Connect with us

Musik

Linkin Park dan Living Things

Published

on

Saat kelas 11-12 SMA, selera musik Penulis mulai merambah ke dunia lain yang waktu itu sedang booming: K-Pop. Ada alasannya, namun rasanya tidak akan Penulis ceritakan di sini.

Karena genre musik tersebut benar-benar baru, maka Penulis banyak menghabiskan waktu untuk mendengarkan lagu-lagunya terutama dari SNSD dan Super Junior.

Akibatnya, Penulis sampai tidak menyadari kalau Linkin Park mengeluarkan album baru!

Album dengan Jarak Terpendek

Penulis pertama kali mengetahui kalau Linkin Park mengeluarkan album baru adalah dari tetangga. Katanya, Linkin Park punya single baru yang berjudul Burn It Down.

Waktu itu Penulis tidak percaya dan mengatakan kalau itu merupakan lagu dari Avenged Sevefold. Ketika dicek, ternyata memang benar kalau Linkin Park baru merilis album baru berjudul Living Things.

Hal ini memang sangat mengejutkan Penulis karena jarak album ini dengan album sebelumnya, A Thousand Suns, hanya 2 tahun. Bisa dibilang, ini merupakan rekor tercepat.

Sebagai perbandingan, jarak antara Hybrid Theory dan Meteora adalah 3 tahun. Jarak Meteora dan Minutes to Midnight adalah 4 tahun. Minutes to Midnight ke A Thousand Suns juga 3 tahun.

Oleh karena itu, di tahun 2012 Penulis sama sekali tidak menyangka kalau band ini akan merilis album baru mereka. Meskipun sedang menggandrungi K-Pop, album baru Linkin Park adalah sesuatu yang wajib didengarkan.

Lagu-Lagu Living Things

Living Things berisikan 12 lagu dan terdengar “normal” jika dibandingkan dengan album sebelumnya, A Thousand Suns. Linkin Park mengatakan kalau album ini menggabungkan unsur-unsur yang ada di empat album sebelumnya.

Album dibuka dengan lagu Lost in the Echo yang menggabungkan rap Mike Shinoda dan vokal Chester di bagian reff. Bisa dibilang, inilah formula standar untuk lagu-lagu Linkin Park.

Selanjutnya ada lagu In My Remains yang cukup Penulis sukai. Musiknya enak, suara Chester terdengar sangat merdu dan powerful, suara Mike di bridging berhasil membuat Penulis merinding ketika mendengarkannya.

Single pertama dari album ini adalah Burn It Down yang video klipnya terlihat seperti dari film Transformers dan banyak adegan slow-motion. Sayangnya, Penulis kurang menyukai lagu ini.

Lagu berikutnya, Lies Greed Miserybaru Penulis sangat sukai. Meskipun terdengar sangat elektronik dan hip-hop, lagu ini terasa sangat enak dan keras untuk didengarkan.

Dua pertiga lagu didominasi oleh rap dari Mike, sedangkan sepertiganya lagi kita akan mendengarkan teriakan Chester yang sangat kuat sampai akhir lagu.

Penulis kurang menyukai lagu I’ll Be Gone dan hanya memberikannya bintang dua di iTunes. Penulis sangat jarang memberikan lagu Linkin Park dengan bintang serendah itu.

Sebaliknya, lagu Castle of Glass menjadi lagu favorit Penulis di album ini. Gimana ya, sangat susah untuk mendeskripsikan lagu yang satu ini.

Diawali dengan suara sample yang sangat catchy, kita akan mendengarkan suara Mike yang disambung dengan suara Chester di bagian reff. Meskipun terdengar lembut, lagu ini mampu menyayat hati.

Konsep dari video klipnya sendiri sangat Penulis sukai, di mana ada cuplikan game Medal of Honor: Warfighter. Lagu ini memang menjadi soundtrack dari game tersebut.

Tidak hanya lagu Lies Greed Mesery, lagu Victimized juga sangat keras. Durasi lagunya di bawah 3 menit, membuat lagu ini terdengar sangat intens dan padat. Skin to Bone terdengar aneh, sehingga Penulis kurang menyukainya.

Kalau lagu Until It Breaks yang bernuansa hip-hop cukup Penulis sukai. Lagunya terasa seperti lagu When They Come for Me di album A Thousand Suns.

Selanjutnya adalah Tinfoil yang merupakan interlude dari lagu terakhir, Powerless. Lagu ini menjadi salah satu soundtrack film Abraham Lincoln: Vampire Hunter.

Lirik lagu ini terasa dalam dan memilukan karena menunjukkan ketidakberdayaan kita.  Oleh karena itu, lagu ini menjadi favorit Penulis lainnya dari album ini.

Penutup

Setelah melakukan dua eksperimen di album Minutes to Midnight dan A Thousand Suns, Linkin Park merasa menemukan zona nyaman baru mereka sehingga terciptalah album ini.

Album ini memang terdengar segar, namun tidak meninggalkan identitas Linkin Park yang selama ini dikenal oleh publik. Sayangnya, suara gesekan turntables sudah tidak terdengar lagi, mungkin sudah dianggap ketinggalan zaman.

Jika disimpulkan, album ini masih mengusung genre alternative rock, electronic rock, dan rap rock. Genre-genre tersebut sudah lama identik dengan Linkin Park sehingga Penulis lumayan menyukai lagu-lagu yang ada di album ini.

Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, Penulis akhirnya memasang mata agar tidak ketinggalan album barunya. Benar saja, dua tahun kemudian, Linkin Park kembali merilis albumnya yang paling rusuh!

Album selanjutnya, The Hunting Party. Stay Tuned!

Kebayoran Lama, 12 April 2020, terinspirasi karena ingin menulis serial artikel tentang Linkin Park

Foto: Amazon

Musik

Maskulinitas pada Musik Dewa

Published

on

By

Sejak muda, Penulis cenderung menyukai musik dari band-band luar seperti Linkin Park, My Chemical Romance, Dragonforce, Good Charlotte, Simple Plan, dan lain-lain. Pada dasarnya, Penulis menyukai band yang bergenre rock.

Untuk band Indonesia sendiri, tidak banyak yang Penulis sukai karena merasa tidak cocok dengan selera Penulis. Jika ada, mungkin hanya Peterpan atau yang sekarang telah berubah menjadi Noah.

Nah, ketika berusaha mengingat-ingat apakah ada band Indonesia lain yang disukai, Penulis pun teringat akan salah satu band legendaris: Dewa 19 atau Dewa. Bahkan, bersama Noah, musik-musik Dewa masih ada di playlist Penulis hingga sekarang.

Siapa yang Tidak Mendengarkan Lagu-Lagu Dewa?

Harus diakui kalau Dewa memiliki banyak sekali lagu-lagu ikonik yang masih terdengar enak hingga sekarang. Meskipun sempat berganti vokalis dari Ari Lasso ke Once Mekel, band ini tetap bisa mempertahankan eksistensi mereka, bahkan setelah 30 tahun.

Kalau Penulis sendiri, dirinya lebih menyukai Dewa era Once karena nuansa rock-nya lebih terasa. Lagu-lagu Dewa favorit Penulis pun semuanya dari era Once, mulai dari “Pupus”, “Roman Picisan”, “Risalah Hati”, “Satu”, hingga “Pangeran Cinta”.

Tentu masih banyak lagu-lagu Dewa yang tidak kalah terkenal, seperti “Arjuna”, “Separuh Nafas”, “Kangen”, “Mistikus Cinta”, “Dewi”, “Aku Milikmu”, “Kirana”, “Kamulah Satu-satunya”, dan masih banyak lagi. Tak akan habis rasanya jika harus menyebutkan semua lagu top Dewa.

Tidak hanya karena musiknya saja yang membuat Dewa menjadi legenda, karena lirik yang dimiliki oleh Dewa pun terdengar mewah. Pemilihan kata-katanya sederhana, tapi kerap memiliki makna tersirat yang cukup dalam.

Dalam acara Mata Najwa, Najwa Shihab berkata ke Ahmad Dhani bahwa lirik-lirik yang dimiliki oleh Dewa sangat terasa maskulin. Contohnya adalah lirik “Mistikus Cinta”, yakni “Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku”.

Maskulinitas Lirik ala Dewa

Setelah mendengar perkataan tersebut, Penulis jadi lebih mengamati lagu-lagu Dewa. Setelah diperhatikan secara saksama, ternyata memang benar kalau lirik-lirik Dewa terasa maskulin, bahkan untuk lagu-lagu yang bertemakan tentang patah hati.

Ketika ada lirik-lirik seperti “kau hancurkan hatiku, bila kau tinggalkan aku” pada “Separuh Nafas” dan “kau buat remuk, seluruh hatiku” pada “Pupus”, sama sekali tidak terkesan lemah. Justru, lirik-lirik ini seolah menggambarkan amarah dan perenungan.

Ada juga lagu-lagu dengan lirik berupa yang terkesan begitu percaya diri. Selain “Mistikus Cinta” di atas, ada juga lirik “Semua ini, pasti akan musnah, tetapi tidak cintaku padamu” pada “Pangeran Cinta” atau “Akulah Arjuna, yang mencari cinta” pada “Arjuna”.

Selain itu, ada juga lagu yang memiliki lirik dengan kesan demanding bahkan “mengancam”, seperti lagu “Cinta Gila” dengan lirik “Aku kan berbuat apa saja, untuk mendapatkan kamu lagi“.

Penulis pun membandingkan lirik-lirik Dewa dengan Noah, yang bagi Penulis lebih terasa melankolis. Noah memiliki banyak lagu-lagu bertema patah hati, tapi dibalut dengan lirik-lirik puitis yang membuatnya terasa lebih “tenang”.

Selain itu, lirik dari lagu-lagu Dewa juga terdengar lebih lugas dan jelas, dibandingkan dengan Noah yang penuh metafora. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa lagu-lagu Dewa lebih maskulin dan tidak terkesan cengeng.

Penutup

Jika melihat sosok Ahmad Dhani yang menjadi motor dari band Dewa, rasanya wajar saja Dewa terasa maskulin. Sosoknya yang begitu percaya diri sekaligus jenius membuatnya bisa menciptakan lirik-lirik yang terasa gagah dan megah.

Bisa jadi, justru maskulinitas yang dimiliki oleh Dewa menjadi salah satu alasan mengapa Dewa bisa bertahan setelah 30 tahun. Tidak banyak band Indonesia yang mampu meraih milestone tersebut, apalagi setelah mengganti vokalis utamanya beberapa kali.


Lawang, 20 Mei 2023, terinspirasi setelah menyetujui pendapat Najwa Shihab tentang lirik-lirik lagu Dewa yang terdengar Maskulin

Foto Featured Image: Wallpaper Access

Continue Reading

Musik

9 Personel Twice dan Impresi Saya ke Mereka

Published

on

By

Seperti yang sudah Penulis bahas pada tulisan sebelumnya, Jihyo merupakan alasan utama mengapa Penulis jadi mendengakan lagu-lagu Twice. Bisa dibilang, Penulis langsung “jatuh cinta” pada pandangan pertama.

Namun, setelah menonton video-video Twice terutama seri Time to Twice, Penulis pun jadi menyukai kesembilan personel lainnya yang menurut Penulis memiliki keunikan masing-masing.

Pada tulisan kali ini, Penulis akan sedikit mengulas kesembilan personel Twice beserta impresi Penulis kepada mereka.

Naeyeon

Im Nayeon (UHD Wallpaper)

Selain Tzuyu yang sudah Penulis ketahui sebelum mengenal Twice, Nayeon adalah anggota lainnya yang Penulis telah ketahui lebih dulu. Alasannya, ia terlihat cukup menonjol ketika Twice menjadi bintang tamu acara Running Man.

Meskipun ia merupakan anggota tertua di Twice (kelahiran 1995), bisa dibilang ia adalah false maknae karena kerap memperlihatkan aegyo-nya. Ini bisa terlihat dalam salah satu episode Running Man, di mana ia berhasil membuat puisi akronim dengan menggemaskan.

Setelah melihat beberapa episode Time to Twice, Penulis menyadari kalau Naeyeon yang merupakan main vocal dan center dari Twice ini memiliki jiwa kompetitif yang mirip dengan Jihyo.

