Film & Serial
Bagaimana Serial Loki Mengerdilkan Peran Thanos di MCU
Suka atau tidak suka, harus diakui kalau Marvel Studios berhasil melakukan pekerjaan dengan baik dalam membangun Marvel Cinematic Universe (MCU), khususnya Infinity Saga yang memuncak di film Avengers: Endgame.
Salah satu alasan mengapa Infinity Saga begitu sukses (terlepas dari beberapa judul filmnya yang flop) adalah karena adanya sosok big bad villain pada sosok Thanos. Ia mengumpulkan enam Infinity Stones untuk melenyapkan separuh populasi alam semesta.
Meskipun ia melakukan genosida, banyak yang bersimpati (bahkan setuju) dengannya karena tujuannya masuk akal: agar alam semesta yang sumber dayanya terbatas menjadi lebih seimbang. Ia tidak pernah berambisi menguasai semesta seperti kebanyakan supervillain.
Sayangnya, peran dan tindakan Thanos tersebut seolah telah dikerdilkan oleh pihak Marvel itu sendiri melalui serial Loki. Bahkan, hal tersebut lebih ditekankan lagi melalui musim kedua Loki, di mana genosida seolah menjadi hal yang lumrah saja.
Genosida di Serial Loki
Pada musim pertama Loki, sebenarnya sudah diperlihatkan bagaimana sepelenya semua kejadian yang terjadi sepanjang Infinity Saga. Tentu kita ingat bagaimana Infinity Stones yang menjadi pusat cerita hanya menjadi pemberat kertas di Time Variance Authority (TVA).
Selain itu, kita bisa melihat bagaimana TVA bekerja dalam memangkas cabang-cabang timeline yang dianggap berpotensi membahayakan sacred timeline menggunakan semacam bom yang akan membuat seluruh isi cabang tersebut masuk ke dalam Void.
Nah, di dalam Void sendiri, ada makhluk bernama Allioth yang akan melenyapkan segala sesuatu yang ada di hadapannya. Makhluk inilah yang membuat He Who Remains berhasil mengalahkan varian Kang lainnya.
Dengan kata lain, seluruh semesta yang di-prune oleh pasukan TVA akan masuk ke dalam Void hanya untuk dimusnahkan oleh Allioth. Skala genosida yang dilakukan oleh Thanos jelas bukan apa-apa dibandingkan dengan yang dilakukan oleh TVA.
Nah, pada episode 2 musim kedua serial Loki, kita bisa melihat bagaimana pasukan TVA loyalis dari General Dox memangkas banyak sekali cabang timeline secara massal demi menjaga sacred timeline, meskipun TVA sedang goyang karena terkuaknya siapa dalang di baliknya.
Dox melakukan hal tersebut juga dengan alasan yang ia anggap mulia: untuk membereskan kekacauan multiverse yang diakibatkan oleh kematian He Who Remains. Ia dengan tegar mengambil keputusan tersebut, menodai tangannya untuk kepentingan yang lebih besar.
Bayangkan, seluruh populasi (bukan setengah) yang hidup di semesta-semesta tersebut dimusnahkan oleh TVA. Artinya, tidak ada makhluk yang selamat dari genosida tersebut, termasuk para superhero dan supervillain, bahkan Thanos sekalipun.
Penulis jadi teringat bagaimana Zeno dari serial Dragon Ball Super dengan mudahnya melenyapkan semesta hanya karena merasa sedikit kesal. Bedanya, Zeno memang “dewa” di serial tersebut, berbeda dengan TVA yang playing god.
Meningkatnya Level Ancaman di MCU
Besarnya skala genosida yang dilakukan pada serial Loki memang dibutuhkan oleh MCU karena mereka membutuhkan sosok villain yang jelas lebih berbahaya dari Thanos. Bahkan, Penulis merasa kalau ini semua baru permulaan saja.
Kita tahu kalau the next big bad villain MCU di Multiverse Saga adalah Kang the Conqueror. Meskipun muncul secara agak mengecewakan di film Ant-Man and the Wasp: Quantumania, kita bisa melihat kalau masih ada banyak sekali varian Kang yang siap menjadi ancaman.
Kekosongan kepemimpinan yang terjadi di TVA saat ini bisa saja memicu para varian Kang tersebut untuk mulai bergerak secara lebih aktif. Bagaimana tidak, sosok yang mengalahkan mereka telah tewas di tangan Sylvie.
