengan varian Deadpool dan bertengkar seharian, Deadpool dan Wolverine tiba-tiba dibawa ke sebuah tempat yang terlihat seperti sebuah markas. Ada beberapa orang yang ada di sana, yang berhasil membuat para penonton berteriak.

Ada Elektra (Jennifer Garner), Blade (Wesley Snipes), Gambit (Channing Tatum), dan X-23 alias Laura (Dafne Keen). Setelah ngobrol, mereka memutuskan untuk menyerang markas Cassandra agar bisa keluar dari Void.

Singkat cerita, pertarungan terjadi dan Cassandra berhasil didesak hingga hampir tewas. Wolverine memutuskan untuk menyelamatkannya dan sebagai gantinya Cassandra memberikan tools yang kerap digunakan Doctor Strange dan Wong untuk membuka “Portal ke Mana Saja.”

Melalui portal tersebut, Deadpool dan Wolverine berhasil kembali ke universe-nya untuk menghentikan rencana Mr. Paradox. Namun, Cassandra menyusul dan ingin menggunakan alat Mr. Paradox untuk kepentingannya sendiri.

Untuk menghalangi Deadpool dan Wolverine, Cassandra menyewa banyak sekali varian Deadpool, yang untungnya langsung berhenti ketika melihat Peter (Tyler Mane). Pada akhirnya, mereka berdua berhasil menghentikan Cassandra sekaligus membuat universe tersebut tidak jadi berakhir.

Setelah Menonton Deadpool & Wolverine

Film ini mengulangi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh film Doctor Strange in the Multiverse of Madness: plot cerita lemah dan terlalu mengandalkan cameo. Bahkan, bisa dibilang film ini lebih buruk dari sekuel Doctor Strange tersebut.

Ada banyak sekali catatan buruk dan kritik yang Penulis ketik di aplikasi Notion setelah selesai menonton film ini. Yang bisa membuat film ini masih layak ditonton adalah humornya yang pecah dan bertaburnya cameo yang tak terduga. Penulis akan membahasnya lebih detail di bawah ini.

Digendong oleh Para Cameo

Sama seperti film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, kemunculan cameo di film Deadpool & Wolverine memang sangat banyak dan menyenangkan, apalagi bagi penggemar Marvel sejak awal tahun 2000-an.

Selain Henry Cavill yang menjadi varian Wolverine, kembalinya Chris Evans menjadi Human Torch juga sangat menyenangkan. Walau kemunculannya cukup sebentar karena budget-nya tinggi, kehadiran karakter ini mampu menyuguhkan humor yang menyenangkan.

Kemunculan Elektra, Blade, Gambit, hingga Laura juga cukup bikin heboh. Kemunculan Gambit versi Channing Tatum seolah mengabulkan keinginan lama penggemar. Seperti yang kita tahu, sebenarnya Tatum sudah akan membintangi film solo Gambit sebelum proyek tersebut dibatalkan.

Mewujudkan keinginan penggemar seperti ini juga dilaukan di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, di mana John Krasinski menjadi Mr. Fantastic. Bedanya, Mr. Fantastic harus mati konyol di tangan Wanda, sedangkan Gambit berhasil bertahan hidup.

Beberapa cameo lain yang muncul di film ini adalah Happy Hogan (Jon Favreau) yang mewawancarai Deadpool yang ingin bergabung dengan Avengers, Lady Deadpool yang diperankan oleh istri Ryan Reynolds, Blake Lively, dan beberapa anggota karakter lain dari film-film X-Men seperti Juggernaut dan Pyro.

Humor dan Breaking the 4th Wall Seperti Biasa

Bicara soal humor, seperti biasa film Deadpool memiliki ciri khasnya sendiri: humor yang kasar dan breaking the 4th wall. Kedua elemen itu terasa sangat kental di film ini sehingga menjadi kekuatan utama film ini, karena sekali lagi, plot ceritanya terlalu lemah!

Deadpool dengan segala aksi dan ucapan konyolnya selalu berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Salah satu yang membuatnya sangat lucu adalah bagaimana ia kerap menyindir hal-hal yang berhubungan dengan dunia nyata.

Contohnya adalah ketika ia membahas mahalnya budget untuk memasukkan Chris Evans ke dalam film dan bagaimana impian penggemar untuk melihat Cavillrine berhasil terwujud. Tentu hubungan Disney dan 20th Century Fox juga menjadi topik yang sangat sering ia bahas.

Timeline yang Makin Amburadul

Kita semua tahu kalau timeline film-film X-Men di bawah naungan 20th Century Fox cukup membingungkan. Selain trilogi utama yang tayang di awal tahun 2000-an, ada juga remake sebagai prekuel trilogi tersebut. Belum lagi film-film spin-off.

Nah, awalnya Penulis berharap kalau film ini akan menjelaskan keruwetan tersebut. Ternyata, justru film ini semakin membuatnya berantakan! Ada banyak sekali tanda tanya yang muncul setelah Penulis menonton film ini.