Nayeon juga dikenal karena memiliki gigi kelinci yang sebenarnya sangat cocok dengan dirinya. Sayangnya, ia memutuskan untuk menghilangkan ciri khas tersebut akhir-akhir ini, sehingga kita kini akan melihat deretan giginya yang rata.

Jeongyeon

Yoo Jeongyeon (UHD Wallpaper)

Bagi Penulis, Jeongyeon adalah salah satu member Twice yang paling mudah diingat karena (maaf) letak kedua matanya yang agak jauh. Selain itu ketika baru debut, ia dipersonakan sebagai girl crush dengan potongan rambut pendeknya.

Jeongyeon kerap dianggap sebagai “mommy” karena sifat keibuan yang dimiliki. Bagi Penulis, ia memiliki sifat tsundere di mana ia kerap terlihat sebagai sosok yang cuek dan pemarah, padahal di balik sifat tersebut terdapat perhatian dan kepedulian.

Penulis juga bersimpati atas masalah mental health issue yang sempat menimpanya. Hal tersebut membuatnya sempat vakum untuk waktu yang lama dari segala aktivitas yang dijalani Twice, termasuk konser dan acara Time to Twice.

Setelah comeback, berat badannya terlihat naik cukup signifikan. Hal tersebut membuatnya “diserang” oleh para haters yang menilai para idola harus terlihat langsing sempurna. Untunglah, banyak Once yang memasang badang untuk Jeongyeon.

Momo

Hirai Momo (Wallpaper Access)

Setelah lebih mendalami Twice, personel Twice yang mencuri perhatian Penulis adalah Momo. Setelah membaca di internet, Penulis baru mengetahui kalau Momo berasal dari Jepang, bersama dua member lainnya.

Sebagai main dancer, cerita Momo bisa bergabung dengan Twice cukup dramatis, di mana ia yang sebenarnya sudah tereliminasi dari acara Sixteen tiba-tiba dipilih langsung oleh JYP. Meskipun sempat menjadi kontroversi, ia berhasil membuktikan kapasitasnya.

Secara personality, Momo memberikan kesan sebagai cewek cantik yang agak oon. Video di mana ia kesulitan membaca tulisan berbahasa Jepang menjadi buktinya. Namun, begitu beraksi di atas panggung, tak ada yang meragukan kemampuannya.

Salah satu momen yang paling berkesan dari wanita yang hampir selalu menggunakan poni ini adalah video comedy sketch-nya di mana ia diceritakan menjadi robot dan sempat berdialog “Made from Japan”. Jujur saja, mantan dari Heechul ini terlihat cantik di video tersebut.

Sana

Minatozaki Sana (UHD Pixel)

Sana adalah anggota Twice lainnya yang berasal dari Jepang. Ia terkenal berkat kerap membawakan iconic line dari lagu-lagu Twice, terutama “shy shy shy” dari lagu Cheer Up yang sempat viral beberapa tahun lalu karena Sana mengucapkannya seperti “sha sha sha

Tidak hanya itu, ada beberapa ucapan lainnya yang juga sempat viral. Salah satu yang paling terkenal tentu saja “Cheese Kimbap” ketika ia menjadi salah satu bintang tamu di sebuah acara reality show. Frasenya memang biasa, tapi cara ia mengucapkannya-lah yang menggemaskan.

Melalui salah satu video di YouTube, Penulis mengetahui kalau Sana adalah satu-satunya anggota Twice yang extrovert-nya lebih dominan dibandingkan introvert-nya. Dalam beberapa klip, memang terlihat kalau ia terkadang bisa menjadi sosok yang hyper.

Nah, bisa jadi karena sifatnya yang agak hyper tersebut, ia terkesan sebagai sosok yang clumsy dan beberapa kali terlihat ceroboh. Bagi penggemarnya, hal tersebut hanya menambah daya tarik untuk mengidolakan Sana.

Jihyo

Park Jihyo (Wallpaper Access)

Penulis sudah beberapa kali menyinggung bahwa meskipun sudah mengenal Tzuyu dan Nayeon, justru Jihyo-lah yang membuat Penulis tertarik untuk masuk ke dunia per-K-Pop-an lagi melalui Twice.

Ketika pertama kali diperlihatkan fotonya oleh teman, Penulis langsung tertarik kepadanya. Kecantikan dan “aura” yang dimilikinya benar-benar mempesona. Apalagi, ia berstatus sebagai leader dari Twice.

Ketertarikan kepada Jihyo bertambah setelah menonton video-video Time to Twice. Meskipun cantik, ternyata ia juga merupakan sosok yang kocak. Entah bagaimana di belakang layar, tapi setidaknya di depan layar ia sering terlihat sebagai sosok yang selalu ceria.

Walaupun bisa dikatakan mengidolakan Jihyo, Penulis rasanya tidak akan sampai rela mengeluarkan uang untuk membeli photobook seharga 700 ribuan seperti teman Penulis. Bahkan, ia sampai membeli dua versi dari photobook tersebut.

Mina

Mina Myoi (Wallpaper Cave)

Jika Pembaca mencari idol yang pendiam dan terkesan cool, maka Mina jelas akan menjadi bias yang sesuai. Bahkan hampir di semua acara wawancara bersama Twice, Mina lebih sering dia dan membiarkan rekan-rekannya yang berbicara.

Dalam beberapa episode Time to Twice yang sifatnya kompetisi, Mina bisa dibilang cukup pasif dan terlihat sama sekali tidak kompetitif. Rasanya sangat jarang untuk sekadar mendengarkan suaranya.

Selain itu, Mina juga menjadi salah satu anggota Twice yang berasal dari Jepang bersama Momo dan Mina. Jujur, waktu pertama kali melihatnya, Penulis merasa wajahnya cocok untuk menjadi orang Indonesia dan kurang Jepang.

Sama seperti Jeongyeon, Mina pun sempat terkena masalah mental health hingga membuatnya vakum dari Twice. Pembaca bisa menyaksikan cerita lengkapnya di YouTube Twice dengan tajuk Seize the Light.

Dahyun

Kim Dahyun (Wallpaper Access)

Nah, kalau yang satu ini bisa dibilang salah satu anggota yang paling kocak,random, dan kadang absurd. Dahyun, sang master pencari kamera, adalah anggota Twice yang kerap mampu menghidupkan suasana dengan baik.

Sejak awal, rapper dari Twice ini memang sudah terlihat berbakat. Hal ini terlihat dari bagaimana ia lolos audisi dari tiga agensi top Korea Selatan, yakni JYP, SM, dan, YG. Namun, pada akhirnya Dahyun memilih JYP hingga akhirnya bergabung dengan Twice.

Dahyun merupakan anggota Twice dengan kulit terputih hingga mendapat julukan sebagai tofu. Menurut Penulis, wajahnya membuatnya terlihat pantas untuk menjadi salah satu dari cece-cece Surabaya.

Sebagai anggota yang unik, ada beberapa hal yang menarik dari Dahyun. Salah satunya adalah bagaimana ia dengan santainya mampu menangkap serangga, di saat yang lain teriak ketakutan. Jangan lupakan juga tarian elangnya yang legendaris.

Chaeyoung

Son Chaeyoung (Rare Gallery)

Chaeyoung merupakan member favorit dari teman yang menyarankan Penulis untuk menonton Time to Twice. Awalnya, Penulis mengira tidak ada yang spesial dari rapper Twice selain Dahyun ini. Ternyata, Penulis salah.

Pertama, jelas ia adalah member yang paling nyeni di antara member lainnya. Tidak hanya karena tato-tato yang ada di sekujur tubuhnya, ia juga memiliki bakat dalam bidang menggambar. Bahkan, ia pernah berkolaborasi dengan Google.

Chaeyoung mendapatkan julukan sebagai Baby Beast karena, meskipun menjadi karakter paling mungil di Twice, ia memiliki kesan tough yang keren. Selain itu, menurut Penulis ia juga menjadi salah satu member Twice yang terasa misterius.

Salah satu yang Penulis kagumi dari Chaeyoung adalah dia hampir cocok dengan segala macam model rambut. Dibandingkan anggota lainnya, ia menjadi yang paling sering bergonta-ganti model rambut.

Tzuyu

Choi Tzuyu (Wallpaper Foru)

Tzuyu, seperti yang sudah Penulis tuliskan sebelumnya, adalah member Twice pertama yang Penulis ketahui jauh sebelum Penulis mendengarkan lagu-lagu Twice. Hal tersebut karena memang harus diakui kalau ia memiliki kecantikan di atas rata-rata.

Sebagai maknae asli Taiwan, ternyata Tzuyu memiliki kepribadian yang pemalu, introvert, dan kerap mengundang tawa personel lainnya berkat kepolosannya. Ketika ada kompetisi di Time to Twice, ia terlihat tidak terlalu kompetitif dibandingkan lainnya.

Walaupun begitu, member tertinggi dari Twice ini sebenarnya cukup atletis untuk ukuran wanita. Hal ini terbukti dari kehandalannya dalam memanah dalah salah satu event olahraga bersama idol Korea lainnya. Tak heran jika ia dijuluki sebagai Goddess of Archery.

Pada masa-masa awal debut bersama Twice, Tzuyu sempat terkena “skandal” gara-gara mengibarkan bendera Taiwan. Hal tersebut tentu saja memicu amarah China, sehingga Tzuyu yang ketika itu baru berusia 16 tahun harus mengeluarkan statement permintaan maaf.

Penutup

Dimulai dari Tzuyu, Nayeon, Jihyo, hingga akhirnya Penulis “mengenal” masing-masing personel Twice yang berjumlah 9 orang, walaupun memang hanya sebatas apa yang terlihat di depan layar. Lima berasal dari Korea Selatan, tiga berasal dari Jepang, dan satu dari Taiwat

Tulisan ini adalah penutup dari “trilogi” artikel tentang Twice. Penulis sendiri sebenarnya tidak merasa yakin akan mendengarkan lagu-lagu Twice dalam rentang waktu yang lama, mengingat pada dasarnya Penulis adalah penggemar musik rock.

Namun, setidaknya saat ini Penulis akan menikmati Twice sampai merasa bosan, walaupun rasanya Penulis akan lebih lama mendengarkan Twice daripada Blackpink. Apalagi, Penulis juga merasa tertarik kepada para personelnya yang masing-masing terasa unik.


Lawang, 7 Mei 2023, terinspirasi dari keinginannya menulis impresi dari masing-masing personel

Foto: allkpop

Continue Reading

Musik

Feel Special: Twice

Published

on

By

Ketika makin sering bersentuhan dengan Twice, Penulis masih berusaha keras untuk tidak terlalu mendengarkan lagu-lagu mereka. Apalagi alasannya cukup kuat, karena lagu-lagu Twice cukup terasa girly dan ceria, sehingga tidak masuk ke dalam selera Penulis.

Namun, Penulis lupa jika Twice telah debut sejak tahun 2015. Artinya, mereka memiliki jumlah lagu yang cukup banyak. Berawal dari satu lagu, Penulis pun makin banyak mendengarkan lagu-lagu mereka.

Padahal, awalnya Penulis merasa cukup untuk mengenal Twice lewat acara reality show mereka saja, Time to Twice. Personalitas masing-masing personil cukup menyenangkan untuk ditonton. Ternyata, itu saja tidak cukup, apalagi Time to Twice kerap memutar lagu Twice.

Berawal dari Empat Lagu

Ketika mulai mendengarkan lagu-lagu Twice, ada beberapa yang sudah terngiang-ngiang di kepala karena sudah sering mendengarkannya, baik di Reels maupun Time to Twice. Keempat lagu tersebut adalah Talk That Talk, The Feels, What Is Love?, dan Alcohol Free.

Bagi Penulis, keempat lagu tersebut terasa benar-benar Twice. Ceria, energik, fun untuk didengarkan, diselingi rap yang catchy. Dua lagu yang disebut pertama juga Penulis sukai karena vokal Jihyo yang kuat benar-benar menonjol.

Di antara empat lagu tersebut, jika disuruh memilih satu, maka Penulis akan memilih Alcohol Free yang terasa ringan, tapi memberikan “candu” tertentu. Apalagi, video klipnya juga berhasil memberikan sensasi musim panas yang menyegarkan.

Dari keempat lagu ini, Penulis juga jadi belajar bagaimana pembagian vokal dari masing-masing member. Awalnya Penulis cukup merasa kesulitan membedakan suara mereka, walaupun sekarang sudah lumayan bisa.

Nayeon dan Jihyo jelas menjadi main vocal, sedangkan Chaeyoung dan Dahyun menjadi rapper. Mina dan Tzuyu kerap mengisi bridging, sedangkan Sana sering menyanyikan bagian-bagian yang ikonik seperti Shy Shy Shy di lagu Cheer Up.

Personel lainnya, Jeongyeon dan Momo, biasanya mendapatkan porsi yang cukup kecil di dalam lagu. Jeongyeon terkadang juga memegang peran sebagai main vocal ketiga, sedangkan Momo akan menjadi rapper ketiga.

Setelah berkali-kali mendengarkan keempat lagu tersebut, Penulis pun akhirnya memutuskan untuk mencoba mendengarkan lagu-lagu Twice lainnya. Akhirnya, Penulis pun menemukan banyak sekali lagu Twice yang ternyata enak untuk didengarkan.

Evolusi Twice ke Arah yang Lebih Dewasa

I Can’t Stop Me, Cheer Up, More & More, Yes or Yes, Likey, Dance the Night Away, Signal, hingga Knock Knock adalah lagu-lagu selanjutnya yang Penulis sukai. Lagu yang disebut pertama bahkan menjadi favorit, walau kesan lagu ini berbeda dari lagu lainnya.

I Can’t Stop Me bisa dibilang menjadi penanda bahwa Twice mulai meninggalkan kesan unyu-unyu dan memasuki periode mature di mana lagunya lebih terdengar serius dan menghilangkan keceriaan pada lagunya.

Meskipun baru mendengarkan Twice, Penulis bisa menyimpulkan bahwa Twice memang sedang menuju ke arah sana. Dua lagu terakhirnya, Moonlight Sunrise dan Set Me Free juga terkesan serius, bahkan cenderung gelap.

Jihyo sendiri dalam salah satu interview mengatakan bahwa dirinya dan personel lain merasa sudah cukup berumur, dan akan malu jika harus membawakan lagu-lagu lama mereka yang terasa imut seperti TT dan Cheer Up.

Entah apakah di masa depan Twice akan benar-benar berhenti membawakan lagu-lagu lama mereka dan berfokus membawakan lagu yang terkesan dewasa. Penulis jarang menonton video konser mereka, sehingga rasanya keputusan tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi dirinya.

Sebagai tambahan, Penulis justru tidak terlalu menyukai lagu-lagu populer Twice seperti Fancy dan Feel Special. Penulis mendengarkan lagu-lagu tersebut, hanya saja tidak pernah menjadi favoritnya.

Selain itu, Penulis juga mendengarkan lagu Twice lainnya seperti Like Ooh-Ahh, TT, Cry for Me, Touchdown, Celebrate, Heart Shaker, Scientist, Lalala, Queen of Heart, hingga Depends on You. Namun, tidak ada yang benar-benar jadi favorit.

Penutup

Ketika mulai mendengarkan lagu Blackpink, hanya ada beberapa lagu mereka yang berhasil masuk ke dalam daftar favorit. Bahkan, rasa bosannya pun sangat cepat datang hingga akhirnya Penulis berhenti mendengarkan lagu-lagu mereka.

Beda cerita dengan Twice. Berawal dari empat lagu, Penulis mendengarkan puluhan lagu mereka. Bahkan, ada belasan yang Penulis masukkan ke dalam daftar favoritnya karena memang menyukai lagu-lagunya.

Mungkin ada unsur bias karena Penulis telah menonton Time to Twice terlebih dahulu sebelum mendengarkan lagunya, sehingga ada perasaan “dekat” karena mengetahui sifat-sifat mereka. Namun, menurut Penulis lagu-lagunya memang easy listening dan catchy.

Penulis benar-benar tidak menyangka akan terjun sedalam ini lagi ke dunia K-Pop hanya dalam waktu beberapa bulan. Twice memang benar-benar feel special.


Lawang, 7 April 2023, terinspirasi setelah merasa dirinya semakin mendalami Twice

Foto: KEPOPER

Continue Reading

Facebook

Tag

Fanandi's Choice

Copyright © 2018 Whathefan