Belum banyak superhero yang notice dengan keberadaan varian-varian Kang ini. Sekadar tahu kalau multiverse itu ada saja belum banyak yang tahu, kecuali Scott Lang (Ant-Man) dan keluarga, Doctor Strange, Scarlet Witch, Peter Parker (Spider-Man), dan Loki tentunya.
Apakah ada kemungkinan kalau Spider Society yang muncul di film Spider-Man: Across the Spider-Verse juga akan menjadi “benteng” yang menghalau para Kang? Penulis sedikit meragukan hal ini, mengingat hak penayangan mereka masih ada di tangan Sony.
Hanya saja, dengan adanya rumor kalau film-film Sony’s Spider-Man Universe (SSU) akan segera canon dengan MCU, bukan tidak mungkin hal itu terjadi di masa depan. Varian-varian Kang dilawan oleh varian-varian Spider-Man jelas terasa masuk akal.
Penulis juga berharap (dan menebak) kalau nantinya akan ada varian Kang versi baik yang akan muncul untuk membantu para superhero kita dalam multiversal war yang akan datang. Nathaniel Richard alias Iron Lad adalah favorit Penulis untuk dimunculkan nanti.
Yang jelas, genosida yang dilakukan oleh Dox dan pasukan TVA-nya jelas untuk menunjukkan bahwa level ancaman di Multiverse Saga ini akan jauh lebih berbahaya daripada yang telah dilakukan oleh Thanos, membuat apa yang telah dilakukan olehnya terlihat kerdil.
Konsekuensinya, Marvel harus lebih berhati-hati dalam menyusun cerita ke depannya. Multiverse Saga sejauh ini sudah mendapatkan banyak kritikan dan ulasan negatif. Semakin luas skala yang ingin diceritakan, semakin besar peluang untuk adanya kesalahan.
Lantas, setelah Multiverse Saga ini berakhir, ancaman lebih besar seperti apa yang akan terjadi? Jelas masih ada banyak nama yang bisa menjadi kandidat, dengan Galactus menjadi kandidat utamanya.
Namun, dengan adanya rencana soft reboot setelah film Avengers: Secret Wars, bisa saja level ancaman yang ada di MCU justru akan ter-reset dan kita akan disuguhkan dengan villain yang lebih ecek-ecek.
Penutup
Jika Penulis berada di dalam TVA, mungkin dirinya pun akan bingung bagaimana cara mengatasi kekacauan multiverse yang telah terjadi. Skala kekacauannya jelas sudah di luar nalar dan berpotensi memicu hal yang lebih buruk untuk terjadi.
Bisa jadi, memangkas cabang-cabang timeline dan melakukan genosida memang harus dilakukan. Namun, apakah sacred timeline memang menjadi satu-satunya aliran waktu yang paling benar? Bagaimana kalau ini adalah aliran waktu yang benar versi He Who Remains?
Untuk mengetahuinya, kita harus menonton Loki Season 2 sampai selesai. Sejauh ini dari dua episode yang telah tayang, serial ini memang cukup menjanjikan. Semoga saja serial ini bisa berakhir dengan baik, tidak seperti beberapa serial Marvel yang terakhir.
Lawang, 17 Oktober 2023, terinspirasi setelah melihat genosida besar-besaran yang dilakukan oleh Dox dan loyalis TVA
Film & Serial
Gara-Gara Black Myth: Wukong, Saya Jadi Rewatch Kera Sakti
Dalam beberapa minggu terakhir, bisa dibilang Black Myth: Wukong adalah salah satu judul game yang sedang banyak dibicarakan. Banyak pujian yang disematkan kepada game tersebut, baik karena gameplay, jalan cerita, maupun visualnya.
Penulis sendiri tidak ikut membelinya, meskipun sebenarnya cukup tertarik. Namun, Penulis bukan tipe gamer yang suka genre hack ‘n slash seperti itu. Apalagi, Penulis sedang menyiapkan dana untuk membeli game Dragon Ball: Sparking! ZERO yang rilis bulan depan.
Walaupun begitu, Black Myth: Wukong berhasil menimbulkan perasaan nostalgia karena mengingatkan dirinya akan satu serial legendaris yang juga mengangkat tema pergi ke barat untuk mengambil kitab suci: Kera Sakti. Penulis pun memutuskan untuk rewatch.
Mengapa Kera Sakti Sangat Membekas Bagi Penulis
Penulis tidak ingat pasti mengapa dulu dirinya menonton Kera Sakti, mungkin karena jam tayangnya saja yang pas dengan waktu nonton televisi. Apalagi, serial ini menghadirkan pertarungan yang seru untuk anak kecil.
Untuk yang asing dengan serial ini, Kera Sakti bercerita tentang perjalanan sekelompok orang ke barat untuk mengambil kitab suci Buddha. Kelompok ini terdiri dari biksu Tong Sam Cong, Sun Go Kong, Cut Pat Kai, dan Wu Cing. Maaf kalo penulisannya salah, karena Penulis menulisnya berdasarkan ingatannya.
Rombongan ini jelas unik karena Wu Kong berwujud kera, Pat Kai berwujud babi, dan Wu Cing, yah masih terlihat seperti manusia biasa. Kalau tidak salah, dalam perjalanan tersebut mereka harus melewati 33 rintangan dan 99 kesulitan.
Dalam perjalanannya, mereka bertemu dengan banyak sekali jenis siluman yang memberi kesulitan dan halangan. Memang Go Kong yang paling sering menjadi ujung tombak ketika menghadapi mereka, tapi peran karakter lain tak kalah penting.
Ada banyak alasan mengapa serial ini begitu membekas untuk Penulis. Selain pertarungannya yang seru, ada banyak petuah-petuah kehidupan yang sering diucapkan oleh Tong Sam Cong seperti “Kosong adalah Isi, Isi adalah Kosong.”
Bicara soal petuah, tentu jangan lupakan quote legendaris dari Patkai: “Begitulah cinta, deritanya tiada akhir.” Hingga saat ini, quote tersebut rasanya masih relevan bagi banyak orang.
Waktu kecil, Penulis menganggap animasi atau efek-efek pertarungan serial ini juga cukup oke. Namun, waktu rewatch, ternyata tidak bagus-bagus amat. Bahkan, beberapa animasinya terlihat kartun banget, beda dengan ingatan Penulis waktu kecil.
Selain itu, gara-gara rewatch, Penulis jadi bisa merangkai alur cerita serial ini dengan lebih baik, karena yang tersisa di ingatan hanya potongan-potongan. Bagi Penulis, alur cerita serial ini memang bagus, walau memang ada beberapa yang sejujurnya sudah tidak sesuai dengan standar saat ini.
Serial ini juga terkenal karena lagu opening-nya yang legendaris. Hampir semua orang pasti merasa familiar dengan lagu tersebut. Selain itu, musik-musik di background-nya juga sangat membekas bagi Penulis.
Arc Favorit di Kera Sakti
Dari sekian banyak pertarungan atau arc yang ada, ada dua yang menjadi favorit Penulis hingga saat ini dan rasanya menjadi favorit banyak penontonnya juga: “Arc Kera Lok Yi” dan “Arc Kera Tum Pei.”
Pada “Arc Kera Lok Yi,” Penulis menyukai bagian akhirnya di mana Sun Go Kong harus berhadapan dengan Kera Lok Yi yang berubah menjadi raksasa gara-gara ulah trio Siluman Elang, Singa, dan Gajah.
Kera Lok Yi dalam wujud raksasanya sebenarnya memiliki wujud yang cukup menyeramkan, bahkan sekarang pun tetap terlihat menyeramkan. Namun, pertarungannya dengan Go Kong seru karena kekuatan mereka setara.
Pertarungan sendiri berakhir ketika Wu Cing (dengan bantuan Pat Kai) berhasil memotong ekor Kera Lok Yi dan membuatnya kembali ke wujud semula. Bisa jadi, ini adalah inspirasi adegan Yajirobe memotong ekor Vegeta dalam wujud Great Ape di Dragon Ball.
Lalu pada “Arc Kera Tum Pei,” lagi-lagi menghadirkan pertempuran yang seru karena Go Kong menghadapi lawan yang setara. Apalagi, Go Kong sempat kehilangan semua kemampuannya demi melindungi gurunya.
Kera Tum Pei juga memiliki kemampuan untuk menyerap makhluk hidup dan mendapatkan kekuatannya seperti Buu. Ia menyerap Siluman Kerbau, Putri Kipas, Siluman Gagak, hingga Gajah Ting Ting. Yang terakhir bahkan ia simpan terus hingga pertarungan terakhirnya.
Selain itu, tentu masih banyak arc lain yang tak kalah menarik. Ketika melawan Siluman Lupan, ada Sze Sze yang merupakan Siluman Laba-Laba. Menurut Penulis, ia menjadi salah satu karakter paling cantik di sepanjang seri Kera Sakti.
Lalu di awal serial, pertikaian Go Kong dengan Ang Hai Ji yang merupakan anak dari Siluman Kerbau dan Putri Kipas juga menarik. Ia yang sangat nakal bekerja sama dengan Siluman Mimpi, tetapi akhirnya bertobat dan diangkat menjadi murid Dewi Kwan Im.
Saat rombongan biksu Tong membantu Dewa Erlang untuk menyelamatkan ibunya juga membekas. Dewa Erlang, yang dari awal cerita terlihat menjadi musuh utama Go Kong, nantinya justru akan menjadi sekutu yang berharga di arc terakhir.
Arc terakhir pun menegangkan, di mana Siluman Ular berhasil membuat Go Kong dimusuhi oleh banyak pihak. Namun, pada akhirnya Kera Sakti memiliki happy ending karena berhasil mendapatkan kitab suci dan menjadi buddha.
***
Saat menulis artikel ini, Penulis baru saja menyelesaikan “Arc Kera Lok Yi” dan akan berlanjut ke “Arc Siluman Gingseng.” Sejujurnya, Penulis sudah tidak sabar ingin segera masuk ke “Arc Kera Tum Pei,” tapi Penulis bertekad untuk menonton semua episodenya sampai tamat.
Kera Sakti jelas telah mewarnai masa kecil Penulis dan membekas hingga Penulis berkepala tiga. Mungkin ini bukan terakhir kalinya Penulis rewatch, bisa jadi di masa depan Penulis akan kembali melakukannya jika kangen dengan serial ini.
Lawang, 12 September 2024, teinspirasi setelah menonton ulang Kera Sakti
Film & Serial
Langkah Frustasi Marvel dalam Menyelamatkan Semestanya
Pada ajang San Diego Comic Con (SDCC) 2024 yang berlangsung pada akhir bulan Juli kemarin, Marvel berhasil membuat geger para penggemarnya di seluruh dunia gara-gara pengumuman yang mengejutkan.
Bagaimana tidak, Robert Downey Jr. atau RDJ, yang terkenal karena telah memerankan karakter Tony Stark alias Iron Man selama 11 tahun (dari film Iron Man hingga Avengers: Endgame), ia melakukan comeback dengan menjadi karakter fenomenal lainnya, Doctor Doom!
Pengumuman tersebut tentu membuat banyak penggemar Marvel merasa senang karena bisa melihat aktor favorit mereka kembali ke Marvel Cinematic Universe (MCU). Namun, tak sedikit yang justru menyesalkan keputusan tersebut, termasuk Penulis.
Semua Berawal dari Jonathan Majors
Setelah Infinity Saga yang diakhiri dengan epic melalui film Avengers: Endgame, MCU membuka lembaran baru dengan Multiverse Saga. Tema ini digembar-gemborkan akan membuka “kemungkinan tak terbatas” di semesta Marvel
Awalnya, Kang the Conqueror dipilih menjadi next big bad villain selanjutnya menggantikan Thanos. Sayangnya, sang aktor Jonathan Majors terjerat kasus yang membuatnya dipecat. Ada opsi untuk melakukan recast, tapi Marvel memilih untuk mengganti villain utamanya.
Setelah berbagai spekulasi dan rumor, akhirnya melalui ajang SDCC 2024 Marvel resmi mengumumkan kalau Doctor Doom akan menjadi penggantinya. Hal ini terlihat dari perubahan judul film Avengers: Kang Dynasty menjadi Avengers: Doomsday.
Film ini akan disutradarai kembali oleh sutradara Russo Brothers, yang sebelumnya telah menyutradarai empat film Marvel, termasuk dua film Avengers. Sebagai tambahan, mereka juga akan menjadi sutradara film Avengers: Secret Wars.
Kembali ke Doctor Doom. Sebenarnya, Doctor Doom yang terkenal sebagai nemesis dari Fantastic 4 telah lama santer disebut akan menggantikan Kang. Apalagi, di komik ia juga memiliki sejarah panjang dan kerap bersentuhan dengan multiverse.
Nah, yang membuat terkejut adalah pemilihan RDJ yang menimbulkan polemik di antara penggemar. Sebelumnya, nama yang dianggap cocok untuk memerankan Victor von Doom adalah Cillian Murphy. RDJ, setidaknya bagi Penulis, tak pernah terpikirkan.
Marvel Sudah Frustasi?
“You could not live with your own failure. Where did that bring you? Back to me.”