Pertama, Logan yang mati di film Logan ternyata satu universe dengan Deadpool. Ini aneh karena film tersebut berlatar tahun 2029 dan diceritakan saat itu sudah tidak ada lagi mutan yang tersisa. Kalau Deadpool (dan beberapa teman mutannya) hidup di dunia yang sama, maka seharusnya ia juga telah tiada.

Seharusnya, lebih masuk akal jika Deadpool dan X-Men diceritakan berasal dari universe yang berbeda. Selain menodai film Logan yang fenomenal, keputusan tersebut juga membuat film ini terasa asal nulis.

Banyak Hal Aneh Terjadi di Void

Konsep Void dan Allioth menjadi beberapa hal yang memorable dari serial Loki. Namun, film ini membuat keduanya seolah tidak memiliki harga diri sama sekali. Lihat saja mudahnya Deadpool dan Wolverine keluar dari sana menggunakan alat seperti milik Doctor Strange.

Jika portal tersebut bisa dengan mudah membuat kita berpindah universe, mengapa di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness Strange tidak menggunakannya? Ia malah mempelajari Darkhold dan melakukan Dreamwalk. Fakta ini benar-benar membuat Penulis gusar.

Lalu Allioth juga terlihat cukup di-nerf. Di serial Loki, Allioth bisa memakan segalanya dengan mudah, termasuk ketika salah satu varian Loki membuat semacam ilusi istana. Lantas, mengapa ketika Allioth menyerang markas Cassandra, ada banyak yang selamat?

Jika merujuk pada kekuatan Allioth, harusnya semua isi markas beserta markasnya itu sendiri bisa dilahap dengan mudah olehnya. Namun, entah mengapa seolah Cassandra memiliki kemampuan untuk mengendalikan Allioth agar dirinya tidak ikut termakan. Selain itu, Cassandra juga tidak pernah di-mention di serial Loki, walau memiliki kekuatan sebesar itu.

Bicara soal Cassandra, karakter yang sebenarnya potensial ini sayangnya terkesan kurang memorable. Kemunculan dua antagonis (bersama Mr. Paradox) di film ini membuat perannya kurang terlihat dan memiliki motivasi villain yang sangat generik.

Hal-Hal Menyebalkan Lainnya

Masih banyak hal menyebalkan dari film ini yang ingin Penulis bahas. Pertama, banyak klise. Contohnya adalah ketika Wolverine yang awalnya ogah membantu Deadpool akhirnya rela mengorbankan dirinya. Hal semacam ini sudah sering kita temukan di film-film serupa.

Contoh lainnya adalah pengorbanan yang tidak jadi. Wolverine dan Deadpool yang terlihat mengorbankan diri mereka tidak jadi mati setelah sebelumnya dikesankan akan mati. Mungkin karena kemampuan regenerasi mereka, tapi sekali lagi hal semacam ini sudah sangat klise. Apalagi, secara ajaib universe-nya sembuh-sembuh sendiri dan tidak jadi hancur tanpa penjelasan.

Hal lain yang menurut Penulis cukup menyebalkan adalah putusnya Deadpool dengan Vanessa. Kalau boleh jujur, Vanessa kan literally dihidupkan kembali oleh Deadpool, kok bisa-bisanya minta putus dengan alasan bullshit seperti itu. Kisah mereka juga tak terlalu berpengaruh di film ini.

Varian Deadpool yang malah jadi anak buah Cassandra juga anti-klimaks. Mengapa para varian ini mau bekerja untuk Cassandra? Mengapa mereka dengan mudahnya mengabaikan tugas tersebut hanya karena bertemu Peter? Semua terasa tidak masuk akal.

Oh, jangan lupa kalau credit scene film ini juga tidak berguna dan tidak memberikan tease mengenai masa depan MCU. Sampai film ini selesai, tidak ada kejelasan mengenai bergabungnya universe Deadpool dengan MCU.

***

Meskipun mampu memberikan tawa dan perasaan nostalgia lewat cameo-cameo-nya, Deadpool & Wolverine pada akhirnya terasa seperti film yang lazy writing, terutama di 1/3 akhir filmnya. Penjelasan panjang Mr. Paradox mengenai mesinnya sangat membosankan.

Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat karakter Deadpool dan Wolverine memiliki basis penggemar yang cukup besar. Kalau sebagai film dengan tujuan menghibur, masih okelah, apalagi sequence aksinya juga cukup seru untuk ditonton.

Namun, sebagai sebuah film, alur ceritanya benar-benar terasa dangkal. Doctor Strange in the Multiverse masih jauh lebih mending karena selain Scarlet Witch yang berubah menjadi villain utama, motifnya mengacak-acak multiverse cukup kuat. Dari awal, ada kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh tokoh utamanya.

Penulis harus keluar dengan mulut mengomel terus karena ada banyak sekali plothole dan hal yang tak masuk akal di film ini, terutama konsistensi teori yang diciptakan oleh Marvel sendiri. Seperti yang pernah Penulis katakan dulu sekali, Marvel terlihat kewalahan dalam mengendalikan semestanya yang semakin membesar.

RATING: 5/10


Lawang, 6 Agustus 2024, terinspirasi setelah menonton film Deadpool & Wolverine

Foto Featured Image: FAHUM UMSU

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan