Connect with us

Musik

Linkin Park dan Minutes to Midnight

Published

on

Empat tahun semenjak rilisnya album Meteora, barulah Linkin Park merilis album ketiga mereka, Minutes to Midnight. Untuk sebuah band, jangka waktu tersebut cukup lah panjang.

Dalam periode tersebut Linkin Park memiliki beberapa proyek lain seperti album kolaborasi dengan Jay Z berjudul Collision Course yang rilis pada tahun 2006Mike Shinoda juga memiliki band sampingan bernama Fort Minor.

Walaupun begitu, fans menginginkan sebuah album baru dari band ini dan Linkin Park menjawabnya dengan album ini.

Awal Mula Perubahan

Seperti yang sudah Penulis singgung pada tulisan sebelumnya, album memiliki perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan dua album sebelumnya.

Sudah tidak ada lagi lagu-lagu sejenis Papercut ataupun Somewhere I Belong. Sebagai gantinya, album ini mengusung genre alternative rock dan alternative metal.

Hal ini terlihat dari tidak adanya lagu “paket lengkap” seperti di album-album sebelumnya. Mike hanya melakukan rap di dua lagu, yakni Bleed It Out dan Hands Held High.

Selain itu, permainan DJ dari Mr. Han juga jauh berkurang. Tidak terdengar lagi gesekan turntable yang sangat Penulis sukai dari lagu-lagu Linkin Park yang lama (ada sedikit di lagu What I’ve Done).

Oleh karena itu, sebenarnya album ini merupakan album yang kurang Penulis sukai.

Lagu-Lagu Minutes to Midnight

Meskipun kurang suka, Penulis tetap mendengarkan lagu-lagu yang ada di dalamnya. Lagu pertama yang ada di dalam album ini adalah Wake yang berperan sebagai intro.

Berbeda dengan lagu Foreword yang tidak terdengar seperti lagu, lagu ini memiliki instrumen rock yang lumayan catchy di telinga. Album langsung disambung dengan lagu Given Up.

Bisa dibilang, lagu ini terdengar sangat keras. Apalagi, Chester melakukan screaming yang cukup panjang sebelum reff terakhir. Tidak ada lagu semacam ini di album-album sebelumnya.

Selanjutnya ada lagu Leave Out All the Rest yang video klipnya cukup keren, di mana para personelnya digambarkan sedang melakukan perjalanan ke matahari. Liriknya juga begitu kuat dan penuh makna.

Berbeda dengan lagu sebelumnya, lagu ini terdengar lebih lembut. Vokal Chester yang biasanya berteriak sama sekali tidak muncul. Di lagu-lagu selanjutnya, Chester akan lebih banyak bernyanyi seperti ini.

Lagu Bleed It Out merupakan satu-satunya lagu dari album ini yang masih bertahan di top playlist Penulis. Selain karena ada rap dari Mike, Chester juga melakukan screaming lagi. Lagunya juga tergolong pendek, di bawah tiga menit.

Album berlanjut dengan lagu Shadow of the Day yang sarat akan makna perdamaian. Sama seperti lagu From the Inside dari album Meteora, lagu ini juga memiliki video klip dengan tema pertikaian antara sipil dan militer/kepolisian.

Penulis pernah membaca, lagu ini memiliki makna bahwa peperangan yang terjadi di segala penjuru dunia membuat kita bisa tidak melihat lagi hari esok. Ancaman bom nuklir yang bisa meledak pada tengah malam benar-benar nyata.

Pemilihan nama untuk album ini kalau tidak salah juga memiliki alasan yang sama. Lagu ini menjadi salah satu favorit Penulis dari album ini.

Di antara semua track yang ada di dalam album ini, yang paling terkenal tentu saja What I’ve Done. Bagaimana tidak, lagu ini menjadi soundtrack film Transformers.

Video klip ini menampilkan cuplikan-cuplikan permasalahan global yang, anehnya, masih terjadi hingga hari ini. Bahkan, bisa lebih buruk dibandingkan ketika lagu ini rilis.

Meskipun termasuk lagu Linkin Park pertama yang didengarkan, Penulis tidak terlalu menyukai lagu ini. Kurang cocok dengan selera musik Penulis.

Perdamaian juga menjadi tema utama dari lagu Hands Held High. Melalui lagu ini, Linkin Park mengkritik invasi Amerika Serikat ke negara lain. Hal ini bisa dilihat dari liriknya.

Lagu No More Sorrow merupakan lagu keras lainnya di album ini selain Given Up dan Bleed It Out. Lagu ini juga termasuk lagu yang sering dimainkan ketika band ini melakukan konser.

Selanjutnya ada lagu Valentine’s Day yang terdengar cukup pop. Lalu ada In Between yang menjadi debut pertama Mike menjadi vokalis utama untuk band ini (bukan sebagai rapper).

Banyak fans yang kurang menyukai lagu ini, walaupun Penulis lumayan menyukainya. Mungkin karena itu, Mike tidak pernah menjadi vokalis utama lagi hingga album One More Light rilis.

Dua lagu terakhir di album ini adalah In Pieces dan The Little Things Give You Away yang menjadi salah satu lagu terpanjang Linkin Park dengan durasi lebih dari enam menit.

Penutup

FYI, album Minutes to Midnight menjadi album pertama Linkin Park yang menggunakan kata-kata kotor. Album ini juga menjadi satu-satunya album yang menggunakan foto personel sebagai cover album.

Banyak eksperimen musik yang dilakukan oleh Linkin Park pada album ini. Oleh karena itu, banyak elemen baru yang dapat ditemukan pada album ini.

Album ini merupakan hasil evolusi Linkin Park yang tidak ingin terjebak di zona nyaman. Banyak sekali ciri khas mereka di dua album sebelumnya yang hilang, sehingga fans pun ada yang mengajukan protes.

Evolusi ini terus dilakukan hingga kita bisa melihat perbedaan dari album ke album. Apalagi, evolusi dari album ini ke album selanjutnya bisa dibilang mengalami perubahan yang cukup drastis.

Album Selanjutnya, A Thousand Suns. Stay tuned!

Kebayoran Lama, 14 Maret 2020, terinspirasi karena ingin menulis serial artikel tentang Linkin Park

Foto: Amazon

Musik

I AM: IVE

Published

on

By

Penulis pernah memberikan pendapatnya mengenai kualitas vokal yang agak kurang dari Gen 4 girlband K-Pop. Namun, bukan berarti Penulis tidak mendengarkan mereka karena kualitas vokal bukan menjadi satu-satunya parameter dalam sebuah lagu.

Suara yang biasa saja, jika musiknya enak, ya tetap bisa didengarkan. Oleh karena itu, Penulis masih bisa menikmati lagu-lagu dari Gen 4. Di antara semua yang sudah pernah Penulis coba dengarkan, musikalitas IVE menjadi yang paling cocok dengan telinganya.

Kebetulan, IVE menjadi girlband keempat yang akan Penulis bahas di blog ini, setelah Blackpink, Twice, dan Red Velvet, sekaligus Gen 4 pertama yang Penulis bahas. Itu menunjukkan kalau girlband ini memang cukup spesial bagi Penulis.

Sekilas tentang IVE

Dari Kiri: Rei, Leeseo, Wonyung, Yujin, Gaeul, Liz (Billboard)

IVE merupakan sebuah girlband di bawah naungan Starship Entertainment, agensi yang juga pernah menaungi girlband legendaris Sistar. IVE yang melakukan debut pada tanggal 1 Desember 2021 terdiri dari enam anggota, yakni:

  • Yujin (Ahn Yujin) sebagai Leader, Main Dancer, Vocalist
  • Gaeul (Kim Gaeul) sebagai Main Dancer, Lead Rapper, Sub Vocalist
  • Rei (Naoi Rei) sebagai Main Rapper, Sub Vocalist
  • Wonyoung (Jang Wonyoung) sebagai Vocalist, Dancer, Visual
  • Liz (Kim Ji-won) sebagai Main Vocalist
  • Leeseo (Lee Hyun-seo) sebagai Lead Dancer, Sub Vocalist, Visual, Maknae

Salah satu hal yang paling menonjol dari IVE, terlepas dari sisi musik, adalah anggotanya yang tinggi-tinggi. Wonyoung dan Yujin menjadi yang tertinggi dengan 173 cm, diikuti oleh Liz (171 cm), Rei (170 cm), Leeseo (168 cm), dan Gaeul (164 cm).

Lucunya, Gaeul yang paling mungil adalah member tertua di IVE karena lahir di tahun 2002. Di bawahnya ada sang leader Yujin (2003), disusul angkatan 2004 (Rei, Liz, Wonyoung), dan paling muda adalah Leeseo (2007). Penulis jadi merasa sangat tua.

Perkenalan dengan IVE dan Musikalitasnya

Dalam tulisan sebelumnya, Penulis pernah bercerita kalau lagu pertama dari IVE yang didengar adalah “Kitsch,” yang lewat secara random ketika Penulis sedang mendengarkan lagu di YouTube Music. Lagu ini langsung berhasil menarik perhatian Penulis karena bass-nya yang nendang banget.

Namun, sebenarnya perkenalan Penulis pertama dengan IVE bukan lewat lagu tersebut, melainkan lewat Runningman, sebuah acara reality show yang sangat populer. Di salah satu episode, IVE menjadi bintang tamu dari acara tersebut.

Penulis hanya menonton potongannya di YouTube, itu pun karena judulnya yang menarik: “IVE Rei making Yoo Jae-suk wants to give up on MC-ing.”Ketika Penulis tonton, memang interaksi antara Rei dan Jae-suk sangat lucu, bahkan Penulis akhirnya menonton episode lengkapnya.

Berawal dari sana, Penulis jadi tertarik untuk mendengarkan lagu-lagu IVE, yang dimulai dari lagu “Kitsch” yang catchy. Sebagai seorang basshead, lagu ini benar-benar memuaskan telinga Penulis, apalagi kalau setting bass Penulis disetel hingga maksimal.

Lagu kedua IVE yang berhasil menarik perhatian Penulis adalah “I AM,” yang satu album dengan lagu “Kitsch.” Meskipun Penulis menganggap IVE sebagai salah satu girlband yang tidak memiliki vokal menonjol, menariknya di lagu ini nada tinggi dari Yujin.

Lagu ini juga memiliki lirik yang keren pada bagian reff-nya, di mana jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi, “menjadi seorang penulis yang bergenre fantasi (be a writer, 장르로는 판타지). Rasanya puitis saja lirik ini, tidak biasa.

Setelah mendengarkan kedua lagu tersebut, barulah Penulis mendengarkan lagu-lagu lama mereka, mulai dari lagu debut mereka “Eleven” hingga “Love Dive” dan “After Like.” Menariknya, semua title song tersebut masuk ke telinga Penulis.

Ketika sudah terbiasa dengan IVE, mini album I’VE MINE rilis pada pertengahan 2023. Penulis langsung cocok dengan lagu “Baddie” yang sekali lagi berhasil memuaskan basshead seperti Penulis.

Tidak hanya itu, lagu “Either Way” dan “Off the Record” yang lebih ballad juga cocok dengan selera musik Penulis. Untuk lagu “Off the Record,” bisa dibilang lagu ini adalah lagu favoritnya dari IVE setelah lagu “I AM” karena mampu menghadirkan nuansa sendu ketika mendengarkannya.

Di tahun ini, IVE melakukan comeback dengan merilis album I’VE SWITCH. Lagu utamanya, “HEYA (해야),” lagi-lagi cocok dengan selera Penulis. Sayang, lagu utama kedua “Ascendio” kurang cocok, meskipun Penulis masih bisa menikmatinya.

Dalam menikmati lagu Korea, Penulis tidak terlalu memedulikan liriknya karena memang tidak paham bahasanya. Namun, dari banyak sumber, Penulis mengetahui kalau tema yang sering diusung oleh IVE adalah self-confidence dan self-love.

Tema tersebut, mungkin, direpresentasikan dengan dominannya bass pada musiknya. Entah itu benar atau tidak, hanya perasaan Penulis. Yang jelas, Penulis merasa hampir di setial lagu IVE (kecuali yang ballad) selalu memiliki unsur bass yang cukup menonjol.

Karena hal tersebu, nuansa yang ingin dihadirkan IVE jadi berbeda dengan girlband lain, seperti aespa dengan konsep futuristiknya, NewJeans dengan konsep fresh-nya, atau NMIXX dengan berbagai ekperimental yang dilakukan.

Dari Musik ke Reality Show

Berbanding terbalik dengan Twice yang menarik Penulis setelah menonton acara reality show-nya, Penulis justru tertarik menonton reality show IVE setelah mendengarkan lagu-lagunya. Apalagi, mereka memiliki reality show-nya sendiri yang berjudul 1,2,3 IVE.

Penulis telah menonton semua keempat season-nya dan sama seperti Time to Twice, ada saja tingkah kocak dan konyol dari para anggotanya. Walaupun tidak seabsurd member Twice, para member IVE juga cukup lawak.

Di antara semua episode 1, 2, 3, IVE, Penulis paling menyukai episode-episode jurit malam alias horor. Rei dan Gaeul menjadi member yang paling berani, sedangkan Liz menjadi member paling penakut, yang membuatnya menjadi hiburan utama.

Salah satu hal yang paling memorable di semua episodenya adalah kebaikan yang diperlihatkan oleh Rei. Contohnya adalah ketika dia berusaha menutup staf yang berbuat kesalahan dan berhenti di belakang Liz ketika tidak ada yang mau.

Bicara tentang Rei, ia adalah member favorit Penulis di IVE (alias bias). Bahkan, Penulis sampai membuat ratusan stiker dengan wajahnya di WhatsApp karena menemukan banyak foto lucunya di Pinterest. Penulis juga merupakan subscriber dari kanal YouTube-nya, Follow Rei.

Adanya reality show seperti 1, 2, 3, IVE yang memperlihatkan sisi lain dari seorang idol membuat Penulis semakin menikmati musik-musik IVE. Penulis pernah mencoba menonton reality show dari girlband lain, tapi tidak ada yang benar-benar Penulis suka.

Yang jelas, kombinasi antara musikalitas yang cocok dengan selera, tema grup yang dibawakan, para member yang unik dan konyol, hingga konsep acara reality show yang menarik membuat IVE memiliki tempat spesial bagi Penulis.


Lawang, 4 Juli 2024, terinspirasi ketika mendengarkan lagu-lagu IVE

Foto Featured Image: Fandom

Continue Reading

Musik

Tier List Lagu-Lagu Linkin Park Versi Saya

Published

on

By

Jika membuka rubrik Musik di blog ini, mayoritas artikelnya membahas seputar K-Pop, karena memang genre tersebut yang sedang Penulis sering dengarkan selama satu setengah tahun terakhir. Karena masih baru, makanya Penulis banyak melakukan eksplorasi.

Namun, mau sebanyak apapun Penulis “berkenalan” dengan girlband Korea atau mendengarkan lagu K-Pop, tetap saja genre favorit Penulis tetap rock, dan Linkin Park tetap menjadi musisi favorit meskipun sudah ditinggalkan oleh Chester Bennington.

Sebelumnya, Penulis sudah pernah menulis artikel 20 Lagu Terbaik Linkin Park Versi Saya. Namun, Penulis merasa kalau dirinya perlu membuat semacam tier list untuk menilai semua lagu Linkin Park.

Tier List Lagu Linkin Park

Dalam membuat tier list ini, Penulis akan membuatnya per album, dari Hybrid Theory (2000) hingga One More Light (2017). Setelah itu, Penulis akan menghitung skor tiap album untuk menentukan mana urutannya dari yang terabik hingga terburuk.

Dalam membuat tier list, Penulis membuat Tier S hingga Tier E. Hanya ada satu lagu yang ke Tier S, yang menandakan kalau lagu itu menjadi lagu favorit Penulis seumur hidup. Untuk lagu yang selalu masuk ke playlist, akan Penulis masukkan ke dalam Tier A.

Tier B akan berisikan lagu-lagu yang sebenarnya juga masuk ke playlist, tapi terkadang ada perasaan bosan mendengarkannya. Tier C berisi lagu yang sebenarnya cukup favorit, tapi tidak sampai masuk ke dalam playlist.

Tier D adalah lagu-lagu yang cukup Penulis hindari, tapi masih oke untuk didengarkan. Tier E atau yang paling rendah berisi lagu yang akan Penulis skip. Ya, walaupun ini Linkin Park, tetap saja ada lagu yang masuk ke dalam kategori tersebut.

Selain itu, Penulis juga akan memberikan skor untuk setiap Tier, di mana Tier S memiliki skor 5 dan Tier E memiliki skor 0. Dengan demikian, nanti akan jadi ketahuan album mana yang memiliki skor tertinggi (berdasarkan skor akhir dibagi jumlah lagu di album tersebut) versi Penulis.

Tier List Hybrid Theory (2000)

  • S: –
  • A: Papercut, Pushing Me Away
  • B: In the End, A Place for My Head
  • C: One Step Closer, With You, Crawling, Points of Authority, Runaway, By Myself, Forgotten, Cure for the Itch
  • D: –
  • E: –

Di album pertama, Hybrid Theory, bisa dibilang tidak ada lagu yang tidak bisa didengarkan. Meskipun kebanyakan masuk ke Tier C, album ini mau bagaimanapun menjadi “perkenalan” Linkin Park kepada para penggemarnya.

Meskipun hanya dua lagu yang berhasil masuk ke Tier A, Penulis harus menyebutkan kalau lagu “Papercut” adalah lagu favoritnya nomor dua dari Linkin Park. Jika ada Tier di antara S dan A, Penulis akan memasukkan lagu ini ke Tier tersebut.

Skor Akhir: 30 (Rata-Rata: 2,5)

Tier List Meteora (2003)

  • S: Numb
  • A: Don’t Stay, Somewhere I Belong, Lying from You, Easier to Run, Breaking the Habit, From the Inside
  • B: Faint, Session
  • C: Hit the Floor, Figure, Nobody Listening
  • D: Foreword
  • E: –

Seperti yang sudah Penulis singgung beberapa kali, Meteora adalah album favorit Penulis dan menganggapnya sebagai album terbaik sepanjang masa. Album ini juga menjadi satu-satunya yang menyumbangkan lagu dengan Tier S melalui lagu “Numb.”

Selain itu, bisa dilihat jika album ini memiliki banyak sekali lagu yang masuk ke dalam Tier A. Sama seperti Hybrid Theory, tidak ada lagu yang tidak enak dari album ini, kecuali “Foreword” yang suaranya memang cuma begitu saja.

Hal tersebut membuat skor dari album ini sangat tinggi dibandingkan dengan album-album Linkin Park lainnya.

Skor Akhir: 42 (Rata-Rata: 3,23)

Tier List Minutes to Midnight (2007)

  • S: –
  • A: Leave Out All the Rest, Shadow of the Day
  • B: Given Up, Bleed It Out
  • C: Wake, What I’ve Done, Hands Held High, No More Sorrow
  • D: Valentine’s Day, In Between, In Pieces, The Little Things Give You Away
  • E: –

Sejujurnya, Minutes to Midnight adalah album yang kurang Penulis sukai. Akan tetapi, ternyata setelah dihitung skornya berdasarkan tier list di atas, skornya masih lumayan tinggi dan di luar ekspektasi.

Pada artikel 20 Lagu Terbaik Linkin Park Versi Saya, Penulis hanya meletakkan lagu “Leave Out All the Rest” di peringkat 10, di bawah lagu-lagu dari enam album lainnya. Ini menunjukkan kalau sebenarnya album ini memang kurang Penulis sukai, meskipun tidak sampai ada yang masuk ke Tier E.

Skor Akhir: 26 (Rata-Rata: 2,17)

Tier List A Thousand Suns (2010)

  • S: –
  • A: Waiting for the End
  • B: The Requiem, Burning in the Skies
  • C: The Radiance, When They Come for Me, Jornada Del Muerto, Blackout, Iridescent, The Catalyst
  • D: Empty Space, Robot Boy, Wretches and Kings, Wisdom, Justice, and Love, The Fallout
  • E: The Messenger

Penulis sudah pernah menyebutkan kalau album A Thousand Suns menjadi album favoritnya secara konsep, yang nyambung dari depan hingga belakang. Sayangnya, hal tersebut membuat skor album ini cukup jatuh dan menjadi yang terburuk di antara yang lain.

Alasannya, banyak lagu-lagu di album ini yang hanya berfungsi sebagai bridging, bukan sebagai lagu utuh. Memang Penulis suka “The Requiem,” tapi yang lain kurang suka. Belum lagi lagu “The Messenger” yang benar-benar tidak Penulis sukai.

Skor Akhir: 27 (Rata-Rata: 1,8)

Tier List Living Things (2012)

  • S: –
  • A: In My Remains, Lies Greed Misery, Castle of Glass, Road Untraveled, Powerless
  • B: Until It Breaks
  • C: Lost in the Echo, Tinfoil
  • D: Burn It Down, I’ll Be Gone
  • E: Skin to Bone

Living Things menjadi album yang menyumbangkan lagu di Tier A terbanyak setelah Meteora dengan lima lagu. Hal tersebut membuat album ini memiliki skor yang cukup tinggi, hanya kalah dari dua album pertama Linkin Park.

“Castle of Glass” yang menjadi lagu urutan keenam di album ini menjadi lagu favorit Penulis nomor 3. Namun, album ini juga memiliki lagu yang sangat Penulis hindari, yakni “Skin to Bone.”

Skor Akhir: 29 (Rata-Rata:2,42)

Tier List The Hunting Party (2014)

  • S: –
  • A: Rebellion, Final Masquerade
  • B: Keys to the Kingdom, Wasteland
  • C: All for Nothing, Guilty All the Same, War, Until It’s Gone.
  • D: The Summoning
  • E: Mark the Graves, Drawbar, A Line in the Sand

Di antara semua album Linkin Park, The Hunting Party menjadi penyumbang Tier List E terbanyak. Tiga lagu yang Penulis masukkan ke tier ini benar-benar tidak Penulis sukai dan selalu di-skip jika tiba-tiba muncul di pemutar musiknya.

Hal tersebut sebenarnya cukup Penulis sayangkan, mengingat Penulis sangat menyukai lagu “Rebellion” dan “Final Masquerade.” Namun, bisa dibilang hanya dua lagu tersebut yang benar-benar Penulis suka dari album ini.

Skor Akhir: 23 (Rata-Rata: 1,92)

Tier List One More Light (2017)

  • S: –
  • A: Heavy
  • B: One More Light
  • C: Nobody Can Save Me, Good Goodbye, Talking to Myself, Battle Symphony, Invisible, Sorry for Now, Halfway Right
  • D: Sharp Edges
  • E: –

Album terakhir Linkin Park, One More Light, bisa dibilang sebagai album paling medioker. Sama seperti Hybrid Theory, mayoritas lagu di album ini masuk ke Tier C. Suka enggak, tapi seenggaknya masih oke untuk didengarkan.

Selain itu, sama seperti album A Thousand Suns, hanya ada satu lagu dari album ini yang berhasil masuk ke dalam 20 lagu favorit Linkin Park versi Penulis. Setidaknya, album ini tidak memiliki lagu yang layak untuk masuk ke Tier List E.

Skor Akhir: 22 (Rata-Rata: 2,2)

Penutup

Berdasarkan perhitungan skor dari tier list di atas, maka bisa disimpulkan kalau menurut Penulis album terbaik dari Linkin Park adalah Meteora, dan yang paling buruk adalah A Thousand Suns. Pembaca bisa melihat daftar lengkapnya di bawah ini (diurutkan berdasarkan rata-rata skornya):

  1. Meteora – Bobot Akhir: 42 (Rata-Rata: 3,23)
  2. Hybrid Theory – Bobot Akhir: 30 (Rata-Rata: 2,5)
  3. Living Things – Bobot Akhir: 29 (Rata-Rata:2,42)
  4. One More Light – Bobot Akhir: 22 (Rata-Rata: 2,2)
  5. Minutes to Midnight – Bobot Akhir: 26 (Rata-Rata: 2,17)
  6. The Hunting Party – Bobot Akhir: 23 (Rata-Rata: 1,92)
  7. A Thousand Suns – Bobot Akhir: 27 (Rata-Rata: 1,8)

Jika ditotal, maka ada Tier S memiliki 1 lagu, Tier A memiliki 19 lagu, Tier B memiliki 12 lagu, Tier C memiliki 34 lagu, Tier D memiliki 14 lagu, dan Tier E memiliki 5 lagu. Pembaca bisa melihat rekap lengkapnya di bawah ini:

  • S: Numb
  • A: Papercut, Pushing Me Away, Don’t Stay, Somewhere I Belong, Lying from You, Easier to Run, Breaking the Habit, From the Inside, Leave Out All the Rest, Shadow of the Day, Waiting for the End, In My Remains, Lies Greed Misery, Castle of Glass, Road Untraveled, Powerless, Rebellion, Final Masquerade, Heavy
  • B: In the End, A Place for My Head, Faint, Session, Given Up, Bleed It Out, The Requiem, Burning in the Skies, Until It Breaks, Keys to the Kingdom, Wasteland, One More Light
  • C: One Step Closer, With You, Crawling, Points of Authority, Runaway, By Myself, Forgotten, Cure for the Itch, Hit the Floor, Figure, Nobody Listening, Wake, What I’ve Done, Hands Held High, No More Sorrow, The Radiance, When They Come for Me, Jornada Del Muerto, Blackout, Iridescent, The Catalyst, Lost in the Echo, Tinfoil, All for Nothing, Guilty All the Same, War, Until It’s Gone, Nobody Can Save Me, Good Goodbye, Talking to Myself, Battle Symphony, Invisible, Sorry for Now, Halfway Right
  • D: Foreword, Valentine’s Day, In Between, In Pieces, The Little Things Give You Away, Empty Space, Robot Boy, Wretches and Kings, Wisdom, Justice, and Love, The Fallout, Burn It Down, I’ll Be Gone, The Summoning, Sharp Edges
  • E: The Messenger, Skin to Bone, Mark the Graves, Drawbar, A Line in the Sand

      Kurang lebih seperti itu tier list lagu Linkin Park versi Penulis. Sebenarnya Penulis ingin memasukkan beberapa lagu non-album, tapi ini saja sudah cukup banyak. Mungkin nanti Penulis akan membuat artikel yang khusus membahas lagu-lagu tersebut.


      Lawang, 28 Juni 2024, terinspirasi setelah ingin menulis artikel tentang Linkin Park lagi

      Foto Featured Image: Billboard

      Continue Reading

      Musik

      Feel My Rhythm: Red Velvet

      Published

      on

      By

      Blackpink (YG Entertainment) sudah, Twice (JYP Entertainemnt) sudah. Artinya, tinggal satu lagi girlband yang dianggap sebagai Big 3 dari gen 3 yang belum Penulis eksplorasi musiknya, yaitu Red Velvet dari SM Entertainment.

      Penulis sendiri sebenarnya tidak asing dengan Red Velvet, mengingat dulu ada salah satu teman kantornya yang merupakan penggemar dari girlband beranggotakan Irene, Wendy, Seulgi, Joy, dan Yeri ini.

      Salah satu komentar dari teman kantor Penulis yang paling nempel adalah video-video klip Red Velvet kerap identik dengan nuansa creepy, berbeda dengan Blackpink yang berkonsep girl crush atau Twice yang terkesan imut. Ternyata, hal tersebut (separuh) benar.

      Lagu-Lagu Red Velvet yang Penulis Dengarkan

      Dulu sekali, satu-satunya lagu Red Velvet yang Penulis ketahui adalah “Psycho.” Itu pun hanya mendengarkannya sambil lewat, tidak pernah mendengarkannya secara utuh. Baru setelah berkenalan dengan Twice-lah Penulis jadi mencoba untuk mendengarkannya.

      Namun, justru karena lagu “Feel My Rhythm“-lah yang membuat Penulis memutuskan untuk mendalami Red Velvet. Penulis akan membahas lagu ini secara khusus di bawah karena menurut Penulis ini adalah lagu K-Pop terindah yang pernah didengarkan.

      Lagu-lagu Red Velvet selanjutnya yang berhasil menarik perhatian Penulis adalah “Bad Boy” dan “Peek-a-Boo” karena memiliki keunikannya sendiri. Keduanya langsung masuk ke dalam daftar Liked Music Penulis di YouTube Music.

      Setelah empat lagu tersebut, makin banyak lagu Red Velvet yang masuk ke dalam playlist Penulis, seperti “Queendom,” “Red Flavor,” “Ice Cream Cake,” “Happiness,” “Really Bad Boy,” hingga yang terbaru “Chill Kill.”

      Salah satu alasan mengapa Penulis bisa masuk dengan musik Red Velvet adalah kualitas vokal member-nya yang menurut Penulis di atas Blackpink dan Twice, bahkan cukup jauh. Maklum, mereka anak SM yang terkenal dengan kualitas vokalnya.

      Penulis pribadi sangat mengagumi kualitas vokal Wendy, terutama setelah melihat proses perekaman lagu “Feel My Rhythm” di mana ia banyak memberikan input. Selain itu, Seulgi dan Joy juga memiliki kualitas suara yang tak banyak dimiliki oleh girlband dari gen 4.

      Bahkan, Irene dan Yeri yang lebih sering mengisi part rap secara kualitas vokal juga cukup oke, walau tentu tak sebagus tiga nama sebelumnya. Kualitas vokal anak SM memang tak kaleng-kaleng

      Feel My Rhythm

      Dari pertama kali muncul dari algoritma YouTube Music, Penulis langsung jatuh hati kepada lagu “Feel My Rhythm” dari detik pertama. Bagaimana tidak, dari intro saja mereka langsung menggunakan sample dari lagu klasik “Air on the G String” gubahan Johann Sebastian Bach.

      Walaupun bukan pendengar intens, Penulis cukup menikmati musik-musik klasik terutama karya Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven. Penulis memiliki beberapa CD orisinal mereka dan kerap mendengarkannya saat sedang belajar.

      Penulis juga pernah mendengarkan Bach mengingat waktu kecil pernah membaca komik biografinya. Apalagi, “Air on the G String” merupakan salah satu lagu klasik yang paling mainstream, sehingga Penulis cukup familiar dengan nadanya.

      Oleh karena itu, begitu mendengar ada alunan lagu ini di lagu K-Pop, Penulis cukup tercengang karena itu adalah kali pertama Penulis mengetahui kalau lagu klasik bisa dimasukkan ke lagu K-Pop yang lebih modern.

      Tidak hanya digunakan di intro, sample “Air on the G String” juga kembali terdengar di bagian reff. Meskipun ada yang berpendapat kalau hal tersebut membuat reff terdengar terlalu ramai, menurut Penulis sang produser mampu menempatkannya dengan harmoni yang pas.

      Mungkin lagu ini tidak terlalu memamerkan nada tinggi dari Wendy maupun Seulgi seperti di lagu Happiness atau Red Flavor, tapi tetap terasa mewah dan elegan. Suara mereka terdengar selaras dengan konsep lagunya. Vokal Joy yang kerap menjadi bridging pun juga sangat pas.

      Dalam sebuah video reaction yang dilakukan musisi klasik dan jazz, mayoritas dari mereka menganggap kalau lagu ini memang sebuah karya yang luar biasa. Lagu ini seolah berhasil menggabungkan dua musik dari dua era yang jauh berbeda (“Air on the G String rilis tahun 1871, satu setengah abad sebelum “Feel My Rhythm” rilis).

      Penempatan “Air on the G String” dalam lagu dilakukan dengan cerdik, dengan beberapa perubahan untuk menyesuaikan dengan lagu “Feel My Rhythm” itu sendiri. Sample dari lagu tersebut bisa dibilang tersebar dari awal hingga akhir lagu.

      Seni dalam lagu “Feel My Rhythm” tidak hanya berhenti di “Air on the G String” saja. Di video klipnya, ada banyak referensi ke lukisan-lukisan klasik, tapi yang paling menonjol adalah karya-karya Hieronymus Bosch yang terkenal karena lukisan-lukisannya yang “unik.”

      Karena beberapa alasan tersebutlah Penulis menganggap kalau lagu “Feel My Rhythm” adalah lagu K-Pop terindah yang pernah Penulis dengarkan. Satu-satunya bagian yang kurang Penulis sukai hanyalah bagian akhirnya yang seolah “langsung berhenti.”

      Dua Kepribadian Red Velvet

      Dari video-video klip yang pernah Penulis tonton, Red Velvet memang seolah digambarkan memiliki dua kepribadian atau bisa disebut juga sebagai mood, yakni Halloween (creepy) dan Summer. Padahal, dua hal tersebut saling bertolak belakang.

      Video klip yang termasuk ke kategori Halloween adalah “Psycho,” “Bad Boy,” “Peek-A-Boo,” “Really Bad Boy,” hingga “Chill Kill” memiliki kesan yang suram dan gelap. Mau tidak mau, kesan tersebut terbawa ketika mendengarkan lagunya saja.

      Sedangkan lagu “Russian Roulette,” “Queendom,” “Red Flavor,” “Ice Cream Cake,” “Rookie,” “Dumb Dumb,” hingga “Happiness” memiliki kesan Summer yang lebih ceria dan bersemangat. Kesan creepy, kecuali di “Russian Roulette,” hampir tidak terasa sama sekali.

      Lantas, bagaimana dengan lagu “Feel My Rhythm” yang Penulis sukai? Rasanya lagu tersebut bisa dimasukkan ke kedua kepribadian. Meskipun kesan Summer-nya cukup kuat, ada beberapa bagian yang lebih cocok untuk dimasukkan ke dalam kategori Halloween.

      Saat artikel ini ditulis, Red Velvet telah mengumumkan akan merilis album terbarunya berjudul Love is COSMIC yang akan rilis pada tanggal 24 Juni 2024. Dilihat dari video trailernya, tampaknya konsep creepy masih dipertahankan oleh mereka di usia yang ke-10.


      Lawang, 20 Juni 2024, terinspirasi setelah menyadari vokal Red Velvet yang luar biasa

      Foto Featured Image: Sportskeeda

      Sumber Artikel:

      Continue Reading

      Fanandi's Choice

      Copyright © 2018 Whathefan