Connect with us

Film & Serial

Setelah Menonton Hawkeye

Published

on

Setelah absen di tahun 2020, Marvel seolah “balas dendam” di tahun 2021. Selain merilis empat film ke layar lebar, Marvel juga merilis 5 serial sekaligus di layanan streaming Disney+. Yang menjadi penutup adalah serial Hawkeye.

Berakhir menjelang hari Natal, bisa dibilang serial ini cukup ringan dibandingkan dengan para pendahulunya. Konfliknya lokal saja, tanpa melibatkan manusia super maupun multiverse. Selain itu, Hawkeye juga berhasil membawa nuansa Natal bagi penontonnya.

Setelah tertunda lebih dari dua minggu, akhirnya Penulis berkesempatan untuk menulis ulasannya mengenai serial ini. SPOILER ALERT!!!

Episode 1 – Jangan Pernah Bertemu Pahlawanmu

Kate Bishop (TechRadar)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 1

Episode satu dimanfaatkan Marvel untuk memperkenalkan sosok Kate Bishop (Hailee Steinfeld), tentang mengapa ia mengidolakan Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), memiliki kemampuan memanah yang baik, tentang keluarganya, dan masih banyak lainnya.

Di sini juga diketahui bahwa ibunya, Eleanor (Vera Farmiga), telah bertunangan dengan Jack Duquesne (Tony Dalton) dalam sebuah acara charity. Kate mengetahui bahwa ada sebuah acara lelang pasar gelap di tempat tersebut, sebelum diinterupsi oleh Tracksuit Mafia.

Geng tersebut berusaha mengicar sebuah jam tangan yang berasal dari Avengers Compound. Kate lantas mencuri jubah Ronin milik Hawkeye yang juga dilelang di sana dan berusaha menghentikan mafia tersebut. Di sisi lain, Jack mencuri pedang milik Ronin.

Setelah mengalahkan Tracksuit Mafia dan menyamatkan seekor anjing liar yang kelak bernama Lucky the Pizza Dog, Kate pergi ke apartemennya. Lantas, ia berusaha melacak Armand Duquesne (Simon Callow) yang mengancam ibunya di tempat charity.

Ternyata, ia menemukan Armand telah terbunuh menggunakan pedang. Ketika berusaha lari dari lokasi terrsebut, ia juga dikepung oleh anggota Tracksuit Mafia sebelum diselamatkan oleh Clint.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 1

Sebagai episode perdana, episode ini terasa cukup padat dan mampu menjabarkan apa dan siapa saja yang akan terlibat dalam serial ini. Kostum Ronin yang dilelang di pasar gelap menjadi penghubung pertama dari hubungan Kate dan Clint.

Konflik ini membuat Kate pun terseret sepanjang serial dan Clint harus membereskan masalah yang ia terima akibat masa-masanya menjadi seorang Ronin. Sebagai pembuka, episode ini cukup menarik.

Episode 2 – Petak Umpet

Adegan yang Sedikit Tidak Jelas (Game Rant)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 2

Kate membawa Clint ke apartemennya. Sayangnya, Tracksuit Mafia berhasil melacak keberadaan Kate dan membakar apartemennya, membuatnya dan Clint harus kabur ke tempat bibi Kate.

Setelah itu, Clint membawa anak-anaknya pulang dan berjanji kepada mereka akan pulang sebelum hari Natal. Ketika akan mengambil kembali kostum Ronin, ia menemukan kalau kostum tersebut telah diambil oleh anggota pemadam kebakaran New York bernama Grills.

Ternyata, Grills merupakan anggota dari live action role-playing game (LARP). Demi mendapatkan kostumnya kembali, Clint pun harus rela bermain peran bersama mereka.

Selanjutnya, Clint sengaja membiarkan dirinya tertangkap oleh Tracksuit Mafia. Kate, yang curiga kalau Jack merupakan pembunuh Armand, mengikuti Clint dan pada akhirnya tertangkap juga.

Di akhir episode, kita bisa melihat kalau Tracksuit Mafia dipimpin oleh seorang wanita bernama Maya Lopez (Alaqua Cox), yang kelak akan dikenal dengan nama Echo.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 2

Secara keseluruhan Penulis kurang menyukai episode ini. Alasan pertama, pencarian Clint terhadap siapa yang memiliki kostumnya melalui media sosial terasa terlalu mulus dan tanpa halangan. Kedua, adegan Clint bermain peran juga terasa aneh dan ganjil.