Quote terkenal dari Thanos tersebut tampaknya cocok untuk diucapkan oleh Russo Brothers dan RDJ ke direksi Marvel. Seperti yang kita tahu, MCU pasca-Endgame tampak berantakan dan kerap mendapatkan kritikan tajam.
Dari banyaknya film dan serial yang dirilis dalam rentang waktu 2020-2024, hanya sedikit yang bisa dibilang oke, sedangkan sisanya seolah mengundah hujatan. Banyak menganggap Marvel benar-benar mengalami penurunan kualitas dan berharap MCU cukup berakhir di Endgame.
Marvel pun bukannya tutup telinga atas kritikan-kritikan tersebut. Buktinya, mereka merombak roadmap yang telah disusun untuk meningkatkan kualitas film dan serial mereka. Tahun ini mereka hanya merilis satu film, Deadpool & Wolverine, walau film tersebut juga tidak bisa dibilang bagus.
Nah, untuk bisa membuat MCU tetap menarik minat penonton, mereka akhirnya memutuskan untuk menggunakan formula lama. RDJ jelas menjadi salah satu aktor terfavorit penggemar, sedangkan Russo Brothers terbukti selama ini selalu menghasilkan film yang berkualitas.
Masalahnya, RDJ sudah terlalu melekat sebagai Iron Man. Apalagi, ia sudah mati dengan heroik di Endgame. Mengembalikannya ke MCU sebagai villain, bagi sebagian penggemar, menjadi hal yang sulit untuk diterima.
Untuk Russo Brothers sendiri, Penulis memiliki kekhawatiran kalau menggunakan mereka kembali justru akan membuat penonton berekspetasi terlalu tinggi ke film Avengers ke-5 dan ke-6. Padahal, sudah banyak kasus di Marvel sutradara yang sama tidak selalu bisa menghasilkan film yang sama bagusnya.
Siapa Doctor Doom Versi MCU?
Secara teori, ada kemungkinan kalau Doctor Doom versi MCU merupakan varian jahat dari Tony Stark. Karena berpotensi menjadi jahat itulah Doctor Strange “mengarahkan” Stark ke kematiannya, mengingat ia telah melihat banyak masa depan alternatif.
Hingga saat ini, sama sekali belum ada petunjuk mengenai Doctor Doom di semua film dan serial MCU di Phase 4 dan 5. Hal ini wajar mengingat pergantian villain utama juga baru dilakukan akhir-akhir ini. Kalau Kang, ia sudah di-tease sejak serial Loki.
Ini juga akan menjadi kelemahan Multiverse Saga. Seperti yang kita tahu, Thanos sudah di-tease sejak film The Avengers tahun 2012 atau enam tahun sebelum penampilannya di film Avengers: Infinity Wars. Doctor Doom hanya punya waktu dua tahun sebelum tampil sebagai musuh utama.
Kemungkinan besar, Doctor Doom baru diperkenalkan pada film Fantastic Four: First Step yang akan tayang pada tahun 2025 mendatang. Film ini akan berlatar di universe lain, bukan Earth-616 tempat di mana para superhero yang kita kenal selama ini tinggal.
Di film tersebut, harusnya yang menjadi musuh utama adalah Galactus. Doctor Doom mungkin akan muncul, tapi tidak menjadi musuh utama. Dari sana, Penulis memperkirakan kalau entah bagaimana pada akhirnya Doctor Doom akan memicu kejadian yang akan terjadi di film Avengers: Secret Wars.
Kita lihat saja nanti apakah langkah frustasi yang diambil oleh Marvel ini berhasil menyelamatkan semestanya atau justru memperburuk keadaan.
Lawang, 7 Agustus 2024, terinspirasi setelah diumumkannya Robert Downey Jr. sebagai Doctor Doom
Foto Featured Image: GQ
Film & Serial
[REVIEW] Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
Pada tahun 2024 ini, Marvel Studios hanya merilis satu film, yakni Deadpool & Wolverine. Film ini juga menjadi film Deadpool (dan X-Men) pertama di Marvel Cinematic Universe (MCU) setelah Disney mengakuisisi 20th Century Fox.
Seperti biasa, Penulis menonton film ini ketika premiere-nya pada hari Rabu, 24 Juli 2024. Namun, karena setelah menonton Penulis pergi ke Jakarta selama beberapa hari (juga sempat tidak mood menulis), baru hari inilah Penulis membuat ulasannya.
Sejujurnya, mengingat kedua film Deadpool sebelumnya bisa dibilang tidak mengecewakan, Penulis menaruh ekspetasi yang cukup tinggi terhadap film ini. Apalagi, film ini juga menjadi comeback-nya Hugh Jackman sebagai Wolverine, yang terakhir kali memerankan karakter tersebut di film Logan (2017).
Jalan Cerita Deadpool & Wolverine
Beberapa tahun setelah peristiwa di film Deadpool 2, Wade Wilson alias Deadpool (Ryan Reynolds) menjalani hidupnya seperti biasa. Namun, kehidupannya saat ini lebih terasa sepi karena ternyata ia telah berpisah dengan kekasihnya, Vanessa (Morena Baccarin).
Tiba-tiba, ia diculik oleh Time Variance Authority (TVA) yang telah diperkenalkan di serial Loki. Ia lantas berhadapan dengan Mr. Paradox (Matthew Macfadyen) yang memberikan kabar bahwa universe yang ditinggali oleh Deadpool akan hancur.
Mengapa bisa hancur? Karena Anchor Being di universe tersebut, Logan alias Wolverine (Hugh Jackman) telah mati. Ini adalah teori baru yang belum pernah dijelaskan di film ataupun serial Marvel lainnya.
Lantas, Deadpool pun mencuri timepad milik Mr. Paradox dan berusaha mencari Wolverine baru untuk menjadi Anchor Being di universe-nya. Ia pun bertemu dengan berbagai varian Wolverine (termasuk versi Henry Cavill), tapi yang ia berhasil dapatkan justru versi terburuk yang gagal menyelamatkan universe-nya sendiri.
Deadpool dan Wolverine pun di-prune dan memasuki Void, yang juga telah diperkenalkan di serial Loki. Di sana, ia bertemu dengan Cassandra Nova (Emma Corrin), saudara kembar Profesor Xavier yang menjadi semacam penguasa di sana.
Cassandra ternyata sangat kuat karena mampu melakukan telekinetik dan membaca pikiran dengan literally memasukkan tangannya ke orang yang ia target. Saat Allioth datang menyerang markas Cassandra, Deadpool dan Wolverine berhasil kabur dari sana.
Sempat bertemu dengan varian Deadpool dan bertengkar seharian, Deadpool dan Wolverine tiba-tiba dibawa ke sebuah tempat yang terlihat seperti sebuah markas. Ada beberapa orang yang ada di sana, yang berhasil membuat para penonton berteriak.
Ada Elektra (Jennifer Garner), Blade (Wesley Snipes), Gambit (Channing Tatum), dan X-23 alias Laura (Dafne Keen). Setelah ngobrol, mereka memutuskan untuk menyerang markas Cassandra agar bisa keluar dari Void.
Singkat cerita, pertarungan terjadi dan Cassandra berhasil didesak hingga hampir tewas. Wolverine memutuskan untuk menyelamatkannya dan sebagai gantinya Cassandra memberikan tools yang kerap digunakan Doctor Strange dan Wong untuk membuka “Portal ke Mana Saja.”
Melalui portal tersebut, Deadpool dan Wolverine berhasil kembali ke universe-nya untuk menghentikan rencana Mr. Paradox. Namun, Cassandra menyusul dan ingin menggunakan alat Mr. Paradox untuk kepentingannya sendiri.
Untuk menghalangi Deadpool dan Wolverine, Cassandra menyewa banyak sekali varian Deadpool, yang untungnya langsung berhenti ketika melihat Peter (Tyler Mane). Pada akhirnya, mereka berdua berhasil menghentikan Cassandra sekaligus membuat universe tersebut tidak jadi berakhir.
Setelah Menonton Deadpool & Wolverine
Film ini mengulangi kesalahan terbesar yang dilakukan oleh film Doctor Strange in the Multiverse of Madness: plot cerita lemah dan terlalu mengandalkan cameo. Bahkan, bisa dibilang film ini lebih buruk dari sekuel Doctor Strange tersebut.
Ada banyak sekali catatan buruk dan kritik yang Penulis ketik di aplikasi Notion setelah selesai menonton film ini. Yang bisa membuat film ini masih layak ditonton adalah humornya yang pecah dan bertaburnya cameo yang tak terduga. Penulis akan membahasnya lebih detail di bawah ini.
Digendong oleh Para Cameo
Sama seperti film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, kemunculan cameo di film Deadpool & Wolverine memang sangat banyak dan menyenangkan, apalagi bagi penggemar Marvel sejak awal tahun 2000-an.
Selain Henry Cavill yang menjadi varian Wolverine, kembalinya Chris Evans menjadi Human Torch juga sangat menyenangkan. Walau kemunculannya cukup sebentar karena budget-nya tinggi, kehadiran karakter ini mampu menyuguhkan humor yang menyenangkan.
Kemunculan Elektra, Blade, Gambit, hingga Laura juga cukup bikin heboh. Kemunculan Gambit versi Channing Tatum seolah mengabulkan keinginan lama penggemar. Seperti yang kita tahu, sebenarnya Tatum sudah akan membintangi film solo Gambit sebelum proyek tersebut dibatalkan.
Mewujudkan keinginan penggemar seperti ini juga dilaukan di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, di mana John Krasinski menjadi Mr. Fantastic. Bedanya, Mr. Fantastic harus mati konyol di tangan Wanda, sedangkan Gambit berhasil bertahan hidup.
Beberapa cameo lain yang muncul di film ini adalah Happy Hogan (Jon Favreau) yang mewawancarai Deadpool yang ingin bergabung dengan Avengers, Lady Deadpool yang diperankan oleh istri Ryan Reynolds, Blake Lively, dan beberapa anggota karakter lain dari film-film X-Men seperti Juggernaut dan Pyro.
Humor dan Breaking the 4th Wall Seperti Biasa
Bicara soal humor, seperti biasa film Deadpool memiliki ciri khasnya sendiri: humor yang kasar dan breaking the 4th wall. Kedua elemen itu terasa sangat kental di film ini sehingga menjadi kekuatan utama film ini, karena sekali lagi, plot ceritanya terlalu lemah!
Deadpool dengan segala aksi dan ucapan konyolnya selalu berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Salah satu yang membuatnya sangat lucu adalah bagaimana ia kerap menyindir hal-hal yang berhubungan dengan dunia nyata.
Contohnya adalah ketika ia membahas mahalnya budget untuk memasukkan Chris Evans ke dalam film dan bagaimana impian penggemar untuk melihat Cavillrine berhasil terwujud. Tentu hubungan Disney dan 20th Century Fox juga menjadi topik yang sangat sering ia bahas.
Timeline yang Makin Amburadul
Kita semua tahu kalau timeline film-film X-Men di bawah naungan 20th Century Fox cukup membingungkan. Selain trilogi utama yang tayang di awal tahun 2000-an, ada juga remake sebagai prekuel trilogi tersebut. Belum lagi film-film spin-off.
Nah, awalnya Penulis berharap kalau film ini akan menjelaskan keruwetan tersebut. Ternyata, justru film ini semakin membuatnya berantakan! Ada banyak sekali tanda tanya yang muncul setelah Penulis menonton film ini.
Pertama, Logan yang mati di film Logan ternyata satu universe dengan Deadpool. Ini aneh karena film tersebut berlatar tahun 2029 dan diceritakan saat itu sudah tidak ada lagi mutan yang tersisa. Kalau Deadpool (dan beberapa teman mutannya) hidup di dunia yang sama, maka seharusnya ia juga telah tiada.
Seharusnya, lebih masuk akal jika Deadpool dan X-Men diceritakan berasal dari universe yang berbeda. Selain menodai film Logan yang fenomenal, keputusan tersebut juga membuat film ini terasa asal nulis.
Banyak Hal Aneh Terjadi di Void
Konsep Void dan Allioth menjadi beberapa hal yang memorable dari serial Loki. Namun, film ini membuat keduanya seolah tidak memiliki harga diri sama sekali. Lihat saja mudahnya Deadpool dan Wolverine keluar dari sana menggunakan alat seperti milik Doctor Strange.
Jika portal tersebut bisa dengan mudah membuat kita berpindah universe, mengapa di film Doctor Strange in the Multiverse of Madness Strange tidak menggunakannya? Ia malah mempelajari Darkhold dan melakukan Dreamwalk. Fakta ini benar-benar membuat Penulis gusar.
Lalu Allioth juga terlihat cukup di-nerf. Di serial Loki, Allioth bisa memakan segalanya dengan mudah, termasuk ketika salah satu varian Loki membuat semacam ilusi istana. Lantas, mengapa ketika Allioth menyerang markas Cassandra, ada banyak yang selamat?
Jika merujuk pada kekuatan Allioth, harusnya semua isi markas beserta markasnya itu sendiri bisa dilahap dengan mudah olehnya. Namun, entah mengapa seolah Cassandra memiliki kemampuan untuk mengendalikan Allioth agar dirinya tidak ikut termakan. Selain itu, Cassandra juga tidak pernah di-mention di serial Loki, walau memiliki kekuatan sebesar itu.
Bicara soal Cassandra, karakter yang sebenarnya potensial ini sayangnya terkesan kurang memorable. Kemunculan dua antagonis (bersama Mr. Paradox) di film ini membuat perannya kurang terlihat dan memiliki motivasi villain yang sangat generik.
Hal-Hal Menyebalkan Lainnya
Masih banyak hal menyebalkan dari film ini yang ingin Penulis bahas. Pertama, banyak klise. Contohnya adalah ketika Wolverine yang awalnya ogah membantu Deadpool akhirnya rela mengorbankan dirinya. Hal semacam ini sudah sering kita temukan di film-film serupa.
Contoh lainnya adalah pengorbanan yang tidak jadi. Wolverine dan Deadpool yang terlihat mengorbankan diri mereka tidak jadi mati setelah sebelumnya dikesankan akan mati. Mungkin karena kemampuan regenerasi mereka, tapi sekali lagi hal semacam ini sudah sangat klise. Apalagi, secara ajaib universe-nya sembuh-sembuh sendiri dan tidak jadi hancur tanpa penjelasan.
Hal lain yang menurut Penulis cukup menyebalkan adalah putusnya Deadpool dengan Vanessa. Kalau boleh jujur, Vanessa kan literally dihidupkan kembali oleh Deadpool, kok bisa-bisanya minta putus dengan alasan bullshit seperti itu. Kisah mereka juga tak terlalu berpengaruh di film ini.
Varian Deadpool yang malah jadi anak buah Cassandra juga anti-klimaks. Mengapa para varian ini mau bekerja untuk Cassandra? Mengapa mereka dengan mudahnya mengabaikan tugas tersebut hanya karena bertemu Peter? Semua terasa tidak masuk akal.
Oh, jangan lupa kalau credit scene film ini juga tidak berguna dan tidak memberikan tease mengenai masa depan MCU. Sampai film ini selesai, tidak ada kejelasan mengenai bergabungnya universe Deadpool dengan MCU.
***
Meskipun mampu memberikan tawa dan perasaan nostalgia lewat cameo-cameo-nya, Deadpool & Wolverine pada akhirnya terasa seperti film yang lazy writing, terutama di 1/3 akhir filmnya. Penjelasan panjang Mr. Paradox mengenai mesinnya sangat membosankan.
Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat karakter Deadpool dan Wolverine memiliki basis penggemar yang cukup besar. Kalau sebagai film dengan tujuan menghibur, masih okelah, apalagi sequence aksinya juga cukup seru untuk ditonton.
Namun, sebagai sebuah film, alur ceritanya benar-benar terasa dangkal. Doctor Strange in the Multiverse masih jauh lebih mending karena selain Scarlet Witch yang berubah menjadi villain utama, motifnya mengacak-acak multiverse cukup kuat. Dari awal, ada kejelasan mengenai apa yang harus dilakukan oleh tokoh utamanya.
Penulis harus keluar dengan mulut mengomel terus karena ada banyak sekali plothole dan hal yang tak masuk akal di film ini, terutama konsistensi teori yang diciptakan oleh Marvel sendiri. Seperti yang pernah Penulis katakan dulu sekali, Marvel terlihat kewalahan dalam mengendalikan semestanya yang semakin membesar.
RATING: 5/10
Lawang, 6 Agustus 2024, terinspirasi setelah menonton film Deadpool & Wolverine
Foto Featured Image: FAHUM UMSU
-
Permainan5 bulan ago
Koleksi Board Game #20: Modern Art
-
Permainan4 bulan ago
Koleksi Board Game #21: Century: Spice Road
-
Musik5 bulan ago
I AM: IVE
-
Anime & Komik4 bulan ago
Yu-Gi-Oh!: Komik, Duel Kartu, dan Nostalgianya
-
Musik5 bulan ago
Tier List Lagu-Lagu Linkin Park Versi Saya
-
Non-Fiksi4 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Orang Makan Orang
-
Politik & Negara5 bulan ago
Pusat Data Nasional kok Bisa-Bisanya Dirasuki Ransomware…
-
Non-Fiksi5 bulan ago
[REVIEW] Setelah Membaca Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan
You must be logged in to post a comment Login