Musik
Shout It Out Now!: One OK Rock
Published
6 tahun agoon
By
FanandiPenulis pertama kali mengenal band asal Jepang ini ketika masa kuliah, pada saat teman penulis yang bernama Wim mengenalkan lagu Wherever You Are dari album Nicheシンドローム.
Sewaktu itu penulis masih biasa saja karena lagunya yang terlalu mellow dengan tempo yang lambat. Untunglah sesudah itu penulis mendengar lagu One OK Rock berjudul The Beginning dari album 人生x僕= yang lebih nge-rock.
Penulis tidak mencoba untuk mendengarkan lagu yang lain karena belum merasa klik dengan musik mereka. Walaupun begitu, penulis tetap menyarankan band ini kepada dua sahabat penulis ketika mereka minta saran band apa yang musiknya enak didengar.
Selang beberapa waktu kemudian, dua sahabat tersebut ternyata cocok dengan musik yang dibawakan Taka dan kawan-kawan tersebut. Penulis pun merasa terpengaruh dan penasaran untuk mendengarkan lagu-lagu One OK Rock yang lainnya.
Lantas penulis menemukan lagu Be the Light yang uplifting dan Liar yang dilengkapi dengan screaming dari album yang sama dengan Wherever You Are. Lagu lain enak, namun tidak sampai masuk My Top List di iTunes penulis.
Tahun 2015, One OK Rock merilis album 35xxxv dengan single-nya Heartache yang bernuansa galau. Penulis sampai menanyakan kepada teman penulis yang bernama Jejeh, apakah ada lagu yang seperti Liar pada album ini, yang ia jawab tidak ada karena album ini lebih slow.
Akan tetapi, setelah mendengarkan lebih dalam, album ini justru menjadi album favorit penulis di antara album-album yang lain. Lagu-lagu seperti Cry Out, Stuck in the Middle, Suddenly, Good Goodbye hingga One By One dengan mudah menjadi lagu favorit penulis hingga sekarang.
Sayang, pada album terbarunya yang berjudul Ambitions, kesan gahar yang ditunjukkan pada album sebelumnya seolah sirna. Sama seperti waktu Linkin Park merilis album One More Light setelah sebelumnya merilis album yang cukup cadas, The Hunting Party.
Beberapa lagu memang memamerkan kemampuan nada tinggi Taka, seperti I Was King, We Are, dan Start Again. Namun, tidak ada satupun lagu yang menampilkan screaming seperti album-album sebelumnya.
Begitupun single One OK Rock terbaru yang berjudul Change. Walaupun nuansa pop jelas mendominasi lagu ini, penulis tetap menyukai lagu barunya ini karena beat-nya yang membuat penulis bersemangat.
Lagu-Lagu Perangsang Air Mata
Lucunya, meskipun lagunya cenderung keras, penulis beberapa kali dibuat menangis ketika mendengarkan lagu-lagu One OK Rock. Ada tiga lagu yang bisa membuat penulis meneteskan air mata, yakni Cry Out, Good Goodbye, dan Be the Light.
Selain lagu-lagu tersebut, hanya ada dua lagu yang bisa membuat penulis menangis, yakni Numb-nya Linkin Park dan Dearly Beloved, soundtrack dari game favorit sepanjang masa penulis, Kingdom Heart.
Penulis tidak ada niatan sama sekali untuk menggunakan lagu-lagu tersebut untuk galau. Air matanya mengalir begitu saja tanpa ada perintah dari yang punya raga. Penulis akan menceritakan ketiganya satu persatu.
Pada lagu Cry Out, sewaktu mendengarnya penulis merasa dikuatkan dari beban hidup yang berat. Penulis akan mulai merasa merinding ketika sudah masuk pada bagian:
Can’t you hear the voices screaming?
Out loud to me I feel it
We can be the change we need it
Shout it out now shout it now
Suara Taka yang awalnya terdengar rendah dan makin meninggi entah mengapa membuat penulis merinding dan kadang sampai menangis. Bahkan pernah terjadi ketika penulis menyetir dari Malang ke Surabaya. Untunglah, ayah penulis yang duduk di sebelah tidak menyadarinya.
Selanjutnya adalah Good Goodbye. Tangisan terjadi ketika penulis menyusun laporan pertanggungjawaban (LPJ) sebagai ketua Karang Taruna yang akan diganti. Mungkin karena merasa sebentar lagi penulis akan meninggalkan anggota-anggota penulis yang selama ini dekat.
Penulis pernah mendengarkan cover lagu ini yang dinyanyikan oleh ketua Karang Taruna yang baru, sebagai hadiah perpisahan untuk penulis yang harus merantau ke Jakarta demi melaksanakan tugas negara sebagai volunteer Asian Games.
Yang terakhir adalah Be the Light. Ketika menghayati lagu ini, penulis teringat oleh salah satu kawan yang hidupnya sering mendapatkan badai ujian. Liriknya yang berusaha menguatkan orang-orang yang sedang terpuruk tersebut membuat penulis tak kuasa membendung air mata.
Apalagi ketika melihat video konsernya ketika mengantar ibu ke SMA Islam Malang. Penulis yang menunggu di dalam mobil harus menahan suaranya agar tidak ada yang menyadari kalau penulis baru saja menangis hanya karena melihat video konser.
Mungkin memang sedikit memalukan, tapi penulis hanya ingin berbagi apa adanya. Tidak setiap saat lagu-lagu tersebut membuat penulis sedih, hanya waktu-waktu tertentu ketika penulis sedang berada di dalam tekanan atau mengalami momen yang menyedihkan.
Beberapa Patah Kata Terakhir
One OK Rock merupakan band rock asal Jepang yang menjadi alternatif ketika Linkin Park harus vakum sementara karena kematian sang vokalis. Apalagi, Mike Shinoda pernah menjadi produser pada lagu One Way Ticket dari album Ambitions.
Bukan, sekarang bukan sekedar alternatif. One OK Rock telah menjadi salah satu band favorit penulis yang lagu-laguya banyak mendapatkan bintang 4 dan 5 pada iTunes penulis dan diputar berulang-ulang kali tanpa bosan.
Jelambar, 27 Oktober 2018, terinspirasi setelah mendengarkan lagu-lagu dari One OK Rock
Photo: oneokrock.com
Musik
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
Published
3 hari agoon
6 September 2024By
FanandiBeberapa waktu lalu, Linkin Park dan beberapa anggota band mengunggah sebuah pos misterius. Penggemar, termasuk Penulis, tentu bertanya-tanya proyek apa yang akan diumumkan kali ini.
Penulis sendiri berusaha untuk tidak berharap apa-apa, takutnya kecewa kalau ternyata pengumumannya nggeletek. Oleh karena itu, Penulis benar-benar terkejut ketika mengetahui kalau ternyata pengumumannya adalah Linkin Park akan segera comeback!
Linkin Park juga akan memiliki vokalis baru Emily Armstrong dan drummer baru Colin Brittain. Mereka juga merilis single baru berjudul “The Emptiness Machine” dan akan merilis album baru berjudul From Zero pada tanggal 15 November 2024. BOOM!!!
Linkin Park’s Surprising Comeback
Sudah lebih dari tujuh tahun sejak kepergian Chester Bennington. Penulis sejatinya sudah berusaha berhenti berharap kalau Linkin Park akan kembali dengan personel baru. Apalagi, Mike Shinoda juga sibuk dengan proyek solonya.
Oleh karena itu, kembalinya Linkin Park dengan personel baru merupakan hal yang benar-benar mengejutkan bagi Penulis. Tentu ini menjadi kejutan yang menyenangkan sekaligus menyentuh, karena mau tidak mau Penulis jadi teringat akan sosok Chester.
Dalam livestreaming yang dilakukan tadi pagi, Linkin Park langsung membawakan lagu barunya yang berjudul “The Emptiness Machine.” Lagu ini rupanya menjadi lagu pertama Linkin Park dengan vokalis baru, Emily Armstrong.
Penulis sendiri baru mendengar namanya kali ini. Namun, berdasarkan berbagai sumber, ia adalah vokalis dari sebuah band bernama Dead Sara. Suaranya memang nge-rock, mungkin analoginya sedikit mirip dengan tipe vokal Tantri dari Kotak.
Di lagu baru Linkin Park, bisa dibilang kualitas suara Emily cukup gokil dengan scream-scream yang ia lakukan. Sayangnya, ketika menyanyikan lagu-lagu lama Linkin Park, ia tampak kewalahan dan beberapa kali kehilangan suara. Vokal Chester memang seistimewa itu.
Selain Emily, ada produser One Ok Rock, Colin Brittain, yang akan menggantikan Rob Bourdon sebagai drummer. Penulis benar-benar terkejut ketika mengetahui Rob memutuskan untuk keluar dari band.
“Rob pernah berkata kepada kami pada suatu saat, saya kira beberapa tahun yang lalu, bahwa dia ingin memberi jarak antara dirinya dan band. Dan kami memahami hal itu – hal itu sudah terlihat jelas. Dia mulai jarang muncul, jarang berhubungan, dan saya tahu para penggemar juga menyadarinya,” ungkap Mike dalam satu wawancara.
Banyak spekulasi yang beredar di antara penggemar mengenai alasan sebenarnya mengapa Rob memutuskan untuk meninggalkan band sebesar Linkin Park. Alasan paling populer adalah ia tak ingin bermain sebagai Linkin Park tanpa sosok Chester.
Terlepas dari bergabungnya dua anggota baru, anggota lama lainnya tetap sama. Mike Shinoda sebagai gitaris/vokalis/pianis, Brad Delson sebagai gitaris, Dave “Phoenix” Farrel sebagai bassist, dan Joe Hahn sebagai turntablist.
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
Mungkin ini bias karena Penulis merupakan penggemar berat Linkin Park. Namun, bagi Penulis Linkin Park adalah salah satu band rock terbesar di dunia. Kembali mengorbitnya band ini di dunia musik tentu menjadi hal yang telah lama diidam-idamkan oleh penggemarnya.
Namun, Penulis dan para penggemar tentu harus menyadari bahwa kehadiran Emily bukan sebagai pengganti Chester, melainkan sebagai penerusnya. Posisi Chester jelas tak tergantikan, sehingga yang bisa Linkin Park lakukan adalah meneruskan legasinya.
Kalau mau dianalogikan, mungkin mirip dengan kasus Dewa yang sempat berganti vokalis dari Ari Lasso ke Once. Secara vokal, keduanya memiliki nuansa yang berbeda, di mana suara Once lebih nge-rock dibandingkan Ari Lasso. Namun, Dewa tetap bisa sukses siapapun vokalisnya, dan rasanya Linkin Park juga bisa seperti itu.
Jujur, Penulis tidak terlalu terkejut apabila Emily tak mampu bernyanyi seperti Chester. Akan tetapi, Penulis tak mengira kalau ia sampai kehilangan suaranya di beberapa lagu karena suaranya tidak sampai. Entah berapa kali ia arahkan mic-nya ke penonton karena hal ini.
Sebenarnya ini sudah sempat terlihat di konser peringatan kematian Chester beberapa tahun lalu. Konser tersebut mengundang banyak vokalis band rock untuk mengisi posisi Chester, mulai dari M. Shadow (Avenged Sevenfold), Taka (One Ok Rock), hingga Deryck Whibley (Sum 41).
Namun, mau sehebat apa pun kualitas orang lain, benar-benar tidak ada yang bisa bernyanyi untuk Linkin Park sehebat Chester. Bisa jadi, keputusan Linkin Park menggandeng vokalis perempuan adalah karena ingin menghindari perbandingan-perbandingan seperti ini.
Dengan menggandeng vokalis perempuan, yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh Penulis, Linkin Park seolah ingin menegaskan kalau mereka akan memasuki era baru. Sekali lagi, Emily bukanlah pengganti Chester, melainkan penerusnya.
Mau Dibawa ke Mana Linkin Park?
Mendengarkan lagu “The Emptiness Machine,” tampaknya Linkin Park akan mengambil jalur rock seperti di album-album sebelum One More Light. Bagi Penulis, lagu tersebut akan cocok jika dimasukan ke dalam album The Hunting Party.
Ini tentu kabar gembira untuk Penulis, yang memang menyukai Linkin Park karena lagu-lagu rock yang dipenuhi dengan scream. Emily rasanya mampu menghadirkan hal tersebut dengan kemampuan scream-nya yang cukup oke.
Penulis tidak akan protes apabila musikalitas Linkin Park sedikit bergeser untuk menyesuaikan vokal Emily. Seperti kata Mike pada acara React di YouTube, musik Linkin Park selalu berevolusi dan mereka tak takut untuk melakukan eksperimen.
Meskipun “The Emptiness Machine” tak terdengar sebagai sebuah eksperimen baru, bagi Penulis hal itu wajar mengingat mereka sudah lama vakum. Sebagai langkah pertama, mungkin mereka ingin mencoba formula-formula lama, tapi dengan vokal yang benar-benar baru.
Selain itu, dari single tersebut, Penulis bisa sedikit merasa tenang karena Linkin Park masih berada di “jalurnya” sebagai band rock. Penulis sempat khawatir mereka akan beralih genre seperti yang terjadi pada 30 Seconds to Mars atau bahkan berubah menjadi seperti Fort Minor.
Tentu kita tidak bisa menilai arah era baru Linkin Park hanya dari satu lagu yang baru dirilis. Oleh karena itu, Penulis tak sabar untuk mendengarkan album From Zero yang akan rilis pada tanggal 15 November 2024 mendatang, yang menjadi penanda bahwa era baru Linkin Park telah dimulai.
Lawang, 6 September 2024, teinspirasi setelah mengetahui Linkin Park telah memilih penerus Chester Bennington
Foto Featured Image: Los Angeles Times
Sumber Artikel:
Penulis pernah memberikan pendapatnya mengenai kualitas vokal yang agak kurang dari Gen 4 girlband K-Pop. Namun, bukan berarti Penulis tidak mendengarkan mereka karena kualitas vokal bukan menjadi satu-satunya parameter dalam sebuah lagu.
Suara yang biasa saja, jika musiknya enak, ya tetap bisa didengarkan. Oleh karena itu, Penulis masih bisa menikmati lagu-lagu dari Gen 4. Di antara semua yang sudah pernah Penulis coba dengarkan, musikalitas IVE menjadi yang paling cocok dengan telinganya.
Kebetulan, IVE menjadi girlband keempat yang akan Penulis bahas di blog ini, setelah Blackpink, Twice, dan Red Velvet, sekaligus Gen 4 pertama yang Penulis bahas. Itu menunjukkan kalau girlband ini memang cukup spesial bagi Penulis.
Sekilas tentang IVE
IVE merupakan sebuah girlband di bawah naungan Starship Entertainment, agensi yang juga pernah menaungi girlband legendaris Sistar. IVE yang melakukan debut pada tanggal 1 Desember 2021 terdiri dari enam anggota, yakni:
- Yujin (Ahn Yujin) sebagai Leader, Main Dancer, Vocalist
- Gaeul (Kim Gaeul) sebagai Main Dancer, Lead Rapper, Sub Vocalist
- Rei (Naoi Rei) sebagai Main Rapper, Sub Vocalist
- Wonyoung (Jang Wonyoung) sebagai Vocalist, Dancer, Visual
- Liz (Kim Ji-won) sebagai Main Vocalist
- Leeseo (Lee Hyun-seo) sebagai Lead Dancer, Sub Vocalist, Visual, Maknae
Salah satu hal yang paling menonjol dari IVE, terlepas dari sisi musik, adalah anggotanya yang tinggi-tinggi. Wonyoung dan Yujin menjadi yang tertinggi dengan 173 cm, diikuti oleh Liz (171 cm), Rei (170 cm), Leeseo (168 cm), dan Gaeul (164 cm).
Lucunya, Gaeul yang paling mungil adalah member tertua di IVE karena lahir di tahun 2002. Di bawahnya ada sang leader Yujin (2003), disusul angkatan 2004 (Rei, Liz, Wonyoung), dan paling muda adalah Leeseo (2007). Penulis jadi merasa sangat tua.
Perkenalan dengan IVE dan Musikalitasnya
Dalam tulisan sebelumnya, Penulis pernah bercerita kalau lagu pertama dari IVE yang didengar adalah “Kitsch,” yang lewat secara random ketika Penulis sedang mendengarkan lagu di YouTube Music. Lagu ini langsung berhasil menarik perhatian Penulis karena bass-nya yang nendang banget.
Namun, sebenarnya perkenalan Penulis pertama dengan IVE bukan lewat lagu tersebut, melainkan lewat Runningman, sebuah acara reality show yang sangat populer. Di salah satu episode, IVE menjadi bintang tamu dari acara tersebut.
Penulis hanya menonton potongannya di YouTube, itu pun karena judulnya yang menarik: “IVE Rei making Yoo Jae-suk wants to give up on MC-ing.”Ketika Penulis tonton, memang interaksi antara Rei dan Jae-suk sangat lucu, bahkan Penulis akhirnya menonton episode lengkapnya.
Berawal dari sana, Penulis jadi tertarik untuk mendengarkan lagu-lagu IVE, yang dimulai dari lagu “Kitsch” yang catchy. Sebagai seorang basshead, lagu ini benar-benar memuaskan telinga Penulis, apalagi kalau setting bass Penulis disetel hingga maksimal.
Lagu kedua IVE yang berhasil menarik perhatian Penulis adalah “I AM,” yang satu album dengan lagu “Kitsch.” Meskipun Penulis menganggap IVE sebagai salah satu girlband yang tidak memiliki vokal menonjol, menariknya di lagu ini nada tinggi dari Yujin.
Lagu ini juga memiliki lirik yang keren pada bagian reff-nya, di mana jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi, “menjadi seorang penulis yang bergenre fantasi (be a writer, 장르로는 판타지). Rasanya puitis saja lirik ini, tidak biasa.
Setelah mendengarkan kedua lagu tersebut, barulah Penulis mendengarkan lagu-lagu lama mereka, mulai dari lagu debut mereka “Eleven” hingga “Love Dive” dan “After Like.” Menariknya, semua title song tersebut masuk ke telinga Penulis.
Ketika sudah terbiasa dengan IVE, mini album I’VE MINE rilis pada pertengahan 2023. Penulis langsung cocok dengan lagu “Baddie” yang sekali lagi berhasil memuaskan basshead seperti Penulis.
Tidak hanya itu, lagu “Either Way” dan “Off the Record” yang lebih ballad juga cocok dengan selera musik Penulis. Untuk lagu “Off the Record,” bisa dibilang lagu ini adalah lagu favoritnya dari IVE setelah lagu “I AM” karena mampu menghadirkan nuansa sendu ketika mendengarkannya.
Di tahun ini, IVE melakukan comeback dengan merilis album I’VE SWITCH. Lagu utamanya, “HEYA (해야),” lagi-lagi cocok dengan selera Penulis. Sayang, lagu utama kedua “Ascendio” kurang cocok, meskipun Penulis masih bisa menikmatinya.
Dalam menikmati lagu Korea, Penulis tidak terlalu memedulikan liriknya karena memang tidak paham bahasanya. Namun, dari banyak sumber, Penulis mengetahui kalau tema yang sering diusung oleh IVE adalah self-confidence dan self-love.
Tema tersebut, mungkin, direpresentasikan dengan dominannya bass pada musiknya. Entah itu benar atau tidak, hanya perasaan Penulis. Yang jelas, Penulis merasa hampir di setial lagu IVE (kecuali yang ballad) selalu memiliki unsur bass yang cukup menonjol.
Karena hal tersebu, nuansa yang ingin dihadirkan IVE jadi berbeda dengan girlband lain, seperti aespa dengan konsep futuristiknya, NewJeans dengan konsep fresh-nya, atau NMIXX dengan berbagai ekperimental yang dilakukan.
Dari Musik ke Reality Show
Berbanding terbalik dengan Twice yang menarik Penulis setelah menonton acara reality show-nya, Penulis justru tertarik menonton reality show IVE setelah mendengarkan lagu-lagunya. Apalagi, mereka memiliki reality show-nya sendiri yang berjudul 1,2,3 IVE.
Penulis telah menonton semua keempat season-nya dan sama seperti Time to Twice, ada saja tingkah kocak dan konyol dari para anggotanya. Walaupun tidak seabsurd member Twice, para member IVE juga cukup lawak.
Di antara semua episode 1, 2, 3, IVE, Penulis paling menyukai episode-episode jurit malam alias horor. Rei dan Gaeul menjadi member yang paling berani, sedangkan Liz menjadi member paling penakut, yang membuatnya menjadi hiburan utama.
Salah satu hal yang paling memorable di semua episodenya adalah kebaikan yang diperlihatkan oleh Rei. Contohnya adalah ketika dia berusaha menutup staf yang berbuat kesalahan dan berhenti di belakang Liz ketika tidak ada yang mau.
Bicara tentang Rei, ia adalah member favorit Penulis di IVE (alias bias). Bahkan, Penulis sampai membuat ratusan stiker dengan wajahnya di WhatsApp karena menemukan banyak foto lucunya di Pinterest. Penulis juga merupakan subscriber dari kanal YouTube-nya, Follow Rei.
Adanya reality show seperti 1, 2, 3, IVE yang memperlihatkan sisi lain dari seorang idol membuat Penulis semakin menikmati musik-musik IVE. Penulis pernah mencoba menonton reality show dari girlband lain, tapi tidak ada yang benar-benar Penulis suka.
Yang jelas, kombinasi antara musikalitas yang cocok dengan selera, tema grup yang dibawakan, para member yang unik dan konyol, hingga konsep acara reality show yang menarik membuat IVE memiliki tempat spesial bagi Penulis.
Lawang, 4 Juli 2024, terinspirasi ketika mendengarkan lagu-lagu IVE
Foto Featured Image: Fandom
Jika membuka rubrik Musik di blog ini, mayoritas artikelnya membahas seputar K-Pop, karena memang genre tersebut yang sedang Penulis sering dengarkan selama satu setengah tahun terakhir. Karena masih baru, makanya Penulis banyak melakukan eksplorasi.
Namun, mau sebanyak apapun Penulis “berkenalan” dengan girlband Korea atau mendengarkan lagu K-Pop, tetap saja genre favorit Penulis tetap rock, dan Linkin Park tetap menjadi musisi favorit meskipun sudah ditinggalkan oleh Chester Bennington.
Sebelumnya, Penulis sudah pernah menulis artikel 20 Lagu Terbaik Linkin Park Versi Saya. Namun, Penulis merasa kalau dirinya perlu membuat semacam tier list untuk menilai semua lagu Linkin Park.
Tier List Lagu Linkin Park
Dalam membuat tier list ini, Penulis akan membuatnya per album, dari Hybrid Theory (2000) hingga One More Light (2017). Setelah itu, Penulis akan menghitung skor tiap album untuk menentukan mana urutannya dari yang terabik hingga terburuk.
Dalam membuat tier list, Penulis membuat Tier S hingga Tier E. Hanya ada satu lagu yang ke Tier S, yang menandakan kalau lagu itu menjadi lagu favorit Penulis seumur hidup. Untuk lagu yang selalu masuk ke playlist, akan Penulis masukkan ke dalam Tier A.
Tier B akan berisikan lagu-lagu yang sebenarnya juga masuk ke playlist, tapi terkadang ada perasaan bosan mendengarkannya. Tier C berisi lagu yang sebenarnya cukup favorit, tapi tidak sampai masuk ke dalam playlist.
Tier D adalah lagu-lagu yang cukup Penulis hindari, tapi masih oke untuk didengarkan. Tier E atau yang paling rendah berisi lagu yang akan Penulis skip. Ya, walaupun ini Linkin Park, tetap saja ada lagu yang masuk ke dalam kategori tersebut.
Selain itu, Penulis juga akan memberikan skor untuk setiap Tier, di mana Tier S memiliki skor 5 dan Tier E memiliki skor 0. Dengan demikian, nanti akan jadi ketahuan album mana yang memiliki skor tertinggi (berdasarkan skor akhir dibagi jumlah lagu di album tersebut) versi Penulis.
Tier List Hybrid Theory (2000)
- S: –
- A: Papercut, Pushing Me Away
- B: In the End, A Place for My Head
- C: One Step Closer, With You, Crawling, Points of Authority, Runaway, By Myself, Forgotten, Cure for the Itch
- D: –
- E: –
Di album pertama, Hybrid Theory, bisa dibilang tidak ada lagu yang tidak bisa didengarkan. Meskipun kebanyakan masuk ke Tier C, album ini mau bagaimanapun menjadi “perkenalan” Linkin Park kepada para penggemarnya.
Meskipun hanya dua lagu yang berhasil masuk ke Tier A, Penulis harus menyebutkan kalau lagu “Papercut” adalah lagu favoritnya nomor dua dari Linkin Park. Jika ada Tier di antara S dan A, Penulis akan memasukkan lagu ini ke Tier tersebut.
Skor Akhir: 30 (Rata-Rata: 2,5)
Tier List Meteora (2003)
- S: Numb
- A: Don’t Stay, Somewhere I Belong, Lying from You, Easier to Run, Breaking the Habit, From the Inside
- B: Faint, Session
- C: Hit the Floor, Figure, Nobody Listening
- D: Foreword
- E: –
Seperti yang sudah Penulis singgung beberapa kali, Meteora adalah album favorit Penulis dan menganggapnya sebagai album terbaik sepanjang masa. Album ini juga menjadi satu-satunya yang menyumbangkan lagu dengan Tier S melalui lagu “Numb.”
Selain itu, bisa dilihat jika album ini memiliki banyak sekali lagu yang masuk ke dalam Tier A. Sama seperti Hybrid Theory, tidak ada lagu yang tidak enak dari album ini, kecuali “Foreword” yang suaranya memang cuma begitu saja.
Hal tersebut membuat skor dari album ini sangat tinggi dibandingkan dengan album-album Linkin Park lainnya.
Skor Akhir: 42 (Rata-Rata: 3,23)
Tier List Minutes to Midnight (2007)
- S: –
- A: Leave Out All the Rest, Shadow of the Day
- B: Given Up, Bleed It Out
- C: Wake, What I’ve Done, Hands Held High, No More Sorrow
- D: Valentine’s Day, In Between, In Pieces, The Little Things Give You Away
- E: –
Sejujurnya, Minutes to Midnight adalah album yang kurang Penulis sukai. Akan tetapi, ternyata setelah dihitung skornya berdasarkan tier list di atas, skornya masih lumayan tinggi dan di luar ekspektasi.
Pada artikel 20 Lagu Terbaik Linkin Park Versi Saya, Penulis hanya meletakkan lagu “Leave Out All the Rest” di peringkat 10, di bawah lagu-lagu dari enam album lainnya. Ini menunjukkan kalau sebenarnya album ini memang kurang Penulis sukai, meskipun tidak sampai ada yang masuk ke Tier E.
Skor Akhir: 26 (Rata-Rata: 2,17)
Tier List A Thousand Suns (2010)
- S: –
- A: Waiting for the End
- B: The Requiem, Burning in the Skies
- C: The Radiance, When They Come for Me, Jornada Del Muerto, Blackout, Iridescent, The Catalyst
- D: Empty Space, Robot Boy, Wretches and Kings, Wisdom, Justice, and Love, The Fallout
- E: The Messenger
Penulis sudah pernah menyebutkan kalau album A Thousand Suns menjadi album favoritnya secara konsep, yang nyambung dari depan hingga belakang. Sayangnya, hal tersebut membuat skor album ini cukup jatuh dan menjadi yang terburuk di antara yang lain.
Alasannya, banyak lagu-lagu di album ini yang hanya berfungsi sebagai bridging, bukan sebagai lagu utuh. Memang Penulis suka “The Requiem,” tapi yang lain kurang suka. Belum lagi lagu “The Messenger” yang benar-benar tidak Penulis sukai.
Skor Akhir: 27 (Rata-Rata: 1,8)
Tier List Living Things (2012)
- S: –
- A: In My Remains, Lies Greed Misery, Castle of Glass, Road Untraveled, Powerless
- B: Until It Breaks
- C: Lost in the Echo, Tinfoil
- D: Burn It Down, I’ll Be Gone
- E: Skin to Bone
Living Things menjadi album yang menyumbangkan lagu di Tier A terbanyak setelah Meteora dengan lima lagu. Hal tersebut membuat album ini memiliki skor yang cukup tinggi, hanya kalah dari dua album pertama Linkin Park.
“Castle of Glass” yang menjadi lagu urutan keenam di album ini menjadi lagu favorit Penulis nomor 3. Namun, album ini juga memiliki lagu yang sangat Penulis hindari, yakni “Skin to Bone.”
Skor Akhir: 29 (Rata-Rata:2,42)
Tier List The Hunting Party (2014)
- S: –
- A: Rebellion, Final Masquerade
- B: Keys to the Kingdom, Wasteland
- C: All for Nothing, Guilty All the Same, War, Until It’s Gone.
- D: The Summoning
- E: Mark the Graves, Drawbar, A Line in the Sand
Di antara semua album Linkin Park, The Hunting Party menjadi penyumbang Tier List E terbanyak. Tiga lagu yang Penulis masukkan ke tier ini benar-benar tidak Penulis sukai dan selalu di-skip jika tiba-tiba muncul di pemutar musiknya.
Hal tersebut sebenarnya cukup Penulis sayangkan, mengingat Penulis sangat menyukai lagu “Rebellion” dan “Final Masquerade.” Namun, bisa dibilang hanya dua lagu tersebut yang benar-benar Penulis suka dari album ini.
Skor Akhir: 23 (Rata-Rata: 1,92)
Tier List One More Light (2017)
- S: –
- A: Heavy
- B: One More Light
- C: Nobody Can Save Me, Good Goodbye, Talking to Myself, Battle Symphony, Invisible, Sorry for Now, Halfway Right
- D: Sharp Edges
- E: –
Album terakhir Linkin Park, One More Light, bisa dibilang sebagai album paling medioker. Sama seperti Hybrid Theory, mayoritas lagu di album ini masuk ke Tier C. Suka enggak, tapi seenggaknya masih oke untuk didengarkan.
Selain itu, sama seperti album A Thousand Suns, hanya ada satu lagu dari album ini yang berhasil masuk ke dalam 20 lagu favorit Linkin Park versi Penulis. Setidaknya, album ini tidak memiliki lagu yang layak untuk masuk ke Tier List E.
Skor Akhir: 22 (Rata-Rata: 2,2)
Penutup
Berdasarkan perhitungan skor dari tier list di atas, maka bisa disimpulkan kalau menurut Penulis album terbaik dari Linkin Park adalah Meteora, dan yang paling buruk adalah A Thousand Suns. Pembaca bisa melihat daftar lengkapnya di bawah ini (diurutkan berdasarkan rata-rata skornya):
- Meteora – Bobot Akhir: 42 (Rata-Rata: 3,23)
- Hybrid Theory – Bobot Akhir: 30 (Rata-Rata: 2,5)
- Living Things – Bobot Akhir: 29 (Rata-Rata:2,42)
- One More Light – Bobot Akhir: 22 (Rata-Rata: 2,2)
- Minutes to Midnight – Bobot Akhir: 26 (Rata-Rata: 2,17)
- The Hunting Party – Bobot Akhir: 23 (Rata-Rata: 1,92)
- A Thousand Suns – Bobot Akhir: 27 (Rata-Rata: 1,8)
Jika ditotal, maka ada Tier S memiliki 1 lagu, Tier A memiliki 19 lagu, Tier B memiliki 12 lagu, Tier C memiliki 34 lagu, Tier D memiliki 14 lagu, dan Tier E memiliki 5 lagu. Pembaca bisa melihat rekap lengkapnya di bawah ini:
- S: Numb
- A: Papercut, Pushing Me Away, Don’t Stay, Somewhere I Belong, Lying from You, Easier to Run, Breaking the Habit, From the Inside, Leave Out All the Rest, Shadow of the Day, Waiting for the End, In My Remains, Lies Greed Misery, Castle of Glass, Road Untraveled, Powerless, Rebellion, Final Masquerade, Heavy
- B: In the End, A Place for My Head, Faint, Session, Given Up, Bleed It Out, The Requiem, Burning in the Skies, Until It Breaks, Keys to the Kingdom, Wasteland, One More Light
- C: One Step Closer, With You, Crawling, Points of Authority, Runaway, By Myself, Forgotten, Cure for the Itch, Hit the Floor, Figure, Nobody Listening, Wake, What I’ve Done, Hands Held High, No More Sorrow, The Radiance, When They Come for Me, Jornada Del Muerto, Blackout, Iridescent, The Catalyst, Lost in the Echo, Tinfoil, All for Nothing, Guilty All the Same, War, Until It’s Gone, Nobody Can Save Me, Good Goodbye, Talking to Myself, Battle Symphony, Invisible, Sorry for Now, Halfway Right
- D: Foreword, Valentine’s Day, In Between, In Pieces, The Little Things Give You Away, Empty Space, Robot Boy, Wretches and Kings, Wisdom, Justice, and Love, The Fallout, Burn It Down, I’ll Be Gone, The Summoning, Sharp Edges
- E: The Messenger, Skin to Bone, Mark the Graves, Drawbar, A Line in the Sand
Kurang lebih seperti itu tier list lagu Linkin Park versi Penulis. Sebenarnya Penulis ingin memasukkan beberapa lagu non-album, tapi ini saja sudah cukup banyak. Mungkin nanti Penulis akan membuat artikel yang khusus membahas lagu-lagu tersebut.
Lawang, 28 Juni 2024, terinspirasi setelah ingin menulis artikel tentang Linkin Park lagi
Foto Featured Image: Billboard
Hati-Hati Jejak Digitalmu, Siapa Tahu Nanti Jadi Pejabat Publik
Koleksi Board Game #23: Trekking Through History
Setelah Membaca Buku Building a Second Brain
Menatap Era Baru Linkin Park Bersama Emily Armstrong
Setelah My Hero Academia Tamat
Ketika Mencari Pasangan Menggunakan Standar TikTok
Kado Manis untuk Kroos, Kado Pahit untuk Reus
Koleksi Board Game #17: Unstable Unicorns
Koleksi Board Game #18: King of the Dice
[REVIEW] Setelah Membaca The Devotion of Suspect X
Tag
Fanandi's Choice
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #14: Kakartu Se-kata
-
Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Keajaiban Toko Kelontong Namiya
-
Tentang Rasa3 bulan ago
Ketika Mencari Pasangan Menggunakan Standar TikTok
-
Olahraga5 bulan ago
Badai Cedera Manchester United yang Tak Kunjung Berlalu
-
Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Twenty-Four Eyes: Dua Belas Pasang Mata
-
Olahraga5 bulan ago
Asa Leverkusen untuk Mengejar Status Invincibles Sempurna
-
Politik & Negara3 bulan ago
Menyorot Kebijakan Pemerintah yang Makin ke Sini Makin ke Sana
-
Buku3 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca A Happy Life: Sebuah Perenungan
You must be logged in to post a comment Login