Connect with us

Anime & Komik

Captain Tsubasa dan Impian Jepang untuk Juara Piala Dunia

Published

on

Lagi-lagi muncul kejutan di Piala Dunia Qatar 2022, setelah Jepang berhasil mengalahkan Jerman dengan skor 2-1. Apalagi, proses kekalahannya pun mirip dengan yang dialami oleh Argetina kemarin (terkena comeback setelah unggul duluan lewat gol penalti).

Jepang memang terlihat bermain lebih spartan, terutama di babak kedua. Mereka mampu bertahan dengan baik dan mampu memaksimalkan peluang yang ada secara efektif. Apalagi, banyak pihak yang menuding Jerman terlalu sibuk dengan “kampanye” lain.

Kemenangan ini tentu memunculkan meme, di mana salah satunya adalah adanya klip dari anime Captain Tsubasa yang seolah sudah memprediksi skor dan kemenangan ini. Alhasil, Penulis pun jadi ingin menulis sesuatu tentang anime legendaris yang satu ini.

Captain Tsubasa dan Impian Jepang untuk Juara Piala Dunia

Anime/Manga Sepak Bola Paling Terkenal (Wallpaper Cave)

Di antara semua anime bertema sepak bola yang ada, bisa dibilang Captain Tsubasa adalah yang paling terkenal. Bahkan bukan penonton anime pun pasti pernah mendengar namanya saking legendarisnya.

Captain Tsubasa awalnya merupakan manga karangan Yōichi Takahashi yang rilis pertama kali pada tahun 1981 dan kemudian diadaptasi menjadi anime pada tahun 1983. Penulis kebetulan adalah pembaca manganya dan penonton animenya.

Ceritanya sendiri berfokus pada karakter Tsubasa Oozora yang memiliki bakat bermain sepak bola sejak kecil. Ia juga memiliki impian untuk membawa Jepang menjadi juara Piala Dunia, sesuatu yang di dunia nyata (untuk saat ini) terlihat mustahil.

Berstatus sebagai murid pindahan, ia akhirnya bergabung dengan klub sekolahnya FC Nankatsu. Ia bertemu dengan banyak pemain hebat dari sekolah lain, seperti Hyuga, Matsuyama, Misugi, Tachibana bersaudara, dan masih banyak lagi.

Mentor dalam bermain sepak bola dari Tsubasa adalah Roberto Hongo, mantan pemain bintang Brazil yang juga merupakan kawan dari ayah Tsubasa. Oleh karena itu, saat Hongo melatih Sao Paulo, ia pun merekrut Tsubasa ke dalam timnya.

Jepang Juara World Youth Cup (Fandom)

Tsubasa berhasil meraih juara pertamanya bersama Jepang dalam ajang World Youth Cup (mungkin sekarang FIFA World Cup U-20) setelah mengalahkan Brazil secara dramatis. Penulis kebetulan memiliki komik yang menceritakan pertandingan final ini.

Apiknya penampilan Tsubasa membuatnya direkrut oleh Barcelona. Sayangnya, posisinya sama dengan bintang klub Rivaul dan membuatnya harus turun ke Barcelona B. Saat Rivaul cedera, Tsubasa pun dipanggil dalam pertandingan el clasico melawan Real Madrid.

Beberapa kawan Tsubasa juga ada yang berkarir di luar Jepang. Beberapa di antaranya adalah Wakabayashi yang membela Hamburg SV, Hyuga yang membela Juventus (lantas dipinjamkan ke klub Serie C), dan Shingo di Inter Milan (dipinjamkan juga ke Serie C).

Sepengetahuan Penulis, hingga ceritanya tamat belum digambarkan kalau Tsubasa berhasil meraih impiannya untuk menjadi juara Piala Dunia. Prestasinya “mentok” di World Youth Cup dan membawa klub yang ia bela menjadi juara liga.

Mungkin saja sang mangaka tetap berusaha serealistis mungkin karena waktu ia membuat Tsubasa, kualitas sepak bola Jepang sedang kurang baik. Semuanya berubah pada tahun 1992, ketika Jepang merevolusi sepak bola di negaranya.

Visi Visioner Sepak Bola Jepang

JFA dan Visi Jangka Panjangnha (JFA)

Penulis yang main Winning Eleven sejak kecil jelas ingat dengan logo JFA atau Japan Football Association, PSSI-nya Jepang. Nah, tiga tahun setelah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 (tahun 2005), JFA membuat “The JFA Pledge of 2050“.

Dari beberapa poin yang disampaikan, ada satu yang menjadi pusat perhatian: Menjadi juara Piala Dunia 2050. Selain itu, mereka juga menargetkan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, di mana kali ini mereka akan mengadakannya tanpa didampingi negara lain.

Sebelumnya di tahun 1992, saat J League didirikan, Jepang juga pernah mencanangkan kalau mereka menargetkan diri untuk bisa menjadi juara dunia dalam satu abad, atau Piala Dunia edisi 2092. Mungkin, JFA merasa optimis sehingga target tersebut dimajukan hingga 2050.

Apakah itu merupakan target yang realistis? Entahlah. Namun, di dalam The JFA Pledge of 2050, salah satu target yang dikejar adalah masuk ke dalam top 10 FIFA World Ranking. Ketika melakukan pengecekan, ternyata saat ini Jepang masih berada di peringkat 24.

Padahal, target di tahun 2018 adalah berhasil masuk ke dalam 20 besar. Artinya, memenuhi target enam tahun lalu saja masih belum berhasil. Menurut Penulis, masih banyak yang harus ditingkatkan oleh Jepang untuk bisa merealisasikan impiannya menjadi juara dunia.

Kemenangan yang Mengejutkan (AS USA)

Hanya saja, kemenangan mereka atas Jerman (walau selanjutnya kalah saat melawan Kosta Rika) bisa menjadi pertanda baik kalau mereka bisa menjadi lebih baik lagi untuk beberapa tahun ke depan.

Jika dilihat dari kualitas pemain yang dimiliki, banyak nama tenar seperti Takumi Minamino (Monaco), Takehiro Tomiyasu (Arsenal), Yuto Nagatomo (FC Tokyo), hingga Takefusa Kubo (Real Sociedad).

Dari 26 pemain yang dipanggil untuk Piala Dunia Qatar 2022, sebanyak 17 pemain bermain di liga top Eropa. Ini menandakan kalau pemain Jepang mulai bisa bersaing dengan para pemain Eropa. Di komik Captain Tsubasa, hanya empat pemain Jepang yang pernah bermain di Eropa.

Memang belum ada pemain Jepang yang mampu bermain gemilang seperti Tsubasa yang mencetak tiga gol dan tiga assist dalam debutnya di La Liga, melawan Real Madrid pula. Namun, bukan tidak mungkin itu akan terjadi sungguhan di masa depan.

Penutup

Karakter favorit Penulis di Captain Tsubasa sebenarnya adalah Shingo Aoi yang terkenal akan kelincahannya dalam menggiring bola. Namun, tak bisa dipungkiri kalau Tsubasa merupakan figur sentral yang tak tergantikan di serialnya.

Tsubasa seolah hadir sebagai lambang harapan dari sepak bola Jepang untuk bisa berprestasi di kancah internasional. Walau sekarang masih terlihat jauh, bukan tidak mungkin kalau di tahun 2050 Jepang benar-benar bisa menjadi juara Piala Dunia.

Visi jangka panjang beserta langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan visi yang dimiliki Jepang sebenarnya sangat perlu ditiru oleh kita. Dengan begitu, sepak bola kita (mungkin) akan lebih terarah dan tidak melulu menonjolkan sisi kisruhnya.


Lawang, 27 November 2022, terinspirasi dari kemenangan dramatis Jepang atas Jerman

Foto: Wallpaper Cave

Sumber Artikel:

Anime & Komik

Ai Haibara adalah Karakter Favorit Saya di Detective Conan

Published

on

By

Sejak kecil, Penulis suka membaca komik, baik itu komik Jepang maupun Barat. Seperti yang sudah sering dibahas pada blog ini, favorit Penulis adalah Dragon Ball dan Naruto. Bahkan, sekarang Penulis kembali mengoleksi komik-komik tersebut.

Selain genre shounen, salah satu komik lain yang suka Penulis baca adalah Detective Conan. Sejak kecil, sudah banyak komiknya yang Penulis baca walaupun tidak yakin pernah membaca semuanya, mengingat hingga kini serinya masih berjalan hingga lebih dari 1.000 chapter.

Ketika komik Detective Conan merilis versi premiumnya, Penulis sempat terpikirkan untuk kembali mengoleksinya, mengingat koleksi Detective Conan Penulis banyak yang hilang dan rusak. Namun, wacana tersebut terganjal budget karena harga per komiknya cukup mahal.

Detective Conan Ai Haibara Selection

“Jalan tengah” muncul ketika Penulis berencana untuk membeli komik Naruto Bind Up Edition Vol. 1. Saat hendak mengambil komik tersebut, mata Penulis menemukan komik spesial Detective Conan Ai Haibara Selection.

Mengingat Ai Haibara merupakan salah satu karakter favorit Penulis di serial Detective Conan, Penulis pun memutuskan untuk membelinya. Apalagi, beberapa bulan setelah membeli volume pertamanya, volume keduanya juga rilis.

Jika di volume pertama lebih membahas perjalanan Ai Haibara sejak pertemuan pertama hingga memanasnya konflik dengan Organisasi Hitam, maka di volume kedua ini lebih membahas hubungan dan petualangan Ai dengan Kelompok Detektif Cilik.

Di kedua komik edisi spesial ini, selalu dilampirkan fakta-fakta seputar Ai secara ringkas, tapi menyeluruh. Hal ini sangat membantu Penulis untuk lebih mengenal karakter yang juga mengecil karena obat APTX 4869 ini.

Untuk kisahnya sendiri, sesuai judulnya, merupakan pilihan editor. Tentu saja cerita yang dipilih melibatkan Ai Haibara cukup banyak, bahkan terkadang ia seolah menggeser Conan Edogawa sebagai tokoh utamanya.

Karena sudah banyak membaca komik Detective Conan, mayoritas cerita yang ada di komik ini sudah pernah Penulis baca sebelumnya. Namun, justru hal tersebut menimbulkan efek nostalgia yang menyenangkan, karena memang sudah cukup lama Penulis tidak membacanya.

Sayangnya, ada beberapa arc yang cukup melibatkan Ai, tapi tidak disajikan secara lengkap. Contohnya adalah arc ketika Conan pertama kali dengan Vermouth, yang sejujurnya tetap menjadi salah satu cerita favorit Penulis di keseluruhan serinya.

Selain itu, Penulis juga masih menantikan cerita The Jet-Black Mystery Train yang hingga dua volume ini masih belum diperlihatkan. Bahkan di volume dua, cerita ini hanya di-mention singkat tanpa ada kisah utuhnya.

Penulis berharap jika ada Detective Conan Ai Haibara Selection volume tiga, kisah tersebut akan dimunculkan. Untuk sekarang, Penulis cukup puas dengan dua komik yang merangkum kisah Ai Haibara ini.

Mengapa Suka Ai Haibara?

Ai Haibara (Fandom)

Ada banyak hal yang membuat Penulis memfavoritkan karakter Ai Haibara, yang nama aslinya adalah Akemi Miyano. Pertama, mari kita bahas terlebih dahulu dengan masa lalunya yang cukup kelam dan misterius.

Ai awalnya merupakan ilmuwan yang bekerja untuk Organisasi Hitam, menggantikan peran orang tuanya yang juga ilmuwan, Atsuhi dan Elena Miyano, yang tewas karena “kecelakaan”. Selama di organisasi, ia memiliki codename Sherry.

Ai juga memiliki seorang kakak perempuan bernama Akemi Miyano, yang tewas di awal-awal cerita di tangan Gin. Conan sempat bertemu dengan Akemi di awal-awal cerita seri, tetapi ketika itu ia belum mengetahui hubungannya dengan Ai.

Kematian seluruh anggota keluarganya inilah yang memicu Ai untuk kabur dari organisasi, dengan menelan pil APTX 4869 seperti Conan. Sejak itu, ia harus hidup sebagai anak kecil dan menghadapi berbagai petualangan dengan Conan dan kawan-kawan.

Latar belakangnya yang seperti itu mungkin membuat Ai menjadi sosok yang bermulut tajam, cenderung dingin, dan sinis. Namun, ia juga seseorang yang dewasa dan mampu berpikiran tenang. Saat tidak ada Conan, kemampuan analisis Ai bisa cukup diandalkan.

Ai juga memiliki kemampuan yang cukup unik, yakni bisa merasakan hawa keberadaan anggota Organisasi Hitam. Kemampuan ini sangat berguna jika ada anggota organisasi yang menyamar, mengingat mereka memiliki Vermouth yang memang ahli di sana.

Walaupun begitu, Ai juga memiliki sisi manis yang jarang terungkap. Ia bisa menjadi fangirl yang sangat bucin ke pemain sepak bola Ryusuke Higo. Terkadang ia juga menunjukkan sisi pedulinya kepada para anggota Detektif Cilik, terutama dalam keadaan genting.

Di sisi lain, Conan juga sering menunjukkan kekhawatiran apabila tiba-tiba Ai menghilang, terutama khawatir jika Ai diculik oleh Organisasi Hitam. Jika Ai dalam keadaan genting, Conan pasti akan mati-matian menyelamatkannya, seperti yang terlihat pada film The Iron Submarine.

Kurang lebih itulah yang membuat Penulis memfavoritkan karakter Ai Haibara di serial Detective Conan, melebihi karakter-karakter menarik lainnya. Semoga saja di masa depan, akan lebih banyak hal lagi yang terungkap seputar dirinya.


Lawang, 26 November 2024, terinspirasi setelah membaca dua komik spesial Detective Conan yang khusus membahas Ai Haibara

Foto Featured Image: Alpha Coders

Continue Reading

Anime & Komik

Saya Memutuskan untuk Mengoleksi Komik Naruto Bind Up Edition

Published

on

By

Tak hanya Dragon Ball, Penulis juga tumbuh besar dengan seri Naruto. Bahkan, jumlah komik yang Penulis waktu kecil justru didominasi oleh manga karya Masashi Kishimoto ini, walau sempat berhenti beli karena telah membaca versi digitalnya.

Nah, belakangan ini, PT Elex Media Komputindo memutuskan untuk mencetak remake dalam bentuk Bind Up Edition. Singkatnya, ini adalah versi di mana dua komik dijadikan satu dan ukurannya pun diperbesar. Harganya per komik adalah Rp99 ribu.

Sempat menimbang-menimbang, akhirnya Penulis pun memutuskan untuk memulai mengoleksinya dari volume 1, terlepas telah memiliki beberapa komik versi aslinya. Penulis akan menjabarkan alasannya di bawah ini.

Perkenalan dengan Naruto

Komik Naruto Pertama yang Penulis Miliki

Awal Penulis mengenal Naruto sebenarnya cukup telat, yakni ketika duduk di bangku SMP. Penulis tahu karena teman-teman Penulis sering membicarakannya sehingga menjadi tertarik karena dunia ninja terdengar seru untuk diikuti.

Oleh karena itu, Penulis mencoba untuk mulai membeli komiknya. Di dekat rumah Penulis, kebetulan ada yang jual dengan harga murah. Waktu itu, Penulis belum paham kalau komik itu adalah komik bajakan karena kualitas gambarnya yang menyakitkan mata.

Tidak dari volume 1, Penulis langsung membeli volume 20 karena itu yang tersedia di rak. Tentu Penulis sempat bingung karena tahu-tahu ada seorang wanita menjadi seorang pemimpin desa dan karakter bernama Sasuke mengajak gelud Naruto.

Walau begitu, Penulis merasa kalau komik ini terasa seru dan membaca volume lanjutannya. Penulis masih bisa memahami kalau inti dari konfliknya adalah Sasuke yang ingin keluar desa demi mendapatkan kekuatan dari Orochimaru dan berusaha dicegah oleh Naruto dkk.

Sembari mengikuti arc tersebut, Penulis beberapa kali dijelaskan tentang awal mula cerita Naruto oleh temannya yang lebih dulu mengikutinya. Namun, tetap saja mengetahui ceritanya secara melompat-lompat membuat Penulis cukup kebingungan.

Penulis pun mencoba untuk membeli komik Naruto volume awal-awal. Anehnya, volume yang Penulis miliki terkesan acak, yakni volume 12, 15, 16, dan 17. Penulis tak ingat bagaimana bisa memilikinya, tapi komik-komik tersebut masih ada sampai sekarang.

Tak hanya itu, Penulis juga punya volume 1, 2, dan 4, karena dulu sempat berniat untuk mengoleksi komiknya secara lengkap. Namun, niat tersebut tak pernah kejadian karena waktu itu Penulis merasa lebih seru (dan lebih cepat) untuk mengikuti manga digitalnya saja.

Melengkapi Kepingan yang Hilang

Jadi Tahu Cerita yang Belum Pernah Diketahui (X)

Mungkin karena memiliki daya ingat yang cukup kuat, Penulis masih mengingat volume berapa saja yang pernah dimiliki. Antara volume 20 hingga 40, Penulis memiliki semua kecuali volume 22. Mulai dari volume 27, Penulis tak pernah lagi membeli komik bajakan.

Setelah volume 40, Penulis lebih sering membaca versi digitalnya. Satu-satunya komik Naruto yang Penulis miliki setelah volume tersebut adalah volume 46 dan 71. Karena konflik yang semakin memanas, Penulis pun semakin melupakan “masa lalu” Naruto di volume-volume awal.

Itulah salah satu alasan Penulis memutuskan untuk mengoleksi komik Naruto Bind Up Edition: karena ada banyak kisah Naruto yang belum pernah Penulis ketahui. Apalagi, Penulis hampir tidak pernah menonton serial animenya.

Kehadiran Bind Up Edition ini seolah menjadi momentum yang pas untuk melengkapi kepingan yang hilang seputar Naruto. Walau edisi ini benar-benar hanya menggabungkan dua volume menjadi satu, Penulis merasa tidak rugi untuk membelinya.

Apalagi, cerita-cerita yang dulu Penulis abaikan karena dirasa akan membosankan ternyata seru. “Chūnin Exams Arc” sejak awal ternyata sudah terasa seru. Penulis juga jadi mengetahui secara lengkap bagaimana Orochimaru meninggalkan segel di leher Sasuke.

Selain itu, dengan membaca secara runtun, alasan Sasuke memutuskan untuk meninggalkan desa dan pergi ke tempat Orochimaru menjadi masuk akal. Penulis akan membahas topik ini secara detail di tulisan lain.

Hal lain seputar Naruto yang baru Penulis ketahui setelah mulai mengoleksi Bind Up Edition adalah bagaimana pertemuan pertama Naruto dengan Jiraiya, bagaimana Gaara hampir mengakhiri karier ninja Rock Lee, dan masih banyak lagi lainnya.

Upaya Penebusan Dosa

Hingga artikel ini ditulis, sudah ada 10 volume yang dirilis. Artinya, seri ini telah sampai di komik Naruto pertama yang Penulis baca. Berhubung dulu membaca versi bajakannya, membaca versi aslinya dengan kualitas gambar yang bagus jelas memuaskan.

Selain itu, Penulis juga menganggap koleksi ini sebagai upaya “penebusan dosa” karena dulu membaca versi bajakannya. Waktu itu, dengan polosnya Penulis menganggap kalau memang ada versi murah dari sebuah komik, makanya kualitasnya jelek.

Dengan mulai mengoleksi dari awal, Penulis akan mendapatkan kesempatan untuk membaca komik Naruto tanpa terganggu gambar buram yang terkadang sangat sulit untuk dilihat. Apalagi, ukurang komik edisi Bind Up ini juga lebih besar.

Penulis tidak tahu apakah masih ada banyak komik bajakan yang dijual di pasaran. Semoga saja sudah tidak ada lagi pihak yang membajak komik, setidaknya secara fisik. Kalau secara daring, rasanya akan sangat sulit untuk mengendalikannya.

Sebagai tambahan, Penulis pun jadi merasakan kembali sensasi yang pernah dirasakan waktu kecil ketika menanti komik volume terbaru dirilis. Namun, mengingat lamanya komik Dragon Ball Super Vol. 20 rilis, rasanya Penulis harus benarn-benar ekstra sabar.


Lawang, 2 Oktober 2024, terinspirasi setelah mengoleksi komik Naruto Bind Up Edition

Continue Reading

Anime & Komik

Setelah My Hero Academia Tamat

Published

on

By

Tepat satu bulan yang lalu, manga My Hero Academia resmi tamat. Dengan jumlah chapter sekitar 400 lebih sedikit, kita akhirnya mendapatkan konklusi tentang akhir dari perjalanan Deku dan kawan-kawan, setidaknya dari perspektif kita sebagai pembaca.

Sejujurnya, Penulis sudah lama berhenti menonton serial animenya karena terlalu banyak dragging dan flashback yang repetitif. Oleh karena itu, Penulis memutuskan untuk membaca manganya saja yang tersedia secara gratis dan legal di aplikasi Manga Plus.

Penulis sudah sempat bercerita tentang awal pertemuannya dengan seri ini di tulisan “Sekolah Superhero Ala My Hero Academia,” jadi Penulis tidak akan mengulan bagian tersebut di sini. Pada tulisan kali ini, Penulis akan memberikan pendapatnya setelah manga ini tamat.

Dibuat Bingung Siapa yang Menjadi Final Villain

Tomura Shigaraki (CBR)

Sejujurnya, Penulis merasa lega karena akhirnya My Hero Academia telah tamat, tapi bukan dalam artian yang baik. Menurut Penulis, arc terakhir manga ini terasa terlalu panjang dan menjemukan, sehingga Penulis sempat merasa malas untuk terus membaca.

Ada banyak alasannya, tapi yang utama adalah bagaimana musuh utama di serial ini digambarkan mati bangkit mati bangkit berkali-kali. Final boss di seri ini adalah All For One (AFO), bukan Tomura Shigaraki yang hanya dimanfaatkan oleh AFO.

Awalnya, AFO terlihat berhasil dikalahkan oleh Katsuki Bakugo, apalagi AFO terus mengalami degenerasi hingga ke wujud bayinya, dan akhirnya menghilang begitu saja. Namun, Penulis sudah lupa mengapa, tapi akhirnya ia berhasil menguasi tubuh Shigaraki.

Bagian ini menyebalkan bagi Penulis, karena Shigaraki lebih pantas untuk menjadi musuh terakhir dari tokoh utama Izuku Midoriya. Alasannya, mereka berdua sejauh ini telah hidup dengan meyakini prinsip yang saling bertolak belakang.

Hal ini mirip dengan kisah Naruto, yang justru memunculkan Kaguya Ōtsutsuki sebagai final villain. Madara Uchiha jelas lebih menjadi musuh terakhir Naruto dan kawan-kawan, bukannya sosok yang sebelumnya hampir tidak pernah disebut-sebut.

Namun, setidaknya di Naruto urutannya villain yang muncul jelas. Obito, Madara, baru Kagura keluar. Kalau My Hero Academia, Penulis dibuat bingung untuk mengetahui siapa sebenarnya yang ingin dijadikan sebagai final villain.

Bahkan, ketika akhirnya Midoriya berhasil mengalahkan AFO untuk selamanya, sempat ada perasaan was-was kalau ternyata tiba-tiba Shigaraki masih hidup entah bagaimana caranya. Untungnya, hal tersebut tidak pernah terjadi.

Pertarungan Lain di Peperangan Akhir

Ochaco vs Toga (ComicBook)

Sekarang mari kita bicarakan pertarungan lain. Sama seperti arc Perang Dunia Ninja Keempat di Naruto, wajar jika ada banyak adegan pertarungan yang akan meng-highlight karakter-karakternya. Itu pun terjadi di final arc My Hero Academia.

Awalnya masih oke, tapi makin lama makin menjemukan. Mungkin pertarungan yang benar-benar Penulis bisa nikmati adalah pertarungan antara Ochaco Uraraka dan Himiko Toga. Keduanya seperti sepasang sahabat yang harus bertarung karena perbedaan ideologi.

Mungkin ada bias karena Toga adalah salah satu karakter favorit Penulis di serial ini, tapi pertarungan mereka terasa bermakna untuk satu sama lain. Bagaimana akhirnya Toga mati pun cukup membekas bagi Penulis, di mana ia memberikan darahnya sendiri untuk menyelamatkan nyawa Ochaco.

Pertarungan antara Dabi dan Shoto Todoroki juga literally “panas,” apalagi ditambah dengan bumbu drama keluarga antara keduanya. Namun, kesan yang ditinggalkan kurang kuat, hingga Penulis sudah lupa bagaimana pertarungan antara mereka berakhir.

Pertarungan antara baik vs buruk di final arc pun menjadi terkesan membosankan. Durasi pertarungannya terlalu panjang, villain seolah tak mati-mati. Yang lebih menyebalkan, setelah pertarungan sepanjang itu, sedikit sekali pahlawan yang mati di dalam perang.

Awalnya, Bakugo sempat terlihat akan tewas karena menerima luka yang sangat parah dari Shigaraki. Namun, ia berhasil diselamatkan oleh Edgeshot yang mengorbankan dirinya, walau ujung-ujungnya ia juga berhasil selamat meskipun harus menjadi versi mini.

Padahal, kematian Bakugo akan menjadi sangat heroik jika benar-benar terjadi. Midoriya akan menjadi movitasi lebih untuk mengalahkan musuhnya karena “Uncle Ben Situation.” Sayang, tampaknya sang mangaka memang sesayang itu dengan para karakternya.

Sebagai perbandingan, di Naruto meskipun juga banyak yang selamat, setidaknya masih ada beberapa karakter utama yang dimatikan seperti Neji Hyuga, Shikaku Nara, hingga Inoichi Yamanaka.

Akhir yang Kurang Memuaskan, Padahal Sudah Lama Dinanti

Malah Jadi Guru (Screen Rant)

Anime shounen biasanya bercerita bagaimana protagonis utamanya berjuang untuk meraih apa yang ia impikan sejak awal cerita. Hal ini bisa dilihat dari Naruto yang ingin menjadi Hokage dan Luffy yang ingin menjadi Raja Bajak Laut.

Nah, hal tersebut tidak terjadi di My Hero Academia. Setelah pertarungan yang begitu hebat, tentu kita penasaran dengan masa depan para karakter favorit kita. Intinya, Midoriya kehilangan semua quirk-nya dan menjadi guru di U.A. High School.

Namun, di akhir cerita diceritakan ia mendapatkan semacam perangkat yang membuatnya tetap bisa menjadi superhero, mungkin seperti Iron Man. Jadi, Midoriya tetap bisa menjadi superhero, meskipun tidak menjadi nomor satu seperti impiannya di awal cerita.

Konklusi My Hero Academia yang seperti itu jelas membuat kesal banyak orang. Pada akhirnya, Midoriya gagal mendapatkan apa yang ia impikan dan justru “hanya” menjadi guru setelah kehilangan quirk. Mirio Togata-lah yang menjadi superhero nomor satu di akhir cerita.

Selain itu, kisah cinta Midoriya pun tidak memiliki kesimpulan sama sekali apakah akhirnya ia bersanding dengan Ochaco. Banyak yang berseloroh kalau “gaji sebagai guru” membuat Midoriya tidak menarik bagi Ochaco.

Biasanya, memang karakter utama anime shounen bersanding dengan orang yang selama ini dijodoh-jodohkan dengan penggemar. Contohnya adalah Naruto dengan Hinata Hyuga atau Tanjiro Kamado dengan Kanao Tsuyuri.

Karena banyaknya masalah yang muncul mulai dari final arc hingga konklusi cerita, tak heran jika banyak penggemar yang merasa tidak puas dengan akhir cerita My Hero Academia, mirip dengan fenomena yang terjadi pada Attack on Titan.

Akhir kata, Penulis bisa mengatakan kalau dirinya bukan merasa puas karena sudah My Hero Academia sudah tamat, tapi justru merasa lega dan berpikir “akhirnya tamat juga ini manga.” Tentu ini agak disayangkan, mengingat My Hero Academia adalah salah satu manga shounen favorit Penulis.


Lawang, 5 September 2024, terinspirasi setelah tamatnya My Hero Academia setelah sekian lama dinanti

Sumber Featured Image: ComicBook

Continue Reading

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan