Film & Serial
Setelah Menonton Hawkeye
Setelah absen di tahun 2020, Marvel seolah “balas dendam” di tahun 2021. Selain merilis empat film ke layar lebar, Marvel juga merilis 5 serial sekaligus di layanan streaming Disney+. Yang menjadi penutup adalah serial Hawkeye.
Berakhir menjelang hari Natal, bisa dibilang serial ini cukup ringan dibandingkan dengan para pendahulunya. Konfliknya lokal saja, tanpa melibatkan manusia super maupun multiverse. Selain itu, Hawkeye juga berhasil membawa nuansa Natal bagi penontonnya.
Setelah tertunda lebih dari dua minggu, akhirnya Penulis berkesempatan untuk menulis ulasannya mengenai serial ini. SPOILER ALERT!!!
Episode 1 – Jangan Pernah Bertemu Pahlawanmu
Jalan Cerita Hawkeye Episode 1
Episode satu dimanfaatkan Marvel untuk memperkenalkan sosok Kate Bishop (Hailee Steinfeld), tentang mengapa ia mengidolakan Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), memiliki kemampuan memanah yang baik, tentang keluarganya, dan masih banyak lainnya.
Di sini juga diketahui bahwa ibunya, Eleanor (Vera Farmiga), telah bertunangan dengan Jack Duquesne (Tony Dalton) dalam sebuah acara charity. Kate mengetahui bahwa ada sebuah acara lelang pasar gelap di tempat tersebut, sebelum diinterupsi oleh Tracksuit Mafia.
Geng tersebut berusaha mengicar sebuah jam tangan yang berasal dari Avengers Compound. Kate lantas mencuri jubah Ronin milik Hawkeye yang juga dilelang di sana dan berusaha menghentikan mafia tersebut. Di sisi lain, Jack mencuri pedang milik Ronin.
Setelah mengalahkan Tracksuit Mafia dan menyamatkan seekor anjing liar yang kelak bernama Lucky the Pizza Dog, Kate pergi ke apartemennya. Lantas, ia berusaha melacak Armand Duquesne (Simon Callow) yang mengancam ibunya di tempat charity.
Ternyata, ia menemukan Armand telah terbunuh menggunakan pedang. Ketika berusaha lari dari lokasi terrsebut, ia juga dikepung oleh anggota Tracksuit Mafia sebelum diselamatkan oleh Clint.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 1
Sebagai episode perdana, episode ini terasa cukup padat dan mampu menjabarkan apa dan siapa saja yang akan terlibat dalam serial ini. Kostum Ronin yang dilelang di pasar gelap menjadi penghubung pertama dari hubungan Kate dan Clint.
Konflik ini membuat Kate pun terseret sepanjang serial dan Clint harus membereskan masalah yang ia terima akibat masa-masanya menjadi seorang Ronin. Sebagai pembuka, episode ini cukup menarik.
Episode 2 – Petak Umpet
Jalan Cerita Hawkeye Episode 2
Kate membawa Clint ke apartemennya. Sayangnya, Tracksuit Mafia berhasil melacak keberadaan Kate dan membakar apartemennya, membuatnya dan Clint harus kabur ke tempat bibi Kate.
Setelah itu, Clint membawa anak-anaknya pulang dan berjanji kepada mereka akan pulang sebelum hari Natal. Ketika akan mengambil kembali kostum Ronin, ia menemukan kalau kostum tersebut telah diambil oleh anggota pemadam kebakaran New York bernama Grills.
Ternyata, Grills merupakan anggota dari live action role-playing game (LARP). Demi mendapatkan kostumnya kembali, Clint pun harus rela bermain peran bersama mereka.
Selanjutnya, Clint sengaja membiarkan dirinya tertangkap oleh Tracksuit Mafia. Kate, yang curiga kalau Jack merupakan pembunuh Armand, mengikuti Clint dan pada akhirnya tertangkap juga.
Di akhir episode, kita bisa melihat kalau Tracksuit Mafia dipimpin oleh seorang wanita bernama Maya Lopez (Alaqua Cox), yang kelak akan dikenal dengan nama Echo.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 2
Secara keseluruhan Penulis kurang menyukai episode ini. Alasan pertama, pencarian Clint terhadap siapa yang memiliki kostumnya melalui media sosial terasa terlalu mulus dan tanpa halangan. Kedua, adegan Clint bermain peran juga terasa aneh dan ganjil.
Seorang Clint Barton juga seharusnya bisa menembus api yang belum terlalu parah untuk mengambil kostum Roninnya daripada harus kehilangannya lagi. Plot hole ini juga yang menjadi kekurangan episode ini.
Episode 3 – Gema
Jalan Cerita Hawkeye Episode 3
Maya menginterogasi Clint dan Kate demi menemukan posisi Ronin, yang ia anggap sebagai pelaku pembunuh ayahnya. Clint dan Kate berhasil kabur, meskipun Maya berhasil menghancurkan alat bantu dengarnya.
Dalam perjalanan kaburnya, Clint menunjukkan beberapa trick arrow miliknya yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Setelah berhasil kabur, Kate mengajak Clint untuk pergi ke penthouse-nya untuk mengakses database kriminal milik Bishop Security, di mana Clint bertemu dengan Jack.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 3
Di episode ini, adegan one-shot di mobil ketka Clint dan Kate kabur benar-benar menarik. Beberapa Trick arrow yang digunakan oleh Clint juga menjadi daya tarik tersendiri.
Selain itu, episode ini memberikan petunjuk pertama mengenai kehadiran Kingpin (Vincent D’Onofrio) dari serial Daredevil di Netflix.
Episode 4 – Mitra, Benar, Bukan?
Jalan Cerita Hawkeye Episode 4
Setelah menjelaskan apa yang terjadi kepada Jack dan Eleanor, Clint pun pergi dari penthouse tersebut. Sebelum pergi, Eleanor mengingatkan Clint untuk tidak melibatkan Kate dalam urusannya.
Dengan bantuan istrinya, Laura (Linda Cardellini), ia mengetahui fakta bahwa Jack merupakan CEO dari Sloan Limited, sebuah perusahaan yang digunakan oleh Tracksuit Mafia untuk mencuci uang.
Setelah itu, Clint pergi menemui Kazi (Fra Fee) agar menghentikan ambisi Maya dalam mengejar Ronin. Laura memberi info kalau jam tangan yang dicuri Tracksuit Mafia terlacak dari sebuah apartemen, yang ternyata milik Maya.
Di tengah-tengah pertarungan antara Kate dan Maya, Clint diserang oleh seseorang yang ternyata adalah Yelena Belova (Florence Pugh) yang telah diperkenalkan di film Black Widow. Setelah pertarungan, Clint “mengusir” Kate demi menyelamatkan nyawanya.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 4
Kemunculan Yelena di sini benar-benar mencuri panggung, setidaknya bagi Penulis yang memang menyukai karakternya. Meskipun tidak memiliki dialog, kemunculannya (yang sebenarnya sudah bisa ditebak) benar-benar menyenangkan.
Terlepas dari hal tersebut, episode empat terasa so-so dengan alur yang cukup. Konflik yang dihadapi oleh Clint dan Kate pun menjadi semakin rumit karena kehadiran Yelena.
Episode 5 – Ronin
Jalan Cerita Hawkeye Episode 5
Episode lima diawali dengan flashback ketika Yelena menjadi debu ketika Thanos menjentikkan jarinya di film Avengers: Infinity Wars. Setelah itu, kita bisa melihat kalau Jack ditangkap oleh kepolisian.
Kate kembali ke apartemennya dan menemukan kalau Yelena ada di sana. Mereka melakukan sebuah perbincangan, di mana Yelena mengatakan kalau dirinya ingin membunuh Clint Barton dan meminta Kate jangan ikut campur.
Di sisi lain, Clint melakukan recovery di apartemen Grills. Lalu, ia memancing Maya untuk bertemu dengannya menggunakan kostum Ronin. Clint juga memberi informasi bahwa kematian ayah Maya dilakukan karena permintaan bos Maya.
Hampir dikalahkan, Kate berhasil menyelamatkan Clint dan kabur, sedangkan Maya menjadi curiga ke Kazi. Episode ini diakhir dengan Yelena yang mengirim pesan ke Kate, menunjukkan ibunya memiliki koneksi dengan Kingpin.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 5
Adegan perbincangan antara Yelena dan Kate membuat Penulis menyukai episode ini. Aksen Rusia yang dimiliki Florence Pugh benar-benar terasa seksi dan begitu adiktif untuk didengarkan.
Kemunculan pertama kali Kingpin di akhir episode juga menaikkan hype dari episode terakhir karena mengonfirmasi kalau Vincent D’Onofrio kembali memerankan sosok Kingpin.
Episode 6 – Jadi, Inikah Natal?
Jalan Cerita Hawkeye Episode 6
Eleanor bertemu dengan Kingpin untuk memutus relasi mereka, di mana Clint dan Kate menemukan fakta bahwa Eleanorlah yang membunuh Armand. Dalam acara holiday party Eleanor, Kate menunjukkan fakta ini ke ibunya.
Kazi mendapatkan perintah untuk membunuh Eleanor atas perintah Kingpin, tetapi ia justru menargetkan Clint. Mendapatkan bantuan dari LARPers, semua tamu undangan di evakuasi.
Yelena pun turut hadir dalam acara tersebut untuk membunuh Clint, tetapi Kate berusaha menghentikannya. Anggota Tracksuit Mafia pun bermunculan dan ada banyak trick arrow baru yang dilepaskan oleh Clint dan Kate di episode ini. Kazi sendiri dihentikan oleh Maya yang membelot dan terbunuh.
Setelah menghentikan banyak anggota Tracksuit Mafia, Yelena melakukan pertarungan 1 vs 1 melawan Clint, di mana Clint berhasil meyakinkan Yelena kalau dirinya tidak membunuh kakaknya, Natasha Romanoff.
Di sisi lain, Kingpin berusaha menghentikan Eleanor yang kabur sebelum ditolong oleh Kate. Pertarungan pun terjadi di antara keduanya yang dimenangkan oleh Kate. Setelah itu, Eleanor ditangkap oleh pihak kepolisian.
Episode ini diakhiri adegan Maya yang menghentikan Kingpin, lantas terdengar suara tembakan. Clint sendiri berhasil pulang ke rumahnya bersama Kate, di mana ia membakar kostum Ronin miliknya.
Setelah Menonton Hawkeye Episode 6
Sama seperti serial The Falcon and the Winter Soldier (TFATWS), episode terakhir dari Hawkeye terasa berantakan dan terlalu ramai. Rasanya semua tumpah blek begitu saja di episode ini.
Kingpin yang terkenal cukup kuat, nyatanya kalah dari “anak magang”. Banyak fan yang merasa hal tersebut sedikit dipaksakan. Kemunculan Maya yang tiba-tiba dan melawan Kazi juga terasa klise.
Satu-satunya adegan yang bisa Penulis nikmati di episode final ini adalah adegan antara Kate dan Yelena di lift yang begitu kocak. Penulis berharap kalau mereka berdua akan memiliki porsi lebih banyak di film-film MCU mendatang.
Penutup
Secara keseluruhan, serial Hawkeye masih bisa dinikmati, tetapi terasa biasa saja. Di antara lima serial Marvel yang telah tayang, Penulis akan menempatkan serial ini di posisi keempat, di atas TFATWS.
Ceritanya memang cenderung ringan dan sesuai dengan suasana Natal. Serial ini juga berhasil memperkenalkan sosok Kate Bishop dengan baik sebagai pengganti Clint Barton di MCU, sama seperti Yelena Belova menggantikan Natasha Romanoff.
Omong-omong soal Yelena, kemunculannya di serial ini benar-benar menyenangkan. Memiliki misi untuk membunuh Clint Barton, ia pada akhirnya luluh ketika mendengarkan siulan ala Nat. Namun, itu seperti menodai karirnya sebagai pembunuh bayaran, ia gagal membunuh targetnya.
Ada satu hal yang sangat mengganjal ketika menonton serial ini. Sampai menonton semua episodenya, Penulis tidak mengetahui apa alasan Tracksuit Mafia ingin mencuri sebuah jam tangan yang ternyata diketahui milik Laura Barton.
Selain itu, serial ini juga agak “mengecewakan” karena adegan post-credit-nya hanya menampilkan full version dari Rogers: The Musical. Padahal, biasanya Marvel menyisipkan info film/serial selanjutnya di sini.
Jika disimpulkan, Penulis akan memberikan serial ini nilai 6.5/10, di mana mayoritas angka tersebut disumbang oleh interaksi unik antara Yelena dan Kate.
Lawang, 9 Januari 2022, terinspirasi setelah menonton serial Hawkeye
Foto: Tom’s Guide
Film & Serial
Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti
Dalam beberapa minggu terakhir, bisa dibilang Black Myth: Wukong adalah salah satu judul game yang sedang banyak dibicarakan. Banyak pujian yang disematkan kepada game tersebut, baik karena gameplay, jalan cerita, maupun visualnya.
Penulis sendiri tidak ikut membelinya, meskipun sebenarnya cukup tertarik. Namun, Penulis bukan tipe gamer yang suka genre hack ‘n slash seperti itu. Apalagi, Penulis sedang menyiapkan dana untuk membeli game Dragon Ball: Sparking! ZERO yang rilis bulan depan.
Walaupun begitu, Black Myth: Wukong berhasil menimbulkan perasaan nostalgia karena mengingatkan dirinya akan satu serial legendaris yang juga mengangkat tema pergi ke barat untuk mengambil kitab suci: Kera Sakti. Penulis pun memutuskan untuk rewatch.
Mengapa Kera Sakti Sangat Membekas Bagi Penulis
Penulis tidak ingat pasti mengapa dulu dirinya menonton Kera Sakti, mungkin karena jam tayangnya saja yang pas dengan waktu nonton televisi. Apalagi, serial ini menghadirkan pertarungan yang seru untuk anak kecil.
Untuk yang asing dengan serial ini, Kera Sakti bercerita tentang perjalanan sekelompok orang ke barat untuk mengambil kitab suci Buddha. Kelompok ini terdiri dari biksu Tong Sam Cong, Sun Go Kong, Cut Pat Kai, dan Wu Cing. Maaf kalo penulisannya salah, karena Penulis menulisnya berdasarkan ingatannya.
Rombongan ini jelas unik karena Wu Kong berwujud kera, Pat Kai berwujud babi, dan Wu Cing, yah masih terlihat seperti manusia biasa. Kalau tidak salah, dalam perjalanan tersebut mereka harus melewati 33 rintangan dan 99 kesulitan.
Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan banyak sekali jenis siluman yang memberi kesulitan dan halangan. Memang Go Kong yang paling sering menjadi ujung tombak ketika menghadapi mereka, tapi peran karakter lain tak kalah penting.
Ada banyak alasan mengapa serial ini begitu membekas untuk Penulis. Selain pertarungannya yang seru, ada banyak petuah-petuah kehidupan yang sering diucapkan oleh Tong Sam Cong seperti “Kosong adalah Isi, Isi adalah Kosong.”
Bicara soal petuah, tentu jangan lupakan quote legendaris dari Patkai: “Begitulah cinta, deritanya tiada akhir.” Hingga saat ini, quote tersebut rasanya masih relevan bagi banyak orang.
Waktu kecil, Penulis menganggap animasi atau efek-efek pertarungan serial ini juga cukup oke. Namun, waktu rewatch, ternyata tidak bagus-bagus amat. Bahkan, beberapa animasinya terlihat kartun banget, beda dengan ingatan Penulis waktu kecil.
Selain itu, gara-gara rewatch, Penulis jadi bisa merangkai alur cerita serial ini dengan lebih baik, karena yang tersisa di ingatan hanya potongan-potongan. Bagi Penulis, alur cerita serial ini memang bagus, walau memang ada beberapa yang sejujurnya sudah tidak sesuai dengan standar saat ini.
Serial ini juga terkenal karena lagu opening-nya yang legendaris. Hampir semua orang pasti merasa familiar dengan lagu tersebut. Selain itu, musik-musik di background-nya juga sangat membekas bagi Penulis.
Arc Favorit di Kera Sakti
Dari sekian banyak pertarungan atau arc yang ada, ada dua yang menjadi favorit Penulis hingga saat ini dan rasanya menjadi favorit banyak penontonnya juga: “Arc Kera Lok Yi” dan “Arc Kera Tum Pei.”
Pada “Arc Kera Lok Yi,” Penulis menyukai bagian akhirnya di mana Sun Go Kong harus berhadapan dengan Kera Lok Yi yang berubah menjadi raksasa gara-gara ulah trio Siluman Elang, Singa, dan Gajah.
Kera Lok Yi dalam wujud raksasanya sebenarnya memiliki wujud yang cukup menyeramkan, bahkan sekarang pun tetap terlihat menyeramkan. Namun, pertarungannya dengan Go Kong seru karena kekuatan mereka setara.
Pertarungan sendiri berakhir ketika Wu Cing (dengan bantuan Pat Kai) berhasil memotong ekor Kera Lok Yi dan membuatnya kembali ke wujud semula. Bisa jadi, ini adalah inspirasi adegan Yajirobe memotong ekor Vegeta dalam wujud Great Ape di Dragon Ball.
Lalu pada “Arc Kera Tum Pei,” lagi-lagi menghadirkan pertempuran yang seru karena Go Kong menghadapi lawan yang setara. Apalagi, Go Kong sempat kehilangan semua kemampuannya demi melindungi gurunya.
Kera Tum Pei juga memiliki kemampuan untuk menyerap makhluk hidup dan mendapatkan kekuatannya seperti Buu. Ia menyerap Siluman Kerbau, Putri Kipas, Siluman Gagak, hingga Gajah Ting Ting. Yang terakhir bahkan ia simpan terus hingga pertarungan terakhirnya.
Selain itu, tentu masih banyak arc lain yang tak kalah menarik. Ketika melawan Siluman Lupan, ada Sze Sze yang merupakan Siluman Laba-Laba. Menurut Penulis, ia menjadi salah satu karakter paling cantik di sepanjang seri Kera Sakti.
Lalu di awal serial, pertikaian Go Kong dengan Ang Hai Ji yang merupakan anak dari Siluman Kerbau dan Putri Kipas juga menarik. Ia yang sangat nakal bekerja sama dengan Siluman Mimpi, tetapi akhirnya bertobat dan diangkat menjadi murid Dewi Kwan Im.
Saat rombongan biksu Tong membantu Dewa Erlang untuk menyelamatkan ibunya juga membekas. Dewa Erlang, yang dari awal cerita terlihat menjadi musuh utama Go Kong, nantinya justru akan menjadi sekutu yang berharga di arc terakhir.
Arc terakhir pun menegangkan, di mana Siluman Ular berhasil membuat Go Kong dimusuhi oleh banyak pihak. Namun, pada akhirnya Kera Sakti memiliki happy ending karena berhasil mendapatkan kitab suci dan menjadi buddha.
***
Saat menulis artikel ini, Penulis baru saja menyelesaikan “Arc Kera Lok Yi” dan akan berlanjut ke “Arc Siluman Gingseng.” Sejujurnya, Penulis sudah tidak sabar ingin segera masuk ke “Arc Kera Tum Pei,” tapi Penulis bertekad untuk menonton semua episodenya sampai tamat.
Kera Sakti jelas telah mewarnai masa kecil Penulis dan membekas hingga Penulis berkepala tiga. Mungkin ini bukan terakhir kalinya Penulis rewatch, bisa jadi di masa depan Penulis akan kembali melakukannya jika kangen dengan serial ini.
Lawang, 12 September 2024, teinspirasi setelah menonton ulang Kera Sakti
Film & Serial
Langkah Frustasi Marvel dalam Menyelamatkan Semestanya
Pada ajang San Diego Comic Con (SDCC) 2024 yang berlangsung pada akhir bulan Juli kemarin, Marvel berhasil membuat geger para penggemarnya di seluruh dunia gara-gara pengumuman yang mengejutkan.
Bagaimana tidak, Robert Downey Jr. atau RDJ, yang terkenal karena telah memerankan karakter Tony Stark alias Iron Man selama 11 tahun (dari film Iron Man hingga Avengers: Endgame), ia melakukan comeback dengan menjadi karakter fenomenal lainnya, Doctor Doom!
Pengumuman tersebut tentu membuat banyak penggemar Marvel merasa senang karena bisa melihat aktor favorit mereka kembali ke Marvel Cinematic Universe (MCU). Namun, tak sedikit yang justru menyesalkan keputusan tersebut, termasuk Penulis.
Semua Berawal dari Jonathan Majors
Setelah Infinity Saga yang diakhiri dengan epic melalui film Avengers: Endgame, MCU membuka lembaran baru dengan Multiverse Saga. Tema ini digembar-gemborkan akan membuka “kemungkinan tak terbatas” di semesta Marvel
Awalnya, Kang the Conqueror dipilih menjadi next big bad villain selanjutnya menggantikan Thanos. Sayangnya, sang aktor Jonathan Majors terjerat kasus yang membuatnya dipecat. Ada opsi untuk melakukan recast, tapi Marvel memilih untuk mengganti villain utamanya.
Setelah berbagai spekulasi dan rumor, akhirnya melalui ajang SDCC 2024 Marvel resmi mengumumkan kalau Doctor Doom akan menjadi penggantinya. Hal ini terlihat dari perubahan judul film Avengers: Kang Dynasty menjadi Avengers: Doomsday.
Film ini akan disutradarai kembali oleh sutradara Russo Brothers, yang sebelumnya telah menyutradarai empat film Marvel, termasuk dua film Avengers. Sebagai tambahan, mereka juga akan menjadi sutradara film Avengers: Secret Wars.
Kembali ke Doctor Doom. Sebenarnya, Doctor Doom yang terkenal sebagai nemesis dari Fantastic 4 telah lama santer disebut akan menggantikan Kang. Apalagi, di komik ia juga memiliki sejarah panjang dan kerap bersentuhan dengan multiverse.
Nah, yang membuat terkejut adalah pemilihan RDJ yang menimbulkan polemik di antara penggemar. Sebelumnya, nama yang dianggap cocok untuk memerankan Victor von Doom adalah Cillian Murphy. RDJ, setidaknya bagi Penulis, tak pernah terpikirkan.
Marvel Sudah Frustasi?
“You could not live with your own failure. Where did that bring you? Back to me.”
Quote terkenal dari Thanos tersebut tampaknya cocok untuk diucapkan oleh Russo Brothers dan RDJ ke direksi Marvel. Seperti yang kita tahu, MCU pasca-Endgame tampak berantakan dan kerap mendapatkan kritikan tajam.
Dari banyaknya film dan serial yang dirilis dalam rentang waktu 2020-2024, hanya sedikit yang bisa dibilang oke, sedangkan sisanya seolah mengundah hujatan. Banyak menganggap Marvel benar-benar mengalami penurunan kualitas dan berharap MCU cukup berakhir di Endgame.
Marvel pun bukannya tutup telinga atas kritikan-kritikan tersebut. Buktinya, mereka merombak roadmap yang telah disusun untuk meningkatkan kualitas film dan serial mereka. Tahun ini mereka hanya merilis satu film, Deadpool & Wolverine, walau film tersebut juga tidak bisa dibilang bagus.
Nah, untuk bisa membuat MCU tetap menarik minat penonton, mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan formula lama. RDJ jelas menjadi salah satu aktor terfavorit penggemar, sedangkan Russo Brothers terbukti selama ini selalu menghasilkan film yang berkualitas.
Masalahnya, RDJ sudah terlalu melekat sebagai Iron Man. Apalagi, ia sudah mati dengan heroik di Endgame. Mengembalikannya ke MCU sebagai villain, bagi sebagian penggemar, menjadi hal yang sulit untuk diterima.
Untuk Russo Brothers sendiri, Penulis memiliki kekhawatiran kalau menggunakan mereka kembali justru akan membuat penonton berekspetasi terlalu tinggi ke film Avengers ke-5 dan ke-6. Padahal, sudah banyak kasus di Marvel sutradara yang sama tidak selalu bisa menghasilkan film yang sama bagusnya.
Siapa Doctor Doom Versi MCU?
Secara teori, ada kemungkinan kalau Doctor Doom versi MCU merupakan varian jahat dari Tony Stark. Karena berpotensi menjadi jahat itulah Doctor Strange “mengarahkan” Stark ke kematiannya, mengingat ia telah melihat banyak masa depan alternatif.
Hingga saat ini, sama sekali belum ada petunjuk mengenai Doctor Doom di semua film dan serial MCU di Phase 4 dan 5. Hal ini wajar mengingat pergantian villain utama juga baru dilakukan akhir-akhir ini. Kalau Kang, ia sudah di-tease sejak serial Loki.
Ini juga akan menjadi kelemahan Multiverse Saga. Seperti yang kita tahu, Thanos sudah di-tease sejak film The Avengers tahun 2012 atau enam tahun sebelum penampilannya di film Avengers: Infinity Wars. Doctor Doom hanya punya waktu dua tahun sebelum tampil sebagai musuh utama.
Kemungkinan besar, Doctor Doom baru diperkenalkan pada film Fantastic Four: First Step yang akan tayang pada tahun 2025 mendatang. Film ini akan berlatar di universe lain, bukan Earth-616 tempat di mana para superhero yang kita kenal selama ini tinggal.
Di film tersebut, harusnya yang menjadi musuh utama adalah Galactus. Doctor Doom mungkin akan muncul, tapi tidak menjadi musuh utama. Dari sana, Penulis memperkirakan kalau entah bagaimana pada akhirnya Doctor Doom akan memicu kejadian yang akan terjadi di film Avengers: Secret Wars.
Kita lihat saja nanti apakah langkah frustasi yang diambil oleh Marvel ini berhasil menyelamatkan semestanya atau justru memperburuk keadaan.
Lawang, 7 Agustus 2024, terinspirasi setelah diumumkannya Robert Downey Jr. sebagai Doctor Doom
Foto Featured Image: GQ
Film & Serial
[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
Pada tahun 2024 ini, Marvel Studios hanya merilis satu film, yakni Deadpool & Wolverine. Film ini juga menjadi film Deadpool (dan X-Men) pertama di Marvel Cinematic Universe (MCU) setelah Disney mengakuisisi 20th Century Fox.
Seperti biasa, Penulis menonton film ini ketika premiere-nya pada hari Rabu, 24 Juli 2024. Namun, karena setelah menonton Penulis pergi ke Jakarta selama beberapa hari (juga sempat tidak mood menulis), baru hari inilah Penulis membuat ulasannya.
Sejujurnya, mengingat kedua film Deadpool sebelumnya bisa dibilang tidak mengecewakan, Penulis menaruh ekspetasi yang cukup tinggi terhadap film ini. Apalagi, film ini juga menjadi comeback-nya Hugh Jackman sebagai Wolverine, yang terakhir kali memerankan karakter tersebut di film Logan (2017).
Jalan Cerita Deadpool & Wolverine
Beberapa tahun setelah peristiwa di film Deadpool 2, Wade Wilson alias Deadpool (Ryan Reynolds) menjalani hidupnya seperti biasa. Namun, kehidupannya saat ini lebih terasa sepi karena ternyata ia telah berpisah dengan kekasihnya, Vanessa (Morena Baccarin).
Tiba-tiba, ia diculik oleh Time Variance Authority (TVA) yang telah diperkenalkan di serial Loki. Ia lantas berhadapan dengan Mr. Paradox (Matthew Macfadyen) yang memberikan kabar bahwa universe yang ditinggali oleh Deadpool akan hancur.
Mengapa bisa hancur? Karena Anchor Being di universe tersebut, Logan alias Wolverine (Hugh Jackman) telah mati. Ini adalah teori baru yang belum pernah dijelaskan di film ataupun serial Marvel lainnya.
Lantas, Deadpool pun mencuri timepad milik Mr. Paradox dan berusaha mencari Wolverine baru untuk menjadi Anchor Being di universe-nya. Ia pun bertemu dengan berbagai varian Wolverine (termasuk versi Henry Cavill), tapi yang ia berhasil dapatkan justru versi terburuk yang gagal menyelamatkan universe-nya sendiri.
Deadpool dan Wolverine pun di-prune dan memasuki Void, yang juga telah diperkenalkan di serial Loki. Di sana, ia bertemu dengan Cassandra Nova (Emma Corrin), saudara kembar Profesor Xavier yang menjadi semacam penguasa di sana.
Cassandra ternyata sangat kuat karena mampu melakukan telekinetik dan membaca pikiran dengan literally memasukkan tangannya ke orang yang ia target. Saat Allioth datang menyerang markas Cassandra, Deadpool dan Wolverine berhasil kabur dari sana.
Sempat bertemu dengan varian Deadpool dan bertengkar seharian, Deadpool dan Wolverine tiba-tiba dibawa ke sebuah tempat yang terlihat seperti sebuah markas. Ada beberapa orang yang ada di sana, yang berhasil membuat para penonton berteriak.
Ada Elektra (Jennifer Garner), Blade (Wesley Snipes), Gambit (Channing Tatum), dan X-23 alias Laura (Dafne Keen). Setelah ngobrol, mereka memutuskan untuk menyerang markas Cassandra agar bisa keluar dari Void.
Singkat cerita, pertarungan terjadi dan Cassandra berhasil didesak hingga hampir tewas. Wolverine memutuskan untuk menyelamatkannya dan sebagai gantinya Cassandra memberikan tools yang kerap digunakan Doctor Strange dan Wong untuk membuka “Portal ke Mana Saja.”
Melalui portal tersebut, Deadpool dan Wolverine berhasil kembali ke universe-nya untuk menghentikan rencana Mr. Paradox. Namun, Cassandra menyusul dan ingin menggunakan alat Mr. Paradox untuk kepentingannya sendiri.
Untuk menghalangi Deadpool dan Wolverine, Cassandra menyewa banyak sekali varian Deadpool, yang untungnya langsung berhenti ketika melihat Peter (Tyler Mane). Pada akhirnya, mereka berdua berhasil menghentikan Cassandra sekaligus membuat universe tersebut tidak jadi berakhir.
Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
Film ini mengulangi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh film Doctor Strange in the Multiverse of Madness: plot cerita lemah dan terlalu mengandalkan cameo. Bahkan, bisa dibilang film ini lebih buruk dari sekuel Doctor Strange tersebut.
Ada banyak sekali catatan buruk dan kritik yang Penulis ketik di aplikasi Notion setelah selesai menonton film ini. Yang bisa membuat film ini masih layak ditonton adalah humornya yang pecah dan bertaburnya cameo yang tak terduga. Penulis akan membahasnya lebih detail di bawah ini.
Digendong oleh Para Cameo
Sama seperti film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, kemunculan cameo di film Deadpool & Wolverine memang sangat banyak dan menyenangkan, apalagi bagi penggemar Marvel sejak awal tahun 2000-an.
Selain Henry Cavill yang menjadi varian Wolverine, kembalinya Chris Evans menjadi Human Torch juga sangat menyenangkan. Walau kemunculannya cukup sebentar karena budget-nya tinggi, kehadiran karakter ini mampu menyuguhkan humor yang menyenangkan.
Kemunculan Elektra, Blade, Gambit, hingga Laura juga cukup bikin heboh. Kemunculan Gambit versi Channing Tatum seolah mengabulkan keinginan lama penggemar. Seperti yang kita tahu, sebenarnya Tatum sudah akan membintangi film solo Gambit sebelum proyek tersebut dibatalkan.
Mewujudkan keinginan penggemar seperti ini juga dilaukan di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, di mana John Krasinski menjadi Mr. Fantastic. Bedanya, Mr. Fantastic harus mati konyol di tangan Wanda, sedangkan Gambit berhasil bertahan hidup.
Beberapa cameo lain yang muncul di film ini adalah Happy Hogan (Jon Favreau) yang mewawancarai Deadpool yang ingin bergabung dengan Avengers, Lady Deadpool yang diperankan oleh istri Ryan Reynolds, Blake Lively, dan beberapa anggota karakter lain dari film-film X-Men seperti Juggernaut dan Pyro.
Humor dan Breaking the 4th Wall Seperti Biasa
Bicara soal humor, seperti biasa film Deadpool memiliki ciri khasnya sendiri: humor yang kasar dan breaking the 4th wall. Kedua elemen itu terasa sangat kental di film ini sehingga menjadi kekuatan utama film ini, karena sekali lagi, plot ceritanya terlalu lemah!
Deadpool dengan segala aksi dan ucapan konyolnya selalu berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Salah satu yang membuatnya sangat lucu adalah bagaimana ia kerap menyindir hal-hal yang berhubungan dengan dunia nyata.
Contohnya adalah ketika ia membahas mahalnya budget untuk memasukkan Chris Evans ke dalam film dan bagaimana impian penggemar untuk melihat Cavillrine berhasil terwujud. Tentu hubungan Disney dan 20th Century Fox juga menjadi topik yang sangat sering ia bahas.
Timeline yang Makin Amburadul
Kita semua tahu kalau timeline film-film X-Men di bawah naungan 20th Century Fox cukup membingungkan. Selain trilogi utama yang tayang di awal tahun 2000-an, ada juga remake sebagai prekuel trilogi tersebut. Belum lagi film-film spin-off.
Nah, awalnya Penulis berharap kalau film ini akan menjelaskan keruwetan tersebut. Ternyata, justru film ini semakin membuatnya berantakan! Ada banyak sekali tanda tanya yang muncul setelah Penulis menonton film ini.
Pertama, Logan yang mati di film Logan ternyata satu universe dengan Deadpool. Ini aneh karena film tersebut berlatar tahun 2029 dan diceritakan saat itu sudah tidak ada lagi mutan yang tersisa. Kalau Deadpool (dan beberapa teman mutannya) hidup di dunia yang sama, maka seharusnya ia juga telah tiada.
Seharusnya, lebih masuk akal jika Deadpool dan X-Men diceritakan berasal dari universe yang berbeda. Selain menodai film Logan yang fenomenal, keputusan tersebut juga membuat film ini terasa asal nulis.
Banyak Hal Aneh Terjadi di Void
Konsep Void dan Allioth menjadi beberapa hal yang memorable dari serial Loki. Namun, film ini membuat keduanya seolah tidak memiliki harga diri sama sekali. Lihat saja mudahnya Deadpool dan Wolverine keluar dari sana menggunakan alat seperti milik Doctor Strange.
Jika portal tersebut bisa dengan mudah membuat kita berpindah universe, mengapa di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness Strange tidak menggunakannya? Ia malah mempelajari Darkhold dan melakukan Dreamwalk. Fakta ini benar-benar membuat Penulis gusar.
Lalu Allioth juga terlihat cukup di-nerf. Di serial Loki, Allioth bisa memakan segalanya dengan mudah, termasuk ketika salah satu varian Loki membuat semacam ilusi istana. Lantas, mengapa ketika Allioth menyerang markas Cassandra, ada banyak yang selamat?
Jika merujuk pada kekuatan Allioth, harusnya semua isi markas beserta markasnya itu sendiri bisa dilahap dengan mudah olehnya. Namun, entah mengapa seolah Cassandra memiliki kemampuan untuk mengendalikan Allioth agar dirinya tidak ikut termakan. Selain itu, Cassandra juga tidak pernah di-mention di serial Loki, walau memiliki kekuatan sebesar itu.
Bicara soal Cassandra, karakter yang sebenarnya potensial ini sayangnya terkesan kurang memorable. Kemunculan dua antagonis (bersama Mr. Paradox) di film ini membuat perannya kurang terlihat dan memiliki motivasi villain yang sangat generik.
Hal-Hal Menyebalkan Lainnya
Masih banyak hal menyebalkan dari film ini yang ingin Penulis bahas. Pertama, banyak klise. Contohnya adalah ketika Wolverine yang awalnya ogah membantu Deadpool akhirnya rela mengorbankan dirinya. Hal semacam ini sudah sering kita temukan di film-film serupa.
Contoh lainnya adalah pengorbanan yang tidak jadi. Wolverine dan Deadpool yang terlihat mengorbankan diri mereka tidak jadi mati setelah sebelumnya dikesankan akan mati. Mungkin karena kemampuan regenerasi mereka, tapi sekali lagi hal semacam ini sudah sangat klise. Apalagi, secara ajaib universe-nya sembuh-sembuh sendiri dan tidak jadi hancur tanpa penjelasan.
Hal lain yang menurut Penulis cukup menyebalkan adalah putusnya Deadpool dengan Vanessa. Kalau boleh jujur, Vanessa kan literally dihidupkan kembali oleh Deadpool, kok bisa-bisanya minta putus dengan alasan bullshit seperti itu. Kisah mereka juga tak terlalu berpengaruh di film ini.
Varian Deadpool yang malah jadi anak buah Cassandra juga anti-klimaks. Mengapa para varian ini mau bekerja untuk Cassandra? Mengapa mereka dengan mudahnya mengabaikan tugas tersebut hanya karena bertemu Peter? Semua terasa tidak masuk akal.
Oh, jangan lupa kalau credit scene film ini juga tidak berguna dan tidak memberikan tease mengenai masa depan MCU. Sampai film ini selesai, tidak ada kejelasan mengenai bergabungnya universe Deadpool dengan MCU.
***
Meskipun mampu memberikan tawa dan perasaan nostalgia lewat cameo-cameo-nya, Deadpool & Wolverine pada akhirnya terasa seperti film yang lazy writing, terutama di 1/3 akhir filmnya. Penjelasan panjang Mr. Paradox mengenai mesinnya sangat membosankan.
Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat karakter Deadpool dan Wolverine memiliki basis penggemar yang cukup besar. Kalau sebagai film dengan tujuan menghibur, masih okelah, apalagi sequence aksinya juga cukup seru untuk ditonton.
Namun, sebagai sebuah film, alur ceritanya benar-benar terasa dangkal. Doctor Strange in the Multiverse masih jauh lebih mending karena selain Scarlet Witch yang berubah menjadi villain utama, motifnya mengacak-acak multiverse cukup kuat. Dari awal, ada kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh tokoh utamanya.
Penulis harus keluar dengan mulut mengomel terus karena ada banyak sekali plothole dan hal yang tak masuk akal di film ini, terutama konsistensi teori yang diciptakan oleh Marvel sendiri. Seperti yang pernah Penulis katakan dulu sekali, Marvel terlihat kewalahan dalam mengendalikan semestanya yang semakin membesar.
RATING: 5/10
Lawang, 6 Agustus 2024, terinspirasi setelah menonton film Deadpool & Wolverine
Foto Featured Image: FAHUM UMSU
-
Film & Serial4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
-
Film & Serial3 bulan ago
Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti
-
Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Teruslah Bodoh Jangan Pintar
-
Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #22: Chinatown
-
Politik & Negara4 bulan ago
Peringatan Darurat: Apa Memang Sedarurat Itu Situasi Politik Saat Ini?
-
Olahraga5 bulan ago
Kemenangan Perdana yang Awkward Bagi Oscar Piastri di Formula 1
-
Non-Fiksi2 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Ngomongin Uang
-
Musik3 bulan ago
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
You must be logged in to post a comment Login