Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Perempuan Kelas Akselerasi
Setelah para laki-laki, kini tiba saatnya bagi penulis untuk mendeskripsikan para perempuan lain penghuni kelas akselerasi selain Sica, Sarah, dan Rika. Seperti biasa, penulis akan menjelaskan darimana inspirasi nama mereka beserta karakteristik yang melekat pada mereka.
Andrea Putri Sudarwono
Sama seperti Rika, Andrea atau Dea merupakan karakter baru yang tidak ada di konsep awalnya. Dulu, penulis membuat seorang karakter wanita tomboy yang sama sekali tidak betah berada di kelas akselerasi karena paksaan orangtuanya.
Setelah menghilangkan David, pada akhirnya penulis memutuskan untuk mengubahnya menjadi saudara kembar Andra yang bernama Andrea (dulu bernama Arin). Sifat-sifat pada penokohan yang dulu penulis hilangkan, kecuali sifat tomboynya yang dipertahankan.
Karakternya kurang lebih sama seperti saudaranya. Ia lebih sering bermain bersama teman laki-laki berkat pengaruh Andra, sehingga tidak memiliki teman wanita yang dekat. Dea jago bermain basket dan memainkan drum.
Aqilla Sagita Danastri
Selanjutnya adalah Gita, yang namanya penulis ambil dari penyanyi favorit penulis ketika masa sekolah, Gita Gutawa. Akan tetapi, Gita yang satu ini tidak pandai menyanyi. Ia memiliki bakat menggambar yang luar biasa, mulai sketsa bangunan hingga sketsa wajah.
Tanpa disengaja, karakter ini mirip dengan karakter Gita yang bermain pada serial Cinta dan Rahasia yang diperankan oleh Taskya Namya, Kurang lebih, penulis membayangkan fisik Gita seperti dirinya.
Padahal, penulis menciptakan karakter Gita jauh sebelum serial tersebut tayang. Sungguh sebuah kebetulan yang menakjubkan sekaligus mengerikan.
Gita adalah seorang perempuan hitam manis yang memiliki alis tebal dan cenderung mudah emosi, seperti yang ditunjukkan di awal cerita ketika ia melempar air ke wajah Leon. Akan tetapi, Gita adalah seseorang yang begitu peka terhadap sekitarnya.
Kepekaannya terbukti dengan beberapa kali bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Leon. Contohnya, ia tahu bahwa Leon menyukai Sica atau tahu kapan dirinya lebih baik diam ketika melihat suasana hati Leon sedang buruk.
Elvina Yurina Zefina
Yuri, mungkin dari namanya bisa ditebak, terinspirasi dari salah satu karakter Girls’ Generation yang bernama sama. Penulis ambil nama tersebut karena masih terdengar Indonesia.
Ia adalah seorang perempuan yang memiliki masalah krisis kepercayaan diri. Ekonominya pas-pasan karena ibunya adalah seorang single parent yang memiliki usaha katering. Yuri kewalahan menghadapi ritme pelajaran di kelas akselerasi.
Untungnya, Kenji berinisiatif untuk mengadakan kelas tambahan sepulang sekolah, sehingga Yuri mampu mengejar ketertinggalannya. Terlebih lagi, semenjak itu ia menjadi lebih percaya diri, setidaknya di hadapan teman-teman kelas akselerasi.
Maroon Malvinanita
Karakter ini penulis bentuk sebagai wadah akan kesukaan penulis terhadap bahasa. Nita, yang namanya muncul begitu saja, adalah perempuan yang memiliki kelebihan dalam dunia bahasa.
Bahasa yang disukai oleh Nita bukanlah bahasa sastra seperti yang disukai oleh Rika, melainkan bahasa yang digunakan sehari-hari. Ketika masuk kelas akselerasi, ia sudah menguasai bahasa Inggris, Jepang, dan Prancis. Ia mulai mempelajari bahasa lainnya seperti Mandarin dan Belanda.
Pada buku pertama, belum terlalu terlihat bagaimana karakter seorang Nita, selain keingintahuannya yang besar akan bahasa.
Verena Nur Izora
Nama Verena penulis dapatkan sewaktu pesiapan ujian nasional SMA, ketika seorang gadis menjadi sampul buku latihan menghadapi Unas. Karena suka namanya, penulis memutuskan untuk menggunakan namanya untuk novel penulis.
Verena, atau Rena, adalah satu-satunya wanita yang berkerudung di kelas akselerasi. Ia adalah satu-satunya teman yang satu SMP dengan Leon di kelas.
Ia adalah seorang perempuan yang baik, hanya saja terkadang tidak pandai membaca situasi. Rena juga bisa berubah menjadi galak apabila melihat sesuatu yang salah, seperti yang digambarkan pada chapter 40.
Virginia Vanya Valora
Namanya yang berinisial VVV bukan terinspirasi dari klub bola asal Belanda, VVV Venlo, melainkan dari teman kuliah penulis yang memiliki inisial yang sama.
Vanya atau kerap dipanggil Ve (penulis juga punya teman SMA yang panggilannya Ve) adalah seorang wanita yang paling gemuk di antara wanita-wanita lain yang cenderung bertubuh mungil.
Meskipun begitu, Ve merupakan anak yang berhati emas. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan tidak pernah menyimpan dendam. Baginya, berbuat baik adalah fokus hidupnya, sehingga cita-citanya adalah menjadi seorang guru di daerah terpencil.
Kebayoran Lama, 10 November 2018
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Karakter Lain (Terakhir)
Tulisan ini adalah bagian terakhir dari episode ektra novel Leon dan Keji. Di sini, penulis akan bercerita tentang karakter lain yang belum dijelaskan pada tulisan-tulisan sebelumnya.
Malik
Namanya penulis ambil dari musuh Yugi dari komik Yugioh (Marik jika dilihat dari animenya). Ia adalah kakak kelas Leon sekaligus mantan tetangganya. Ia juga bersekolah yang sama dengan Leon sejak SMP.
Malik adalah murid kesayangan guru dan idola banyak murid. Kemampuan otaknya yang cerdas, perilakunya yang santun, ditopang dengan paras yang rupawan membuatnya sering menjadi pusat perhatian.
Akan tetapi, Leon (dan Kenji) beranggapan bahwa semua itu hanyanya kamuflase semata. Di balik topeng ramahnya, Leon berasumsi bahwa Malik adalah orang yang licik dan egosentris. Mungkin Leon menganggap Malik seperti karakter Joker pada serial Batman.
Apakah dugaan Leon benar? Ataukah ternyata Malik memang benar-benar lain? Temukan jawabannya pada buku kedua Leon dan Kenji!
Para Kakak Pembimbing OSIS
Semua anggota OSIS yang penulis munculkan di novel ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Bahkan hingga namanya, walaupun tidak semua penulis ingat.
Dari semua anggota, yang paling menonjol adalah Aan yang pernah mengirim anggota gengnya untuk menghajar Leon karena sikapnya yang ngelamak. Ia juga tipikal orang pendendam dan suka tertawa di atas penderitaan orang-orang yang dibencinya.
Rudi dan Sinta
Keduanya adalah teman masa kecil Leon, yang satu teman SD dan yang satu lagi adalah teman bermain di masa kecilnya. Pertemuan tanpa sengaja mereka terjadi ketika Leon mengikuti kelas ektrakulikuler, di mana ia bertemu dengan Rudi, lantas bertemu dengan Sinta di kantin.
Keduanya memiliki peran besar bagi Leon untuk mengetahui bahwa dirinya secara perlahan bisa berdamai dengan masa lalu dan mencoba memperbaiki hubungan dengan teman-temannya di masa lalu, sesuatu yang dulu terhalang karena kekangan ayahnya.
Paman Anton
Dia adalah adik dari ayah Leon yang sukses bekerja sebagai pengusaha. Meskipun bersaudara, ia memiliki kepribadian yang berbeda 180 derajat. Paman Anton merupakan pribadi yang begitu hangat dan sangat menyayangi keluarga.
Istrinya telah meninggal karena kecelakaan, membuatnya menjadi single parent. Berstatus duda kaya tidak lantas membuatnya menikah lagi. Ia begitu mencintai istrinya sehingga mengurungkan niat untuk menikah lagi.
Sisi buruknya, ia jadi begitu memanjakan anaknya, Bondan, yang belum pernah penulis tampilkan di buku pertama. Pada akhirnya, Bondan menjadi begitu sombong dan gemar memandang rendah orang lain, termasuk kedua sepupunya, Leon dan Gisel.
Namanya sendiri dapat begitu saja, mungkin terinspirasi dari nama tetangga penulis.
Penutup
Bagaimakah kelanjutan kehidupan sekolah Leon? Apakah semuanya berjalan lancar tanpa masalah? Apakah Leon berhasil memecahkan surat misterius yang ia temukan beserta sebuah kotak yang terkunci dengan kombinasi lima angka?
Semua akan terjawab pada novel Leon dan Kenji Buku 2 yang akan rilis pada tanggal 3 Desember 2018. Stay tuned!
Kebayoran Lama, 19 November 2018
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Para Laki-Laki Kelas Akselerasi
Selain Leon dan Kenji, terdapat empat laki-laki yang menghuni kelas akselerasi: Andra, Bejo, Juna, dan Pierre. Mereka berempat lebih sering berperan sebagai figuran, namun di beberapa bagian penulis tunjukkan karakteristik mereka.
Andra Putra Sudarwono
Dulu, pada konsep awalnya, si kembar Sudarwono bersaudara sama-sama laki-laki, Andra dan David. Tapi, sewaktu penulis meninjau ulang, ternyata komposisi laki-laki di kelas akselerasi ini terlalu banyak, sehingga penulis memutuskan untuk mengganti salah satunya dengan perempuan.
Inspirasi karakter ini datang dari Fred dan George Weasley dari novel Harry Potter. Penulis menyukai karakter mereka yang ceria, jahil, sering berbicara secara bergantian dengan saudaranya, dan selalu berpikiran positif.
Kurang lebih seperti itulah Andra (dan kini bersama Dea). Andra adalah laki-laki yang selalu nampak bersemangat. Ia selalu berusaha memberikan energi positifnya kepada semua orang.
Nama Andra sendiri (mungkin) penulis dapatkan dari band Andra and the Backbone. Penulis tidak terlalu ingat, namun untuk nama keluarganya, penulis pelesetkan dari nama stiker timnas Indonesia, Budi Sudarsono.
Andra juga tidak segan berkonfrontasi dengan orang-orang yang ia anggap merusak suasana kelas. Hal ini ia tunjukkan pada bagian-bagian awal, ketika ia menantang Leon untuk berkelahi karena dianggap mengacau.
Ia juga tipe orang yang supel. Bahkan hanya dalam hitungan hari, ia sudah bisa menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Tidak muncul rasa canggung ketika ia berbicara dengan orang lain karena kepercayaan dirinya yang tinggi.
Akan tetapi, ia juga seorang pendendam. Pengeroyokan yang terjadi pada Leon ketika MOS adalah rencananya. Untungnya, sifat pendendamnya diimbangi dengan sifat pemaafnya. Memang kontradiktif, namun begitulah Andra.
Andra memiliki kecerdasan yang lumayan. Sayang, kecerdasan yang dimilikinya tidak ia gunakan di kelas. Hal ini menyebabkan ia harus turun ke kelas reguler bersama saudarinya.
Achmad Khrisna Subejo
Kalau yang satu ini, penulis lupa darimana inspirasinya. Mungkin, karena nama Bejo bernuansa pedesaan. Untuk nama tengahnya, terinspirasi dari salah satu tokoh pewayangan.
Sang ketua kelas akselerasi yang sangat bertanggungjawab dan melaksanakan tugasnya dengan agak terlalu berlebihan. Mungkin mirip dengan karakter Tenya Iida pada anime Boku No Hero Academia, meskipun penulis membuat karakter ini sebelum menonton anime tersebut.
Bejo adalah tipikal anak yang ingin membuktikan bahwa dirinya, meskipun anak desa, bisa sama dengan anak-anak yang tinggal di kota (meskipun tempat ia sekolah tidak termasuk kota).
Ia memiliki harga diri yang tinggi, Pembangkangan Leon di awal masa sekolah merupakan buktinya. Bejo merasa harga dirinya terluka karena tidak dihargai oleh teman satu kelasnya. Hal ini membuat ia menyimpan dendam, dan Bejo bukan tipe pemaaf seperti Andra.
Meskipun begitu, Bejo adalah laki-laki yang gentle dan pemberani. Ia tak segan mengakui kesalahannya ketika ia telah sadar, seperti ketika ia bertengkar dengan Leon sewaktu lomba futsal antar kelas.
Arjuna Wahyunara
Namanya terinspirasi dari chef Juna. Akan tetapi, karakternya yang lambat merespon penulis dapatkan dari Goo Ji-soo, salah satu peserta acara reality show Girls’ Generation and the Dangerous Boys.
Juna adalah anak yang cerdas, namun susah berkomunikasi karena otaknya butuh waktu sekitar 5 detik untuk menangkap informasi yang disampaikan secara lisan. Akan tetapi, ia memiliki daya ingat yang kuat ketika berhadapan dengan hal visual.
Apalagi, Juna adalah tipe orang yang pemalu dan minder, sehingga ia sangat jarang memulai percakapan dengan orang lain. Ia merasa dirinya akan membebani orang lain ketika ia berkomunikasi dengan mereka.
Untunglah Leon secara tidak sengaja berhasil menemukan metode untuk berinteraksi dengan Juna, sehingga mulai saat itu ia mulai bisa dekat dengan teman-teman yang lain, terutama Pierre.
Jean Xavier Pierre
Namanya memang norak, karena penulis masih duduk di bangku SMA ketika membuat nama ini. Namun penulis memutuskan untuk tidak mengubah namanya karena nama tersebut memiliki maknanya sendiri.
Pierre penulis dapatkan dari nama vokalis Simple Plan, Pierre Bouvier, yang penulis ketahui dari video klip When I’m Gone. Ternyata, setelah penulis tonton ulang video tersebut, terdapat nama Sarah. Mungkin justru dari inilah penulis mendapatkan ide nama Sarah.
Pierre merupakan tipe anak yang lebih senang berkutat dengan gawainya daripada dengan manusia. Dengan kacamatanya yang tebal, ia tak akan pernah merasa jemu mengutak-atik komputer maupun handphonenya.
Interaksinya dengan karakter utama hanya terjadi sekali ketika Leon membutuhkan saran untuk membeli handphone, sehingga karakteristik lainnya belum terlihat.
Kebayoran Lama, 5 November 2018
Leon dan Kenji (Buku 1)
Tentang Sica, Sarah, dan Rika
Kali ini penulis akan menjelaskan tentang tiga karakter perempuan di kelas akselerasi. Mereka adalah Sica, Sarah, dan Rika, di mana pada buku pertama mereka lumayan sering muncul dan mempengaruhi keseluruhan jalan cerita.
Jessica Christiani
Nama Jessica penulis ambil dari salah satu mantan personil Girls’ Generation, Jessica Jung. Sedangkan nama belakangnya penulis ambil dari salah satu presenter wanita Indonesia, Yuanita Christiani, karena terdengar cocok disandingkan dengan nama Jessica.
Panggilan Sica penulis ambil sesuai dengan panggilan Jessica yang asli. Selain itu, panggilan “Sic” terdengar lebih enak dibandingkan dengan panggilan “Jes”.
Sica adalah seorang perempuan cantik dengan suara merdu. Penampilan fisiknya kurang lebih penulis bayangkan seperti Jessica yang asli. Putih, berambut panjang dengan karakter wajah yang oriental.
Ia memiliki sifat yang keras, berani, dan tidak takut membela apa yang ia anggap benar. Sica tidak segan untuk membentak Leon di hari pertama karena ia menganggap tingkah laku Leon yang tidak sopan ke Kenji sudah keterlaluan.
Namun di balik itu semua, ia memiliki hati yang lembut dan tidak suka menyimpan dendam. Ia tidak ragu untuk mengulurkan tangannya untuk membantu teman-temannya.
Hanya saja, ia sering dicap terlalu sempurna oleh teman-teman perempuan lainnya, sehingga mereka tidak berani menjangkau Sica. Hal ini membuat Sica tidak memiliki teman perempuan yang benar-benar dekat.
Hal tersebut membuat Sica menjadi dekat dengan Leon, karena ia melihat Leon merupakan teman yang apa adanya. Ia menganggap Leon memandang dirinya sama seperti Leon memandang teman lainnya.
Dari sanalah ketertarikan dari keduanya tumbuh, yang baru terungkap ketika Sica terbaring sakit. Dialog antara Sica dan Leon pada chapter 37 merupakan salah satu adegan favorit penulis.
Awalnya, penulis membuat mereka berpisah dengan cara yang mainstream, ketika salah satu harus pindah ke Australia. Karena dirasa norak, penulis mengubahnya menjadi perpisahan akibat kematian Sica.
Ide ini sendiri muncul ketika mendengar lagu Sum41 yang berjudul Jessica Kill. Perpisahan yang tragis akan membeli pelajaran hidup berharga bagi Leon, seorang remaja yang baru saja mencoba untuk merasakan cinta kembali setelah selama ini direnggut dari kehidupannya.
Shannon Augustine Sarah
Bukan terinspirasi oleh serial TV Si Doel, melainkan dari sebuah lagu Panic! At the Disco yang berjudul Sarah Smiles dari album Vices & Virtues. Bahkan, dulu terdapat chapter yang berjudul sama dengan lagu tersebut, namun akhirnya penulis memutuskan untuk mengubahnya ke bahasa Indonesia, menjadi Senyum Sarah (chapter 36).
Sarah merupakan murid pindahan dari Jakarta. Ia adalah sosok yang arogan dan senantiasa memandang rendah orang lain, meskipun itu ia lakukan agar mendapatkan perhatian dari orang lain.
Orangtuanya merupakan pebisnis yang sukses, sehingga mereka sangat jarang bisa menemani Sarah. Ada beberapa alasan mengapa mereka memutuskan pindah ke Malang.
Pertama, orangtua Sarah sama-sama berasal dari Malang. Kedua, mereka khawatir dengan perkembangan Sarah yang menjadi sosok anak yang begitu sombong, sehingga mereka mencoba untuk menjauhkannya dari pergaulan sekolah di Jakarta.
Alasan terakhir, ibunda dari Sarah memiliki kawan dekat di SMA tempat Leon bersekolah, sehingga ia berharap guru tersebut bisa mengawasi Sarah. Hal ini belum ditunjukkan pada buku pertama, sehingga kemungkinan baru muncul di buku kedua.
Kesombongan Sarah menemui perlawanan dari teman-teman yang lain, terutama Sica dan Leon. Ia sering bertengkar dengan Sica karena masalah-masalah sepele.
Ia mulai sadar ketika Sica jatuh tersungkur saat harus lari keliling lapangan sebagai bentuk hukuman karena mendapatkan nilai ulangan lebih rendah dari Sarah. Ia begitu ketakutan menghadapi sebuah konsekuensi dari tindakannya, lantas memutuskan untuk kabur.
Kenji mengejarnya dan berusaha menolongnya dari rasa bersalah. Hanya Kenji yang menyadari bahwa alasan sikap Sarah adalah karena kurangnya perhatian dari keluarga, sehingga ia bisa mengetuk hati Sarah yang sudah lama tertutup.
Sarah mudah berubah karena memang sifat sombongnya adalah buatan, bukan autentik. Sebenarnya, ia adalah perempuan dengan hati yang lembut karena tidak tega melihat sesuatu yang sadis, seperti melihat Kenji yang terluka karena dipukuli oleh pacarnya.
Sewaktu mendengar kematian Sica, Sarah ingin menghabisi nyawanya sendiri karena merasa bersalah. Namun hal tersebut tidak ia lakukan dengan cepat karena pada dasarnya ia adalah anak yang penakut dan tidak kuat melihat darah.
Setelah ditenangkan oleh teman-temannya, Sarah berhasil mengusir rasa bersalah yang menghantuinya dan berjanji dalam hati bahwa ia akan membalas perlakuan baik teman-temannya.
Adriana Rika Kanaya
Kalau yang satu ini, pernah penulis singgung sedikit pada tulisan Mencari Inspirasi Karakter Melalui Anime. Rikka Takanashi dari anime Chūnibyō Demo Koi ga Shitai! merupakan inspirasi karakter ini.
Pada animenya, Rikka merupakan seorang remaja dengan sindrom kelas 8 yang membuat seseorang percaya bahwa ia memiliki kekuatan khusus. Mereka dengan mudahnya memasukkan orang lain ke dalam fantasinya.
Di sisi lain, Rika (huruf K-nya penulis hilangkan satu agar lebih terdengar Indonesia) merupakan anak perempuan yang bertubuh mungil dengan wajah yang imut, lengkap dengan potongan rambut pendeknya.
Penulis tidak membuatnya memiliki sindrom yang sama. Pada novel Leon dan Kenji, Rika adalah sesorang gadis yang sangat suka membuat cerita. Terkadang, agar lebih menghayati novel buatannya, Rika sering mengucapkan dialog-dialog yang ia buat sendiri ketika sedang berbicara dengan orang lain, termasuk teman-teman sekolahnya.
Hal ini membuat ia sering dicap aneh sehingga dijauhi. Rika bukanlah tipe orang yang akan memusingkan hal tersebut. Ia memilih untuk mengabaikannya dan memilih untuk menjadi dirinya sendiri.
Di kelas akselerasi, Rika merasa lebih diterima oleh teman-temannya, terutama oleh Leon dan Kenji. Bedanya, Kenji dengan baik hati mau masuk ke dalam alam fantasi yang Rika ciptakan, berbeda dengan Leon yang menolak untuk masuk namun tidak mengolok-olok Rika.
Leon sering mengajak bicara Rika karena ia merasa bisa bebas bicara dengannya tanpa harus mendapatkan justifikasi dari si pendengar. Sikap Rika yang tidak mau ikut campur urusan orang lain juga mempengaruhi hal ini.
Pada buku pertama, peran Rika lebih sering terlihat sebagai figuran yang tidak memiliki peran penting. Sedikit bocoran, pada buku kedua nanti, bisa dipastikan Rika akan memiliki peran yang lebih besar dan sangat penting bagi keseluruhan cerita.
Jelambar, 28 Oktober 2018
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #20: Modern Art
-
Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #21: Century: Spice Road
-
Musik5 bulan ago
I AM: IVE
-
Anime & Komik4 bulan ago
Yu-Gi-Oh!: Komik, Duel Kartu, dan Nostalgianya
-
Musik5 bulan ago
Tier List Lagu-Lagu Linkin Park Versi Saya
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Orang Makan Orang
-
Politik & Negara5 bulan ago
Pusat Data Nasional kok Bisa-Bisanya Dirasuki Ransomware…
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan
You must be logged in to post a comment Login