Seorang Clint Barton juga seharusnya bisa menembus api yang belum terlalu parah untuk mengambil kostum Roninnya daripada harus kehilangannya lagi. Plot hole ini juga yang menjadi kekurangan episode ini.

Episode 3 – Gema

Echo (Kanan) dan Kazi Menginterogasi Clint dan Kate (Los Angeles Times)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 3

Maya menginterogasi Clint dan Kate demi menemukan posisi Ronin, yang ia anggap sebagai pelaku pembunuh ayahnya. Clint dan Kate berhasil kabur, meskipun Maya berhasil menghancurkan alat bantu dengarnya.

Dalam perjalanan kaburnya, Clint menunjukkan beberapa trick arrow miliknya yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Setelah berhasil kabur, Kate mengajak Clint untuk pergi ke penthouse-nya untuk mengakses database kriminal milik Bishop Security, di mana Clint bertemu dengan Jack.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 3

Di episode ini, adegan one-shot di mobil ketka Clint dan Kate kabur benar-benar menarik. Beberapa Trick arrow yang digunakan oleh Clint juga menjadi daya tarik tersendiri.

Selain itu, episode ini memberikan petunjuk pertama mengenai kehadiran Kingpin (Vincent D’Onofrio) dari serial Daredevil di Netflix.

Episode 4 – Mitra, Benar, Bukan?

Yelena Belova (The Wrap)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 4

Setelah menjelaskan apa yang terjadi kepada Jack dan Eleanor, Clint pun pergi dari penthouse tersebut. Sebelum pergi, Eleanor mengingatkan Clint untuk tidak melibatkan Kate dalam urusannya.

Dengan bantuan istrinya, Laura (Linda Cardellini), ia mengetahui fakta bahwa Jack merupakan CEO dari Sloan Limited, sebuah perusahaan yang digunakan oleh Tracksuit Mafia untuk mencuci uang.

Setelah itu, Clint pergi menemui Kazi (Fra Fee) agar menghentikan ambisi Maya dalam mengejar Ronin. Laura memberi info kalau jam tangan yang dicuri Tracksuit Mafia terlacak dari sebuah apartemen, yang ternyata milik Maya.

Di tengah-tengah pertarungan antara Kate dan Maya, Clint diserang oleh seseorang yang ternyata adalah Yelena Belova (Florence Pugh) yang telah diperkenalkan di film Black Widow. Setelah pertarungan, Clint “mengusir” Kate demi menyelamatkan nyawanya.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 4

Kemunculan Yelena di sini benar-benar mencuri panggung, setidaknya bagi Penulis yang memang menyukai karakternya. Meskipun tidak memiliki dialog, kemunculannya (yang sebenarnya sudah bisa ditebak) benar-benar menyenangkan.

Terlepas dari hal tersebut, episode empat terasa so-so dengan alur yang cukup. Konflik yang dihadapi oleh Clint dan Kate pun menjadi semakin rumit karena kehadiran Yelena.

Episode 5 – Ronin

Interaksi antara Yelena dan Kate Selalu Menyenangkan (The Mary Sue)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 5

Episode lima diawali dengan flashback ketika Yelena menjadi debu ketika Thanos menjentikkan jarinya di film Avengers: Infinity Wars. Setelah itu, kita bisa melihat kalau Jack ditangkap oleh kepolisian.

Kate kembali ke apartemennya dan menemukan kalau Yelena ada di sana. Mereka melakukan sebuah perbincangan, di mana Yelena mengatakan kalau dirinya ingin membunuh Clint Barton dan meminta Kate jangan ikut campur.

Di sisi lain, Clint melakukan recovery di apartemen Grills. Lalu, ia memancing Maya untuk bertemu dengannya menggunakan kostum Ronin. Clint juga memberi informasi bahwa kematian ayah Maya dilakukan karena permintaan bos Maya.

Hampir dikalahkan, Kate berhasil menyelamatkan Clint dan kabur, sedangkan Maya menjadi curiga ke Kazi. Episode ini diakhir dengan Yelena yang mengirim pesan ke Kate, menunjukkan ibunya memiliki koneksi dengan Kingpin.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 5

Adegan perbincangan antara Yelena dan Kate membuat Penulis menyukai episode ini. Aksen Rusia yang dimiliki Florence Pugh benar-benar terasa seksi dan begitu adiktif untuk didengarkan.

Kemunculan pertama kali Kingpin di akhir episode juga menaikkan hype dari episode terakhir karena mengonfirmasi kalau Vincent D’Onofrio kembali memerankan sosok Kingpin.

Episode 6 – Jadi, Inikah Natal?

Kingpin (Dualshockers)

Jalan Cerita Hawkeye Episode 6

Eleanor bertemu dengan Kingpin untuk memutus relasi mereka, di mana Clint dan Kate menemukan fakta bahwa Eleanorlah yang membunuh Armand. Dalam acara holiday party Eleanor, Kate menunjukkan fakta ini ke ibunya.

Kazi mendapatkan perintah untuk membunuh Eleanor atas perintah Kingpin, tetapi ia justru menargetkan Clint. Mendapatkan bantuan dari LARPers, semua tamu undangan di evakuasi.

Yelena pun turut hadir dalam acara tersebut untuk membunuh Clint, tetapi Kate berusaha menghentikannya. Anggota Tracksuit Mafia pun bermunculan dan ada banyak trick arrow baru yang dilepaskan oleh Clint dan Kate di episode ini. Kazi sendiri dihentikan oleh Maya yang membelot dan terbunuh.

Setelah menghentikan banyak anggota Tracksuit Mafia, Yelena melakukan pertarungan 1 vs 1 melawan Clint, di mana Clint berhasil meyakinkan Yelena kalau dirinya tidak membunuh kakaknya, Natasha Romanoff.

Di sisi lain, Kingpin berusaha menghentikan Eleanor yang kabur sebelum ditolong oleh Kate. Pertarungan pun terjadi di antara keduanya yang dimenangkan oleh Kate. Setelah itu, Eleanor ditangkap oleh pihak kepolisian.

Episode ini diakhiri adegan Maya yang menghentikan Kingpin, lantas terdengar suara tembakan. Clint sendiri berhasil pulang ke rumahnya bersama Kate, di mana ia membakar kostum Ronin miliknya.

Setelah Menonton Hawkeye Episode 6

Sama seperti serial The Falcon and the Winter Soldier (TFATWS), episode terakhir dari Hawkeye terasa berantakan dan terlalu ramai. Rasanya semua tumpah blek begitu saja di episode ini.

Kingpin yang terkenal cukup kuat, nyatanya kalah dari “anak magang”. Banyak fan yang merasa hal tersebut sedikit dipaksakan. Kemunculan Maya yang tiba-tiba dan melawan Kazi juga terasa klise.

Satu-satunya adegan yang bisa Penulis nikmati di episode final ini adalah adegan antara Kate dan Yelena di lift yang begitu kocak. Penulis berharap kalau mereka berdua akan memiliki porsi lebih banyak di film-film MCU mendatang.

Penutup

Hawkeye dan Penerusnya (VOI.id)

Secara keseluruhan, serial Hawkeye masih bisa dinikmati, tetapi terasa biasa saja. Di antara lima serial Marvel yang telah tayang, Penulis akan menempatkan serial ini di posisi keempat, di atas TFATWS.

Ceritanya memang cenderung ringan dan sesuai dengan suasana Natal. Serial ini juga berhasil memperkenalkan sosok Kate Bishop dengan baik sebagai pengganti Clint Barton di MCU, sama seperti Yelena Belova menggantikan Natasha Romanoff.

Omong-omong soal Yelena, kemunculannya di serial ini benar-benar menyenangkan. Memiliki misi untuk membunuh Clint Barton, ia pada akhirnya luluh ketika mendengarkan siulan ala Nat. Namun, itu seperti menodai karirnya sebagai pembunuh bayaran, ia gagal membunuh targetnya.

Ada satu hal yang sangat mengganjal ketika menonton serial ini. Sampai menonton semua episodenya, Penulis tidak mengetahui apa alasan Tracksuit Mafia ingin mencuri sebuah jam tangan yang ternyata diketahui milik Laura Barton.

Selain itu, serial ini juga agak “mengecewakan” karena adegan post-credit-nya hanya menampilkan full version dari Rogers: The Musical. Padahal, biasanya Marvel menyisipkan info film/serial selanjutnya di sini.

Jika disimpulkan, Penulis akan memberikan serial ini nilai 6.5/10, di mana mayoritas angka tersebut disumbang oleh interaksi unik antara Yelena dan Kate.


Lawang, 9 Januari 2022, terinspirasi setelah menonton serial Hawkeye

Foto: Tom’s Guide

Film & Serial

[REVIEW] Setelah Menonton X-Men ‘97

Published

on

By

Rasanya sudah semakin jarang Marvel Cinematic Universe (MCU) merilis serial yang berkualitas. Dalam rentang waktu satu tahun terakhir, praktis hanya serial Loki Season 2 yang bisa dinikmati dan mampu menyajikan cerita yang menarik.

Untungnya, serial animasi terbaru yang dirilis MCU akhirnya mampu mematahkan hal buruk tersebut, yakni X-Men ’97. Penulis bukan penggemar die hard X-Men, tapi cukup familiar dengan karakter-karakternya karena pernah membacanya di majalah waktu kecil.

Serial asli X-Men yang rilis di tahun 90-an pun Penulis merasa tidak pernah menontonnya, walaupun theme song-nya terasa sangat familiar. Mungkin Penulis pernah menontonnya, tapi tidak bisa mengingatnya.

Yang jelas, Penulis memutuskan untuk menonton serial X-Men ’97 karena merasa penasaran. Penulis sampai harus menonton rekap serial animasi aslinya agar bisa catch up dan memahami konflik apa yang akan dihadapi oleh para X-Men.

Jalan Cerita X-Men ’97

Meskipun menggunakan gaya animasi yang berbeda dengan versi aslinya, X-Men ’97 merupakan sekuel langsung dengan gaya animasi yang telah menyesuaikan dengan era modern. Artinya, ceritanya pun nyambung dengan serial aslinya.

Di awal cerita, kita mengetahui bahwa Profesor Xavier telah dibawa ke luar angkasa oleh Lilandra demi menyelamatkan nyawanya. Lantas, X-Men pun secara mengejutkan jadi dipimpin oleh Magneto.

Beberapa kejadian pun terjadi selama Magneto menjadi pemimpin, termasuk Storm yang kehilangan kekuatannya. Selain itu, diketahui bahwa Jean Gray yang selama ini bersama X-Men ternyata hanya klon yang dibuat oleh Mister Sinister.

Klimaks konflik dari musim kali ini adalah penyerangan besar-besaran yang menghancurkan Genosha. Kejadian ini membuat karakter X-Men favorit Penulis, Gambit, harus tewas. Selain itu, Magneto juga berhasil diculik dan menghilang dalam waktu yang cukup lama.

Siapa dalang di balik penyerangan Genosha? Ternyata dia adalah Bastion, humanoid yang merupakan gabungan dari Nimrod dan Master Mold. Ia sangat membenci mutan, mengingat ia berasal dari entitas yang bertujuan untuk memusnahkan semua mutan.

Bastion tidak sendirian, ia dibantu oleh Mister Sinister dalam menjalankan misinya untuk memusnahkan mutan. Masalah makin pelik bagi X-Men, karena Magneto yang diculik berhasil kabur dan mematikan semua listrik di dunia dan menyatakan perang kepada manusia.

Di saat genting tersebut, Profesor Xavier pulang ke Bumi untuk menyelesaikan konflik yang ada. X-Men dibagi menjadi dua tim, satu berusaha menghentikan Magneto dan satu lagi menyerang Bastion yang melepaskan Prime Sentinels ke seluruh dunia.

Singkat cerita, pada akhirnya X-Men berhasil melakukan kedua misi tersebut. Namun, Asteroid M yang menjadi markas Magneto terjun ke Bumi dan berpotensi menyebabkan kiamat. Berbagai upaya dilakukan, tapi akhirnya Magneto-lah yang menghentikan insiden tersebut.

Setelah kejadian tersebut, banyak tokoh X-Men yang hilang dan tidak ditemukan. Pada akhirnya, terkuak kalau para X-Men terlempar ke lini masa yang berbeda, yang akan menjadi premis utama di musim selanjutnya.

Setelah Menonton X-Men ’97

Setelah selesai menonton semua 10 episodenya, Penulis merasa cukup puas dengan serial ini. Gaya animasinya, walaupun tidak unik seperti What If…?, cukup memanjakan mata. Dialog-dialog yang dimiliki, terutama yang keluar dari mulut Magneto, juga berkesan.

Meskipun Penulis tidak terlalu mengikuti X-Men, Penulis cukup mudah mengenali karakter-karakter yang ada di serial ini karena Penulis merupakan pemain Marvel Snap. Desain karakter yang ada di game TCG tersebut sama dengan yang ada di serial ini.

Selain karakter yang sudah familiar seperti Wolverine, Cyclops, Storm, Gambit, Beast, dan lainnya, Penulis langsung mengetahui karakter-karakter lainnya yang selama ini kurang ditonjolkan di film-film live-action seperti Jubilee, Morph, Sentinel, hingga Mister Sinister.

Penulis cukup menyayangkan kematian Gambit. Sudah di film live-action jarang muncul, sekalinya muncul di serial animasi malah harus mati. Namun, kematiannya yang heroik menjadi salah satu momen terbaik di serial ini.

Selain itu, ada banyak cameo menarik yang dimunculkan, mulai dari Captain America, Spider-Man, Silver Samurai, Omega Red, hingga Iron Man. Dengan kemunculan mereka, Penulis jadi berharap kalau di musim-musim selanjutkan akan ada tema X-Men vs Avengers.

Untuk konflik ceritanya sendiri bisa dibilang cukup berat, sehingga serial ini rasanya kurang cocok untuk anak-anak. Tema politik “manusia vs mutan” masih menjadi isu utama, di mana ada pihak yang ingin memusnahkan mutan dari Bumi karena berbagai alasan.

Salah satu poin utama yang membuat serial ini outstanding adalah bagaimana posisi Magneto yang tidak menjadi antagonis. Di serial ini, Magneto justru berusaha memahami apa keinginan Profesor Xavier, sebelum akhirnya merasa kalau usahanya berakhir sia-sia.

Bastion sebagai antagonis utama di serial ini juga terlihat sebagai musuh yang sulit untuk ditakhlukkan. Motivasinya untuk memusnahkan mutan mungkin kurang deep, tapi cukup kuat dan masuk akal. Pemilihannya sebagai villain utama sangat tepat.

Kesimpulannya, serial X-Men ’97 berhasil menjadi oase di tengah gempuran serial Marvel lain yang kurang berkualitas. Walaupun tidak menonton serial aslinya, kita masih akan bisa menikmati jalan ceritanya tanpa perlu pusing.

Rating: 8/10


Lawang, 28 Mei 2024, terinspirasi setelah menonton serial X-Men ’97

Foto Featured Image: Variety

Continue Reading

Film & Serial

Tulisan Ini Merangkum Ulasan Film dan Serial MCU yang Terlewat

Published

on

By

Biasanya, setiap ada film atau serial Marvel Cinematic Universe (MCU) yang selesai ditonton, Penulis akan membuat artikel ulasannya. Walaupun kadang telat satu bulan, artikel tersebut akan tetap ditulis.

Namun, beberapa bulan terakhir, Penulis melewatkan cukup banyak film dan serial MCU karena kesibukan (dan kemalasan) untuk diulas. Padahal, setelah serial Secret Invasion yang mengecewakan, MCU merilis tiga serial dan satu film layar lebar.

Meskipun sudah telat berbulan-bulan, ada rasa bersalah karena telah melewatkan mereka semua. Oleh karena itu, agar tidak lagi terbebani dengan hutang artikel, Penulis memutuskan untuk merangkum semuanya dalam satu artikel.

Rangkuman Ulasan Film dan Serial MCU

Setelah serial Secret Invasion, Marvel merilis tiga serial lagi, yakni Loki Season 2, What If…? Season 2, dan Echo. Selain itu, Marvel juga merilis film layar lebar terakhir di tahun 2023, yakni The Marvels.

Lantas, bagaimana pendapat Penulis tentang film dan serial-serial tersebut? Apakah semakin memundurkan kualitas MCU, atau justru berhasil menyelamatkannya? Berikut adalah ulasan Penulis selengkapnya!

Review Loki Season 2

Singkat kata, Loki Season 2 adalah serial terbaik yang pernah diproduksi oleh MCU. Bahkan, lebih bagus dari WandaVision yang sebelumnya Penulis anggap sebagai serial terbaik. Serial ini, dari episode pertama hingga terakhir, berhasil konsisten menyajikan tontonan yang berkualitas.

Setelah menonton episode 4, Penulis sudah menuliskan bahwa serial ini benar-benar terasa menjadi oase di tengah film dan serial Marvel lainnya yang begitu buruk. Hampir mayoritas menganggap kalau serial ini berhasil menyelamatkan muka Marvel yang terus-menerus dikritik.

Apa yang paling Penulis suka dari serial ini adalah pengembangan karakter yang dialami oleh Loki. Dari yang awalnya antagonis narsistik menjadi penyelamat universe dengan mengorbankan egonya. Siapa yang menyangka kalau God of Mischief rela melakukan sejauh itu?

Karakter-karakter pendukungnya pun tak kalah menarik. Apresiasi perlu disematkan ke Ke Huy Quan yang memerankan karakter OB. Sekali lagi, ia menjadi karakter yang dengan mudah dicintai oleh penontonnya.

Kesimpulannya, serial ini jelas akan menjadi parameter ke depannya kalau sebuah serial Marvel minimal ya memiliki kualitas cerita seperti ini. Standar yang jelas tinggi, sehingga para penonton pun harus bisa mengelola ekspektasinya dengan bijak.

SKOR: 9/10

Review The Marvels

The Marvels adalah film yang benar-benar biasa saja. Plot cerita, biasa, lurus tanpa plot twist. Villain utama biasa saja, tipe yang akan mudah dilupakan. Malah, sepanjang nonton film ini, Penulis merasa kalau film ini benar-benar tipe M-She-U yang sering diungkapkan oleh netizen.

Salah satu hal yang paling membuat Penulis kesal adalah bagaimana Captain Marvel, yang notabene menjadi salah satu superhero terkuat di MCU, terlihat kewalahan melawan villain yang kemampuannya B aja. Sangat terlihat kalau ia cukup di-nerf demi kepentingan cerita.

Dramanya dengan Monica Rambeau juga terasa canggung dan tidak natural. Seperti klise pada umumnya, konflik antara Monica dan Captain Marvel hanya karena miskomunikasi yang selesai ketika mereka akhirnya berbicara dari hati ke hati.

Di sisi lain, mungkin kehadiran Kamala Khan bisa dibilang membuat film ini setidaknya terasa segar dan berwarna. Karakternya yang lovable di serial Ms. Marvel berhasil dipertahankan di film ini dan seolah menjadi “anak bontot” dari tiga bersaudara.

Memang ada sedikit kejutan di bagian akhir, tapi jujur sama sekali tidak mengejutkan karena rumornya sudah santer terdengar sebelum filmnya rilis. Kamala mendatangi Kate Bishop dari serial Hawkeye untuk bergabung dengan “Avengers” baru, sedangkan Monica terlempar ke universe lain di mana ia bertemu dengan Beast dari X-Men.

SKOR: 6/10

Review What If…? Season 2

Mengingat musim pertamanya berhasil menyajikan cerita-cerita yang menarik, Penulis pun berekspektasi kalau musim kedua dari serial What If…? akan sama bagusnya. Sayangnya, ekspektasi tersebut dipatahkan begitu saja.

Berbeda dengan musim pertamanya, serial ini dirilis setiap hari, bukan setiap minggu. Tentu harusnya hal tersebut membuat penggemar senang, bukan? Iya, jika jalan ceritanya sebagus musim pertamanya. Musim kedua ini bisa dibilang lumayan mengecewakan.

Pertama, episode-episodenya tidak terlalu saling terkait seperti musim pertama. Ada beberapa episode yang sama sekali tidak memiliki pengaruh ke finale episode-nya. Kedua, serial ini terlalu berfokus ke Captain Carter, seolah semakin menegaskan MCU itu M-She-U.

Ketika, karakter Supreme Strange yang sudah menjalani character development di musim pertama menjadi villain lagi, bahkan villain utama. Tujuannya pun sama, menghidupkan kembali Christie dengan membuat ulang semestanya yang telah hancur.

Salah satu poin positif dari serial ini adalah adanya karakter Kahhori, yang merupakan karakter orisinal untuk serial What If…?. Ia pun bekerja sama dengan Captain Carter untuk mengalahkan Supreme Strange dan menyelamatkan multiverse.

SKOR: 6/10

Review Echo

Di awal tahun 2024, Marvel merilis sebuah serial baru berjudul Echo, yang merupakan seri pertama yang masuk ke dalam seri Marvel Spotlight. Serial ini berfokus ke karakter Maya Lopez, yang telah muncul di serial Hawkeye.

Mungkin Marvel sudah punya feeling kalau serial ini tidak akan terlalu berhasil, sehingga mereka memutuskan untuk merilis semua episodenya dalam satu hari. Keputusan tersebut mungkin benar, karena serial ini cukup membuat Penulis garuk-garuk kepala.

Selama beberapa episode awal, Penulis benar-benar dibuat bingung mau dibawa ke arah mana serial ini. Apakah ini merupakan perjalanan awal Maya menjadi superhero, pembalasan dendam masa lalu, atau malah cuma jadi pemanasan serial Daredevil Born Again.

Rupanya, serial ini pada akhirnya berfokus bagaimana Maya menyelesaikan konflik dengan Kingpin, yang selama ini sudah dianggap sebagai pamannya sendiri. Namun, penyelesaian konfliknya di episode terakhir pun terasa aneh dan berakhir begitu saja.

Karakter Kingpin di sini jelas berhasil mencuri perhatian berkat akting dari Vincent D’Onofrio. Sayangnya, karakter Maya terasa kurang berhasil digali potensinya untuk menjadi karakter besar di MCU. Apalagi, tidak jelas bagaimana nasibnya di masa depan MCU.

SKOR: 5/10

Penutup

Dari empat film/serial yang Penulis ulas di atas, hanya Loki Season 2 yang Penulis anggap berhasil. Ini tentu menunjukkan kalau MCU masih harus berbenah jika tidak ingin ditinggalkan oleh penggemarnya.

Sejauh ini, sudah ada banyak upaya untuk menyelamatkan muka MCU, termasuk menunda beberapa proyek untuk memastikan kualitasnya. Di tahun 2024 ini, hanya ada film Deadpool & Wolverine yang akan dirilis oleh Marvel, dan jujur Penulis sangat mengantisipasinya.

Saat artikel ini ditulis, Penulis sedang mengikuti serial animasi X-Men ’97, sebuah lanjutan dari serial klasik Marvel yang dirilis di tahun 90-an. Sejauh ini, serial ini cukup memuaskan dan memiliki jalan cerita yang menarik dan membuat penasaran.

Bisa jadi, film Deadpool & Wolverine dan serial X-Men ’97 tersebut dijadikan patokan oleh Marvel apakah semesta X-Men masih menarik minat penonton. Jika iya, maka kemungkinan besar Mutant Saga akan hadir setelah Multiverse Saga berakhir.


Lawang, 24 April 2024, terinspirasi setelah menyadari ada banyak serial dan film MCU yang belum dibuatkan ulasannya

Continue Reading

Film & Serial

Akhirnya Marvel Kembali Menarik Gara-gara Loki Season 2

Published

on

By

Sepanjang Multiverse Saga, Marvel kerap meluncurkan serial yang menimbulkan kekecewaan, apalagi Secret Invasion yang bikin geleng-geleng kepala. Penulis jadi semakin pesimis dengan masa depan Marvel Cinematic Universe (MCU).

Sejauh ini, hanya ada tiga serial yang Penulis anggap benar-benar bagus dari awal hingga akhir, yakni WandaVision, Loki, dan What If…?. Sebenarnya serial Moon Knight juga lumayan bagus, yang sayangnya memiliki episode terakhir yang cukup generik dan terasa kurang.

Di antara tiga serial Marvel yang Penulis sukai, Loki menjadi yang pertama memiliki sekuel. Jujur, Penulis sangat antusias ketika akhirnya serial ini tayang, mengingat akhir dari musim pertamanya sedikit cliff hanging.

Nah, untungnya tingginya ekspektasi Penulis tidak sia-sia karena sejauh ini serial Loki benar-benar memuaskan! Pace-nya cepat dan tidak terasa dragging sama sekali, penuh kejutan, alur cerita yang rapi, serta ada beberapa teknik shoot yang menarik.

Selain itu, tensi dari serial ini juga sangat menarik. Kita seolah ikut dibuat tegang dengan konflik multiverse yang dihadapi oleh Loki (Tom Hiddleston) bersama teman-temannya. Kesan clock is ticking benar-benar terasa, hingga akhirnya DUUUAAAARRRR!!! di episode 4.

Ketika Marvel Kembali Menarik

Untuk yang awam, Loki Season 2 bercerita tentang kekacauan yang terjadi di Time Variance Authority (TVA) setelah kematian He Who Remains (Jonathan Majors) yang dibunuh oleh varian Loki, Sylvie (Sophia Di Martino).

Hingga artikel ini ditulis (27/10), Loki Season 2 telah memasuki episode 4. Dibandingkan dengan episode-episode sebelumnya (yang sebenarnya so far so good), episode kali ini benar-benar mindblowing dan mengejutkan.

Demi menghindari spoiler pada artikel ini, Penulis hanya bisa menggambarkan kalau episode ini benar-benar tidak tertebak. Build up yang rapi dari episode pertama hingga ketiga ternyata tidak mengubah apa-apa. Apa yang dikhawatirkan akhirnya benar-benar terjadi.

Akhir yang sangat menggantung di episode ini juga memberikan kesan yang mirip dengan Avengers: Infinity Wars, di mana Thanos berhasil melenyapkan setengah populasi alam semesta.

Sekali lagi, kita disajikan misi yang dilakukan oleh protagonis kita gagal dilakukan. Namun, seperti yang sudah Penulis jelaskan di tulisan lain, tingkat destruktif di serial ini benar-benar beda level. Penulis benar-benar tidak sabar untuk menonton episode ke-5 mendatang.

Yang jelas, sejauh ini serial Loki Season 2 berhasil membuat Penulis berpikir kalau Marvel mulai menarik lagi dan kembali ke jalan yang benar. Kekacauan demi kekacauan yang terjadi di serial-serial sebelumnya seolah tertebus dengan kemunculan serial ini.

Penulis berusaha untuk mencari celah untuk mengkritik serial ini. Hanya saja, Penulis benar-benar tidak menemukan apa yang kurang dari Loki Season 2 sejauh ini. Meskipun tentu tidak sempurna, Penulis berhasil dibuat puas olehnya.

Episode 4 Selalu Jadi yang Paling Mengejutkan?

Ada fakta menarik tentang episode 4 serial Loki Season 2. Pada musim pertamanya, episode keempatnya juga sangat mengejutkan ketika sosok di balik TVA terkuak hanya robot dan di-prune-nya Mobius dan Loki.

Jika diingat-ingat lagi, sebenarnya banyak kejadian yang mengejutkan terjadi di episode keempat dari semua serial Marvel. Penulis akan coba bahas beberapa untuk membuktikan pernyataan tersebut.

Di WandaVision, akhirnya terkuak apa yang sebenarnya terjadi pada Wanda dan penduduk kota Westview. Di The Falcon and the Winter Soldier, kita bisa melihat bagaimana Captain America baru melakukan pembuhan dengan menggunakan perisainya.

Episode 4 favorit Penulis, selain Loki Season 2, adalah What If…? yang menceritakan tentang Supreme Doctor Strange yang sangat dark. Di serial Hawkeye, kita bisa melihat kemunculan karakter Yelena Belova (Florence Pugh).

Moon Knight pun cukup mengejutkan, di mana karakter utama Steven Grant (Oscar Isaac) ditembak tepat di dada oleh antagonisnya. Kejadian yang mirip juga terjadi di serial Secret Invasion, di mana Talos (Ben Mendelsohn) dibunuh oleh Gravik (Kingsley Ben-Adir).

Mengingat kebanyakan serial Marvel hanya memiliki enam episode (kecuali WandaVision, What If…?, dan She-Hulk: Attorney at Law yang punya sembilang episode), wajar jika episode 4 menampilkan adegan mengejutkan karena sudah mendekati klimaks.

Selain itu, episode 5 seringnya dimanfaatkan sebagai momen cooldown sebelum finale episode, sehingga terasa boring dan dragging. Apalagi, tak jarang Marvel mengecewakan penggemarnya dengan buruknya konklusi serial di episode terakhir.

Penutup

Masih ada dua episode lagi sebelum serial Loki Season 2 tamat. Namun, sejauh ini serial ini mampu memuaskan Penulis yang telah dikecewakan berkali-kali, baik karena film maupun serialnya.

Memang film Guardians of the Galaxy Vol. 3 adalah film yang bagus, tetapi dampaknya secara keseluruhan untuk Multiverse Saga sangat kecil. Loki Season 2 bersentuhan langsung dengan konsep multiverse beserta bahayanya.

Penulis bahkan meyakini kalau apa yang terjadi di serial Loki ini akan memiliki pengaruh besar kepada keseluruhan saga. Event yang akan terjadi di film-film selanjutnya, termasuk Avengers: Kang Dynasty dan Avengers: Secret Wars, bisa bermula dari serial ini.

Semoga saja di dua episode terakhir, serial ini bisa konsisten menjaga kualitas ceritanya, sehingga Penulis bisa berpikir kalau MCU masih menyenangkan untuk ditonton.


Lawang, 27 Oktober 2023, terinspirasi setelah menonton Loki Season 2 Episode 4 yang cukup mindblowing

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan